BGN Evaluasi Program Makanan Bergizi Gratis Usai Temuan Menu Belum Matang

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Gizi Nasional (BGN) menegaskan komitmennya dalam menjaga kualitas Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) setelah muncul laporan menu makanan yang belum matang di beberapa sekolah. Kepala BGN, Dadan Hindayana, memastikan bahwa evaluasi terus dilakukan guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
“Kami melakukan evaluasi harian dan memastikan setiap penyedia makanan mematuhi standar yang telah ditetapkan. Untuk penyedia baru, kami menginstruksikan agar memulai dengan jumlah kecil sebelum meningkatkan kapasitasnya,” ujar Dadan saat ditemui di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Advertisement
Penyebab Temuan Makanan Belum Matang
Laporan mengenai menu MBG yang belum matang mencuat setelah salah satu SD di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, menerima makanan dengan kondisi daging ayam yang masih mentah. Kejadian ini pun viral di media sosial, memicu berbagai reaksi dari masyarakat.
Dadan menjelaskan bahwa kasus semacam ini umumnya terjadi pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang baru bergabung dalam program MBG. Menurutnya, memasak dalam skala besar bukan perkara mudah, sehingga diperlukan proses adaptasi.
“Bisa memasak untuk 10 orang di rumah belum tentu bisa memasak untuk 150 orang dalam program MBG. Oleh karena itu, kami menerapkan sistem bertahap, mulai dari 150 porsi, lalu meningkat ke 500, 1.000, hingga 1.500 porsi,” katanya.
Pengawasan Ketat dengan Quality Control
Untuk memastikan kualitas makanan, BGN telah menerapkan sistem quality control di setiap sekolah. Setiap menu harus diuji kelayakannya oleh ahli gizi sebelum didistribusikan ke penerima manfaat.
“Sebelum makanan dikirim ke sekolah, dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu. Itulah mengapa kami mewajibkan setiap satuan pelayanan memiliki ahli gizi sebagai pengontrol kualitas makanan,” terang Dadan.
Tak hanya ahli gizi, dalam beberapa wilayah, dokter juga dilibatkan dalam proses pengawasan ini. Namun, ia mengakui bahwa adaptasi di daerah yang baru menjalankan program MBG membutuhkan waktu agar penyedia makanan dapat memenuhi standar yang ditetapkan.
Langkah Evaluasi dan Perbaikan
Menanggapi insiden ini, BGN berkomitmen melakukan evaluasi menyeluruh agar tidak ada kasus serupa di masa depan. Selain itu, skema pelatihan bagi penyedia makanan baru akan diperketat guna memastikan seluruh menu yang disajikan dalam kondisi matang dan layak konsumsi.
“Kami akan memastikan semua SPPG memahami standar yang telah ditetapkan. Jika ada penyedia yang masih mengalami kendala, mereka akan diberi pendampingan agar dapat memenuhi standar yang diharapkan,” jelasnya.
BGN juga telah menginstruksikan agar setiap penyedia makanan mengikuti simulasi dan uji coba sebelum diberikan tanggung jawab memasak dalam jumlah besar. Dalam skema ini, penyedia baru akan diuji kemampuannya memasak dalam jumlah terbatas sebelum diperbolehkan melayani ribuan penerima manfaat.
“Kami tidak ingin program ini gagal karena kesalahan teknis. Ini program yang baik dan harus terus berjalan dengan kualitas yang semakin baik,” tegas Dadan.
Program MBG dan Target Jangka Panjang
Program MBG merupakan inisiatif pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama bagi pelajar di berbagai daerah. Dengan cakupan jutaan penerima manfaat, program ini bertujuan untuk membantu anak-anak mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang.
Namun, tantangan dalam implementasi program ini masih ada. Mulai dari distribusi yang merata hingga memastikan seluruh makanan yang disajikan memenuhi standar gizi dan keamanan pangan.
“Dengan pengawasan dan evaluasi yang ketat, kami yakin MBG bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, terutama bagi anak-anak Indonesia agar mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik,” pungkas Dadan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |