Pemerintahan

Nezar Patria Ungkap 7 Tantangan Etika dalam Teknologi AI yang Perlu Diantisipasi

Sabtu, 22 Februari 2025 - 13:16 | 42.64k
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025). (ANTARA)
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025). (ANTARA)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, menyoroti tujuh tantangan etika dalam teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) yang perlu diantisipasi. Salah satu tantangan utama adalah bias dan diskriminasi dalam sistem AI.

1. Bias dan Diskriminasi

Nezar menjelaskan bahwa bias dalam AI muncul karena sistem ini menggunakan data yang diproses oleh foundation model dengan algoritma tertentu. Namun, algoritma ini tidak terlepas dari bias pengembangnya.

Advertisement

"Data yang digunakan AI berasal dari berbagai sumber yang mungkin mengandung bias terkait ras, suku, agama, atau kelompok tertentu," ujar Nezar dalam sambutannya di acara Tech & Telco Summit 2025 di Jakarta, Jumat (21/2).

2. Transparansi dan Akuntabilitas

Nezar menyoroti bahwa banyak sistem AI beroperasi layaknya black box—proses internalnya sulit dipahami. Hal ini membuat sulit menilai siapa yang bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat oleh AI.

"Banyak riset telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, namun masih menjadi tantangan besar dalam pengembangan AI yang lebih transparan," tambahnya.

3. Privasi, Keamanan, dan Pengawasan

AI membutuhkan data dalam jumlah besar, termasuk data sensitif dan pribadi, untuk menghasilkan keputusan yang efektif.

"Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data yang dapat melanggar privasi individu," kata Nezar.

4. Dampak pada Tenaga Kerja

AI membuka peluang pekerjaan baru, tetapi juga menghadirkan risiko penggantian tenaga kerja di sektor tertentu.

"Transformasi digital membutuhkan strategi yang tepat agar pekerja yang terdampak bisa beradaptasi dengan perubahan," ungkap Nezar.

5. Kreativitas dan Kepemilikan Karya Seni

Nezar juga menyoroti isu kepemilikan karya seni yang dihasilkan AI. Status hak cipta dari karya-karya tersebut masih belum jelas, sehingga menimbulkan banyak perdebatan hukum dan etika.

6. Manipulasi Sosial dengan Algoritma AI

AI dapat digunakan untuk rekayasa sosial melalui algoritma di media sosial. "Isu ini menjadi perhatian karena AI bisa memanipulasi opini publik dengan informasi yang dihasilkan secara otomatis," ujarnya.

7. Pengembangan Senjata Otonom Berbasis AI

Tantangan terakhir adalah pengembangan senjata otonom yang bisa beroperasi tanpa kendali manusia.

"Senjata ini dapat melakukan reasoning sendiri dan mengambil keputusan tanpa intervensi manusia. Teknologi ini bisa menjadi tren setelah generatif AI," jelas Nezar.

Dengan berbagai tantangan ini, Nezar menekankan pentingnya kebijakan yang matang agar AI dapat dimanfaatkan dengan etis dan bertanggung jawab.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES