Pendidikan

KH Abdul Hamid Wahid, Membawa Semangat Baru Untuk Unuja Probolinggo 

Senin, 31 Desember 2018 - 13:25 | 425.53k
KH Abdul Hamid Wahid saat upacara Hari Santri 2018 di halaman kampus Unuja Probolinggo (foto: Fadli for TIMES Indonesia)
KH Abdul Hamid Wahid saat upacara Hari Santri 2018 di halaman kampus Unuja Probolinggo (foto: Fadli for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGOKabupaten Probolinggo, Jawa Timur, memiliki dua universitas sejak setahun terakhir. Yaitu UPM (Universitas Panca Marga) di barat, dan Unuja Probolinggo (Universitas Nurul Jadid) di timur yang dipimpin KH Abdul Hamid Wahid.

Unuja Probolinggo lahir berdasarkan SK Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 589/KPT/I/2017. SK ditandatangani Menristek Dikti RI, Prof Dr H Mohammad Nasir, Ph,D pada 19 Oktober 2017.

Advertisement

Abdul-Hamid-Wahid-3.jpgKH Abdul Hamid Wahid bersama Menaker, Hanif Dhakiri (foto: Istimewa)

Saat peresmian pada 29 Oktober 2017 bersamaan dengan acara wisuda, Menristek Dikti RI juga hadir langsung bersama Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. 

Univeritas di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid ini, merupakan penggabungan dari tiga perguruan tinggi yang telah ada sebelumnya. Yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (TIKES) Nurul Jadid, Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Nurul Jadid, dan Institut Agama Islam (IAI) Nurul Jadid.

Di bawah kepemimpinan KH Abdul Hamid Wahid sebagai rektor, Unuja Probolinggo begitu bergairah. Setelah Menristek Dikti RI, sejumlah tokoh nasional dan kabinet Jokowi-Kalla, silih berganti datang.

Di antaranya di tahun 2018, ada Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti; Menteri Ketenaga Kerjaan RI, Hanif Dhakiri; dan putra sulung Presiden RI yang juga pengusaha muda, Gibran Rakabuming.

Sejumlah MoU untuk meningkatkan daya saing global dilakukan. Antara lain dengan 45 perguruan tinggi di Taiwan, April 2018. Dengan MoU itu, Unuja Probolinggo berkolaborasi untuk saling mendukung dalam melakukan penguatan bersama 45 universitas se-Taiwan.

Bentuknya antara lain berupa program beasiswa, dosen tamu dan beberapa program kerjasama lainnya. Di tingkat lokal, MoU antara lain dilakukan bersama pemerintah daerah dan sejumlah instansi vertikal.

Selain sebagai Rektor Unuja Probolinggo, mantan anggota DPR-RI periode 2004-2009 dan periode 2009-2014 ini, juga merupakan Kepala Pesantren Nurul Jadid.

Saat wawancara dengan TIMES Indonesia, Minggu (30/12/2018) malam, cucu pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid ini, menyampaikan tantangan dan peluang pendidikan tinggi pesantren ke depan.

Abdul-Hamid-Wahid-4.jpgKH Abdul Hamid Wahid (kanan) saat MoU dengan perguruan tinggi di Taiwan (foto: Istimewa)

Menurut KH Abdul Hamid Wahid, tantangan yang dihadapi jelas pada momentum tahun 2020, yaitu era persaingan ekonomi terbuka yang telah disepakati di awal 1990-an. “Era di mana negara tidak bisa melakukan proteksi pada produk dan jasa,” katanya.

Di level Asia Tenggara, persiapan untuk menghadapi era ini telah dilakukan dengan Asean Free Trade Area atau AFTA pada tahun 2015.

Tantangan kedua, datang dari perkembangan cepat di dunia industri yang memasuki generasi empat. Di era ini, mesin menggantikan tenaga manusia, sehingga mau tak mau sumber daya manusia (SDM) dituntut lebih berkembang.

Perkembangan teknologi informasi menghadirkan banyak hal tak terduga. Muncul bisnis yang berbasis digital, yang membuat mata rantai produksi banyak terpangkas sedemikian rupa.

Orang yang tak memiliki hotel, bisa menjual kamar lebih banyak dibandingkan pemilik hotel dengan bisnis digital.  Orang yang tak punya motor atau mobil, bisa menjadi pengusaha transportasi melalui bisnis digital.

Banyak profesi jadi hilang. Sebaliknya, tak sedikit muncul profesi baru dengan perkembangan ini. 

“Kita dituntut melakukan penyesuaian yang besar, dan diperlukan penataan SDM yang lebih baik untuk menghadapinya,” kata pria yang pernah menjadi pimpinan DPRD Kabupaten Probolinggo tahun 2003-2004 ini kepada TIMES Indonesia. 

Bagi KH Hamid Wahid, tiga tantangan tersebut merupakan tantangan, sekaligus sebagai peluang. “Ada peluang yang lebih terbuka bagi yang siap dan berkualitas,” ujar bapak lima anak ini berusia 47 tahun ini.  

Karena itu, Pondok Pesantren Nurul Jadid dan Unuja Probolinggo telah menyiapkan diri menghadapi tantantan global sekeligus peluang tersebut. KH Abdul Hamid Wahid juga menekankan pentingnya berjejaring di era ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES