Terima Desain Pengembangan Kawasan Kota Lama, Pemkot Surabaya: Lebih Berkelanjutan dan Inklusif
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pemerintah Kota atau Pemkot Surabaya menerima desain pengembangan kawasan Kota Lama Surabaya dari Konsorsium II Program Kota Masa Depan UK PACT (Partnering for Accelerated Climate Transition), di De Javasche Bank, Selasa (12/11/2024).
Desain ini dibuat melalui proses kolaboratif dengan berbagai elemen masyarakat selama enam bulan terakhir dan berfokus mengarahkan pengembangan potensi kawasan Kota Lama Surabaya yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Advertisement
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad menyebut desain yang diberikan sejalan dengan apa yang telah dilakukan Pemkot Surabaya dalam pengembangan potensi kawasan Kota Lama Surabaya, lewat peningkatan fungsionalitas bangunan bersejarah serta optimalisasi kegiatan ekonomi dan pariwisata di kawasan ini.
“Kami berharap desain ini menjadi panduan untuk pembangunan berkelanjutan yang lebih kuat bagi Kota Surabaya, yang melibatkan warga dan mempertimbangkan kebutuhan semua kalangan,” kata Irvan.
Ia menjelaskan, Koridor Jalan Kasuari direkomendasikan sebagai kawasan kreatif yang dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan penggunanya atau Mixed Used Creative Compound. Mendukung usaha kreatif dan kerajinan tangan, kawasan ini bertujuan menghidupkan kembali semangat kolaborasi, inovasi, dan pelestarian sejarah di Kota Surabaya.
“Koridor Jalan Panggung menghubungkan Pasar Pabean dan Sungai Kalimas direkomendasikan sebagai kawasan kuliner, memanfaatkan bangunan gudang bersejarah untuk menarik wisatawan dan warga lokal,” jelasnya.
Selanjutnya adalah Koridor Jalan Karet, di zona Pecinan direkomendasikan menjadi pusat tekstil dan garmen dengan pengalaman ruang publik dan rekreasi, sehingga mengoptimalisasi kawasan Pecinan yang telah lama dikenal sebagai kawasan sentral untuk pelestarian budaya dan sejarah peranakan dengan fasilitas modern.
“Desain ini mendorong peningkatan integrasi transportasi umum, termasuk rute Suroboyo Bus dan Feeder Wira Wiri, guna memastikan aksesibilitas yang lebih baik dan inklusif bagi seluruh warga,” terangnya.
Direktur Pembangunan British Embassy Jakarta, Amanda McLoughlin menyatakan, Pemerintah Inggris berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan. Ia berharap desain ini dapat menjadi penggerak bagi pembangunan kota berkelanjutan yang lebih inklusif, serta menghadirkan ruang interaksi dan kreativitas, bagi semua elemen masyarakat di Kota Surabaya.
“Seiring dengan komitmen Pemerintah Inggris untuk mendorong aksi iklim global di COP29, kerja sama ini juga merefleksikan 75 tahun hubungan diplomatik yang erat antara Inggris dan Indonesia, khususnya dalam pembangunan berkelanjutan dan transisi rendah karbon,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Climate, Energy, Cities and Ocean WRI Indonesia, Almo Pradana menambahkan bahwa desain ini lahir dari kajian ilmiah dan konsultasi publik yang komprehensif. Berdasarkan studi ketahanan partisipatif UCRA pada tahun 2023 lalu, menunjukkan bahwa mobilitas rendah emisi seperti menggunakan transportasi publik, berjalan kaki, atau bersepeda, adalah kunci ketangguhan masyarakat kota pesisir.
“Mobilitas rendah emisi ini dapat didorong melalui strategi penataan kawasan. Berdasarkan hasil studi inilah, Konsorsium II UK PACT berupaya meningkatkan ketahanan kota pesisir melalui desain konseptual yang adaptif, inklusif, serta mengutamakan aspek mobilitas dan aksesibilitas yang rendah emisi. Kami berharap desain ini akan meningkatkan aksesibilitas dan ketahanan kawasan Kota Lama di masa depan,” pungkasnya.
Untuk diketahui, desain pengembangan kawasan Kota Lama Surabaya memiliki dua pendekatan, yaitu makro dan mikro. Pada tingkat makro, desain menghubungkan empat sub-kawasan utama dalam Kota Lama di zona Eropa, Ampel, Pecinan, dan Jembatan Merah/Kalimas (kawasan niaga) dengan jaringan mobilitas aktif. Seperti jaringan untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor, serta aktivasi koridor sungai.
Sedangkan di tingkat mikro, desain berfokus pada tiga koridor prioritas yang direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai katalisator bagi ekonomi kreatif, sosial, dan pelestarian budaya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |