KKP Gandeng Mitra Internasional Tingkatkan Perlindungan Hiu dan Pari

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat upaya perlindungan terhadap spesies penting, khususnya hiu dan pari, dengan menggandeng berbagai mitra internasional. Langkah strategis ini diluncurkan melalui program "Penguatan Kapasitas Indonesia untuk Mengurangi Perdagangan Hiu dan Pari Ilegal," yang diharapkan dapat meningkatkan konservasi spesies yang terancam.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Dirjen PKRL) KKP, Victor Gustaaf Manoppo, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara. "Hiu dan pari adalah biota dengan peran ekologi penting yang bermigrasi melintasi perairan antarnegara. Ini menjadi tantangan global yang membutuhkan respons lintas batas," katanya di Jakarta, Jumat (25/1/2025).
Advertisement
Program ini bekerja sama dengan Yayasan Rekam Nusantara, Centre for Environment, Fisheries and Aquaculture Science (CEFAS) Inggris, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Liverpool John Moores University, dengan pendanaan dari IWT Challenge Fund Pemerintah Inggris.
Komitmen KKP terhadap Konservasi
Victor menjelaskan bahwa KKP telah memberikan perlindungan penuh kepada spesies penting seperti hiu paus, hiu berjalan, pari manta, pari gergaji, pari kei, dan pari sungai. Sebanyak 28 kawasan konservasi dengan luas 5,75 juta hektar telah didedikasikan untuk perlindungan hiu dan pari.
Tiga aspek utama menjadi fokus dalam program ini: legalitas, ketelusuran, dan keberlanjutan. "Melalui langkah ini, kami berharap dapat memperkuat kelembagaan dan memberikan rekomendasi strategis untuk pengelolaan hiu dan pari secara berkelanjutan di Indonesia," ujar Victor.
Program ini juga sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang menjadikan konservasi laut sebagai prioritas nasional untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Dukungan Mitra Internasional
Ketua Yayasan Rekam Nusantara, Irfan Yulianto, menyoroti pentingnya pendekatan berbasis riset, teknologi inovatif, dan pemberdayaan masyarakat. "Kami ingin membangun kolaborasi yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan demi keberhasilan konservasi," katanya.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Amanda McLoughlin, memuji komitmen Indonesia sebagai produsen hiu terbesar ke-8 di dunia. "Kami mendukung penuh program ini melalui pendanaan dan kerja sama erat dalam konservasi hiu dan pari," ujarnya.
Marine Wildlife Trade and Bycatch Lead CEFAS, Joanna Murray, menambahkan bahwa proyek ini akan melibatkan sektor swasta, pengembangan kapasitas pemerintah, dan masyarakat. Program ini mencakup mitigasi tangkapan sampingan, standardisasi data, hingga pengembangan generasi ahli hiu Indonesia melalui beasiswa PhD. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |