UGM Ajak Masyarakat Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Center for Digital Society (CfDS) FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM) mengajak masyarakat siap menghadapi revolusi industri 4.0. Hal ini disampaikan karena masih banyak masyarakat yang belum melek digital.
"Kita semua harus siap menyambut revolusi industro 4.0," kata Manager Digital Intelligence Lab CfDS, Treviliana Eka Putri saat Press Conference di Ruang BC 201 Gedung BC Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Kamis (2/5/2019).
Advertisement
Namun demikian, menyambut Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei Indonesia masih menemui sejumlah persoalan menghadapi Revolusi Industri 4.0. Beberapa tantangan nyata adanya dihadapi dunia Perguruan Tinggi di Indonesia.
Salah satunya adalah rendahnya persentase masyarakat yang melanjutkan studi hingga jenjang Perguruan Tinggi. Akibatnya, kualitas sumber daya manusia masyarakat Indonesia tergolong rendah.
“Berdasarkan data dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), saat ini sudah terdapat sekitar 4.500 Perguruan Tinggi di Indonesia. dari jumlah yang cukup tinggi tersebut pada tahun 2018 hanya terdapat 7,5 juta mahasiswa yang terdaftar di dalamnya,” terang Eka.
Eka menambahkan, angka partisipasi kasar Perguruan Tinggi di Indonesia menjadi salah satu yang cukup rendah di kawasan, yakni berada pada pada sekitar 34 persen saja. Data dari Bank Dunia menyebutkan bahwa pada tahun 2016 hanya 8.79 persen populasi Indonesia yang telah mengenyam gelar sarjana.
Iradat Wirid, peneliti CfDS UGM menambahkan riset yang dilakukan CfDS UGM ditemukan bahwa tren peminatan program studi pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) selama 3 tahun belakangan (2016-2018) belum berubah.
Tiga besar program studi dengan peminatan tertinggi di Indonesia masih didominasi oleh program studi Pendidikan Dokter, Ilmu Hukum, Manajemen, dan Ilmu Komunikasi.
“Selama tiga tahun terakhir fenomena menarik terkait tren kenaikan peminatan pada beberapa program studi seperti Antropologi Sosial (Universitas Diponegoro), Bahasa dan Kebudayaan Korea (UGM), serta Teknologi Pendidikan (Universitas Pendidikan Indonesia). Hal ini menunjukkan bahwa fenomena transformasi digital yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir tidak lantas menjadikan program-program studi dengan fokus pada isu-isu digital dan teknologi menjadi favorit para calon mahasiswa baru,” papar Iradat
Kemudian, selama 3 tahun terakhir beberapa perguruan Tinggi di Indonesia telah berlomba-lomba membuka program studi baru yang dianggap dapat menyokong perkembangan Revolusi Industri 4.0. Ilmu Aktuaria, misalnya ilmu mengenai pengelolaan risiko keuangan yang mengkombinasikan ilmu matematika, statistika, dan komputer.
Ia menambahkan, saat ini telah dibuka di sekitar 5 perguruan tinggi nasional ternama, yakni Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan UGM.
Program Bisnis Digital di Universitas Padjajaran yang dibuka pada tahun 2018 lalu, misalnya, telah menempati peringkat tertinggi sebagai program studi terbaru yang memiliki jumlah peminat tertinggi pada tahun tersebut.
“Harapannya, ke depan mungkin menyederhanakan jumlah perguruan tinggi di Indonesia sehingga yang ada itu efektif dan bisa maksimal untuk menyerap mahasiswa baru,” papar Manager Digital Intelligence Lab CfDS UGM ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |