Pemerintahan

Wali Kota Tasikmalaya Khawatir Klaster Pesantren Naikan Grafik Peningkatan Covid-19

Selasa, 16 Februari 2021 - 23:28 | 19.72k
Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya M Yusuf (FOTO: Dok. Kominfo Kota Tasikmalaya)
Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya M Yusuf (FOTO: Dok. Kominfo Kota Tasikmalaya)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Munculnya klaster baru di pesantren Persis Benda Tasikmalaya, membuat Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya H.M Yusuf khawatir menjadi pemicu kenaikan grafik perkembangan Covid-19.

Untuk menghindari kemungkinan itu, Pemkot Tasikmalaya akan terus menggiatkan Satgas di tingkat kelurahan dan lingkungan terkecil hingga RT dan RW.  Penerapan jaga jarak dan protokol kesehatan ke daerah di dekat lokasi pesantren akan terus dilakukan untuk memberikan semangat kepada pondok pesantren. Meskipun dalam sementara waktu, pesantren  terpaksa ditutup.

Advertisement

Pemkot-Tasikmalaya-mengerahkan-21-ambulan-Satgas-Penanganan-Covid-19.jpgPemkot Tasikmalaya mengerahkan 21 ambulan Satgas Penanganan Covid-19 untuk proses evakuasi 380 santri Pesantren Persis Benda ke dua tempat isolasi. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

"Lingkungan sekitarnya tidak apa-apa, asalkan bisa jaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Pesantren juga dijaga oleh satgas yang di dalamnya termasuk anggota TNI, Polri yang berjaga selama 24 jam," kata Yusuf.

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, untuk penanganan Covid-19 klaster pesantren, pada Juni 2020 lalu, Gubernur telah mengeluarkan Kepgub Jabar Nomor: 443/Kep.321-Hukham/2020 tentang Protokol Kesehatan untuk Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Lingkungan Pondok Pesantren.

"Setiap pondok (pesantren) diperbolehkan menggelar kegiatan (belajar-mengajar) tatap muka asal melaksanakan dengan baik aturan pencegahan dan penanggulangan, termasuk protokol kesehatan Covid-19," ujar Uu.

Hotel-Crown-dijaga-ketat-anggota-TNI-dan-Polri.jpgHotel Crown dijaga ketat anggota TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Mantan Bupati Tasikmalaya ini juga mengimbau para pengelola pondok pesantren tidak menutup-nutupi jika ada santri yang positif Covid-19. Kendati demikian, ia mengakui sulitnya menerapkan protokol kesehatan di lingkungan pesantren. Terutama dalam hal menjaga jarak dan asal santri dari berbagai daerah, termasuk dari zona merah.

Menurutnya, kultur pembelajaran di pesantren berbeda dengan sekolah formal. Tetapi tidak ada jalan lain selain mematuhi pedoman kesehatan, seperti selalu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).

Ia menambahkan, jika menilik banyaknya pesantren di Jawa Barat yang mencapai 12.000 dengan jumlah santri yang mencapai 3 juta orang, kasus Covid-19 klaster pesantren masih terbilang kecil. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES