Wapres Gibran: Kemandirian Pangan Kunci Masa Depan Bangsa di Tengah Tantangan Global

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka menegaskan pentingnya kemandirian pangan sebagai fondasi ketahanan nasional di tengah kompleksitas tantangan global saat ini. Dalam sebuah video monolog yang diunggah melalui kanal Gibran TV pada Sabtu (10/5), Wapres menggarisbawahi urgensi membangun ekosistem pangan nasional yang tangguh dan mandiri.
“Seperti yang Bapak Presiden Prabowo selalu sampaikan, kemandirian pangan itu penting. Tidak ada satu pun negara yang bisa berdiri tanpa pangan,” ujar Gibran.
Advertisement
Tantangan Global dan Tekanan terhadap Pangan
Gibran menjelaskan bahwa populasi dunia diperkirakan mencapai 9,4 miliar jiwa pada tahun 2045—naik sekitar 14,7 persen dibanding saat ini. Peningkatan jumlah penduduk tersebut akan berdampak pada melonjaknya kebutuhan pangan secara global, sementara berbagai krisis geopolitik, perubahan iklim, dan kebijakan proteksionisme pangan justru mempersempit ruang distribusi.
“Sudah ada 11 negara yang membatasi ekspor pangan, dan jumlah ini bisa bertambah. Dunia menghadapi tekanan produksi dan distribusi pangan yang sangat besar,” ungkap Gibran.
Ia menyebutkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan bencana seperti kekeringan, banjir, dan longsor yang merusak lahan pertanian dan mengancam keberlangsungan peternakan.
Potensi Indonesia dan Strategi Nasional
Di tengah tekanan global itu, Indonesia dinilai memiliki kekuatan strategis dalam sektor pertanian. Dengan 28 juta petani yang tersebar di berbagai sektor, serta kekayaan alam dan tanah yang subur, Indonesia menghasilkan komoditas unggulan seperti padi, sawit, kakao, kopi, jagung, tebu, dan aneka buah tropis.
Stok beras nasional tercatat mencapai 3,1 juta ton, tertinggi dalam 23 tahun terakhir. Penyerapan beras dari hasil panen petani juga mencapai 719 ribu ton dari Januari hingga Maret, menjadi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Infrastruktur juga menjadi fokus. Pemerintah membangun 53 bendungan baru, dengan 45 di antaranya telah dimanfaatkan untuk irigasi. Saat ini, total ada 218 bendungan yang mendukung pertanian. Selain itu, pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi untuk 2 juta hektare lahan telah dialokasikan pada tahun ini.
Di sektor aksesibilitas, 366 ribu kilometer jalan produksi desa juga telah dibangun melalui dana desa guna mempermudah distribusi hasil pertanian ke pasar dan pusat pengolahan.
Teknologi, Hilirisasi, dan Peran Generasi Muda
Pemerintah juga mendorong pengembangan ekosistem pertanian berbasis teknologi—mulai dari peningkatan produksi, efisiensi distribusi, riset dan pengembangan bibit unggul, hingga pembangunan fasilitas pergudangan modern untuk menjaga kualitas hasil panen.
Hilirisasi pertanian pun digencarkan, termasuk dalam pengolahan tebu menjadi bioetanol dan bioavtur sebagai bagian dari transisi menuju energi bersih.
Wapres Gibran berharap generasi muda ikut ambil bagian dalam transformasi pertanian nasional.
“Di sinilah kontribusi generasi muda yang penuh inovasi, berani membuat terobosan, cepat belajar, dan penuh rasa keingintahuan,” ujarnya.
Reformasi Kebijakan dan Kolaborasi
Di bidang kebijakan, pemerintah telah memangkas 145 regulasi agar 14,9 juta petani lebih mudah mengakses pupuk bersubsidi. Langkah lain yang diambil termasuk pemberantasan mafia pangan dan peningkatan pendampingan petani untuk menciptakan ekosistem yang adil dan efisien.
Sebagai strategi jangka panjang, Gerakan Indonesia Menanam diluncurkan untuk mendorong partisipasi publik dalam membangun ketahanan pangan nasional.
“Mewujudkan kemandirian pangan tidak bisa dilakukan sendirian. Diperlukan kolaborasi lintas sektor—dari pemerintah, swasta, akademisi, hingga masyarakat,” tutup Wapres.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |