Pendidikan

Dosen UMY Temukan Inovasi Aspal dan Karet Bekas untuk Bantalan Rel Kereta Api

Rabu, 26 Desember 2018 - 17:10 | 122.26k
Dosen Teknik Sipil UMY, Dian Setiawan (dua dari kiri). (FOTO: Humas UMY for TIMES Indonesia)
Dosen Teknik Sipil UMY, Dian Setiawan (dua dari kiri). (FOTO: Humas UMY for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Jika selama ini PT Kereta Api Indonesia (KAI) banyak mengeluarkan biaya untuk pembuatan bantalan rel kereta maka perusahaan BUMN tersebut tak ada salahnya mencoba menggunakan teknologi inovasi aspal dan karet bekas karya dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dian Setiawan, Dosen Teknik Sipil UMY hasil menemukan inovasi baru penggabungan aspal dan karet bekas sebagai bantalan rel. Tak hanya itu, bantalan rel ini diyakini bisa meningkatkan kecepatan dan keamanan kereta api.

Advertisement

Karya penelitian berjudul Scrap Rubber and Asphalt for Ballast Layer Improvement ini berhasil menjadi Best Paper Award International Conference on Sustainable Infrastructure Engineering (ICSIE) 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia pada awal Desember lalu.

Dian Setiawan mengatakan, penelitian yang dibiayai oleh Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP3M) UMY tersebut sudah berjalan sejak awal 2018.

Menurutnya, penelitian penggunaan aspal dan karet bekas untuk jalan rel kereta api baru pertama kali dilakukan di Indonesia.

“Selama ini di Indonesia aspal lebih digunakan hanya untuk jalan raya saja, dan tidak digunakan di jalan rel kereta api. Jadi ini merupakan penelitian pertama kali tentang pemanfaatan aspal dan karet bekas sebagai jalan rel,” kata Dian pada siaran pers yang dikirimkan Biro Humas UMY kepada TIMES Indonesia, Rabu (26/12/2018).

Dian menceritakan, ide ini muncul dengan upaya untuk meningkatkan kinerja rel yang mampu melayani kereta api dengan kecepatan lebih tinggi dan juga memiliki umur pelayanan yang lebih panjang.

“Tujuan dari penelitian ini tentunya untuk meningkatkan keselamatan jalan rel kereta api di Indonesia,” papar Dian.

Dian menambahkan, banyak jenis karet yang tersedia namun penelitian ini masih mengaplikasikan karet bekas dengan memanfaatkan ban dalam/luar motor berbagai ukuran dan bentuk. Bahkan, penelitian aspal dicampur dengan karet bekas sudah diuji coba di laboratorium teknik kampus terpadu UMY dengan memanfaatkan alat-alat yang tersedia salah satunya alat UTM (Universal Testing Machine).

Alat tersebut dipergunakan untuk pengujian tegangan tarik dan kekuatan tekan pada bahan atau material. Uji coba itu menghasilkan kesimpulan terkait Vertical Deformation yaitu bagaimana kekuatan material tersebut terhadap perubahan bentuk ketinggian struktur landasan rel.

Dengan adanya karet bekas itu menghasilkan lapisan Ballast yang lebih tahan lama, karena sifat elastis karet serta terikatnya material aspal mampu menurunkan potensi kehancuran jalan rel jika mendapat tekanan besar. Ballast adalah bagian dari badan jalan kereta api tempat penempatan bantalan rel.

“Jalan rel itu sangat rentan terhadap kerusakan misalnya ballast yaitu material yang mudah hancur apabila terkena hujan, erosi, dan penurunan tanah. Dari 2 persen aspal yang diuji coba dengan campuran 10 persen karet bekas yang bervariasi ukurannya, kemampuan menahan bebannya meningkat menjadi 28 persen yaitu 478 kilopascal,” terangnya.

Dengan komposisi tersebut maka ballast akan lebih bersifat mengikat dan bertambah kekakuannya. Jadi akan adaptif dengan tinggi beban yang diterima dan bisa menambah jumlah penumpang kereta yang dibawa serta menambah beban batu bara yang dibawa oleh kereta api. Semakin kuat jalan relnya maka semakin tinggi kecepatan kereta.

Di Indonesia kecepatan rel normalnya 70 km/jam. Padahal. di luar negeri bisa mencapai kecepatan 400 km/jam. Material Slab Track yang biasa digunakan di luar negeri memakan biaya terlalu besar.

“Jadi, penelitian ini menjadi penengah dengan memanfaatkan Ballast meski tidak harus meningkatkan kecepatan 400 km/jam, tetapi meningkat dari 70 km/jam hingga 200 km/jam,” ungkap Dian.

Dalam waktu dekat Dian berencana mendaftarkan penelitian ini akan dipatenkan dan bisa diperkenalkan ke publik. Namun, selama satu tahun penelitian ini berlangsung banyak perkembangan positif terkait daya tahan bahan yang diujikan.

“Semoga teknologi ini bisa dipatenkan dan segera dipublikasikan secara umum di Indonesia. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada UMY yang telah membiayai dan mendukung penelitian ini. Kedepannya penelitian ini akan terus dilanjutkan sehingga UMY bisa menjadi pioneer perkembangan kereta api di Indonesia khususnya jalan relnya,” pungkas Dian Setiawan, Dosen Teknik Sipil UMY penemu aspal dan karet bekas untuk bantalan rel kereta api. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES