Tuntut Transparansi Keuangan, Siswa MAN Bangkalan Demo Lempar Buku

TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Siswa Madrasah Aliyah Negeri Bangkalan (MAN Bangkalan) Madura, Jawa Timur, menggelar aksi demonstrasi sambil melempar buku di halaman sekolah. Siswa yang berjumlah 1.200 orang itu, menuntut kepala sekolah supaya transparan dalam pengelolaan keuangan.
"Kami tidak menuduh ada praktik korupsi. Namun, transparansi keuangan itulah yang kami butuhkan. Semuanya harus dijelaskan biar hati kami lega," tegas Orator Aksi, Husain, Senin (5/8/2019).
Advertisement
Siswa Kelas XII MIPA 4 MAN Bangkalan ini menyampaikan, banyak kejanggalan-kejanggalan masalah keuangan di sekolah. Seperti, penarikan infaq musala sekolah sebesar Rp 900 ribu, biaya pendaftaran ulang kelas XII senilai Rp 445 ribu, dan uang buku paket seharga Rp 1,2 juta.
Ia juga menuding Kepala Sekolah (Kepsek) MAN Bangkalan Ali Wafa telah berbohong ketika memberikan keterangan kepada media cetak. Dalam keterangannya, Ali Wafa menyebut nominal infaq itu bukan jumlah minimal, dan bisa dicicil sampai kelas XII.
"Faktanya, kami diwajibkan membayar infaq musala dan nominalnya ditentukan. Bahkan, kami diancam tidak diikutkan ujian akhir semester jika tidak membayar," sesalnya.
Husain mengatakan, penarikan infaq sebesar Rp 900 ribu tersebut sangat tidak wajar. Sebab, jika dikalkulasikan dengan jumlah siswa sekitar 1.200 orang, maka jumlahnya mencapai Rp 1.080.000.000 atau Rp 1 miliar lebih.
Padahal, di luar infaq yang diterima dari ribuan siswa itu, pihak sekolah juga menerima sumbangan dari salah satu LSM, dan mendapat kucuran dana jutaan rupiah dari para alumni MAN Bangkalan.
"Kami sangat yakin, kalau melihat dari struktur bangunan musala sangat tidak mungkin menghabiskan dana miliaran rupiah," ucapnya.
Perihal uang daftar ulang kelas XII sebesar Rp 445 ribu, sambung Husen, terdapat banyak kejanggalan. Misalnya, uang sigma yang ditarik di luar biaya daftar ulang, masih saja tercantum. Kemudian, uang PHBN dan Agustusan antara kelas X, XI dan kelas XII nominalnya berbeda.
"Bukannya acara PHBN itu acara bersama, tapi kenapa penarikan sumbangan nominalnya justru berbeda," ungkapnya.
Husain menjelaskan, uang pembelian buku paket nominalnya Rp 1,2 juta. Jika dikalikan 1.200 siswa, maka akan muncul angka Rp 1.440.000.000 atau Rp 1,4 miliar. Satu paket berjumlah 17 buku. Pembelian buku itu, tanpa disosialisasikan terlebih dahulu.
Parahnya, harga-harga buku juga tidak jelas. Terlebih, ketika wali kelas meminta perincian harga buku, pihak sekolah tidak memberikan berapa harga satuan setiap buku yang masuk dalam daftar paket tersebut.
"Tiba-tiba, kami disuruh membeli buku paket yang tidak digunakan di sekolah. Sebab, MAN Bangkalan sudah menerapkan sistem Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). Jadi pembelian buku ini sia-sia," keluhnya.
Sementara itu, Humas MAN Bangkalan Hasan mengaku telah memanggil perwakilan siswa yang menggelar aksi demonstrasi untuk menyampaikan aspirasi mereka. Kesepakatannya, para siswa akan membuat tuntutan secara tertulis kepada kepala sekolah.
"Apapun masalahnya kami tetap mencari jalan terbaik. Kebetulan, kepala sekolah tengah menghadiri Forum Group Discussion (FGD) tentang Madrasah Penyelenggara Keterampilan di Jakarta," tuturnya.
Hasan mengatakan, pihak sekolah sudah sangat transparan masalah laporan keuangan. Hanya saja, para siswa tidak paham, karena bukan pengurus OSIS tahun kemarin. Untuk pengurus OSIS tahun ini, akan paham terkait pengelolaan keuangan pada akhir tahun nanti.
"Kami akan sampaikan kepada pimpinan. Bagaimanapun masalah tuntuntan transparansi ini harus disikapi untuk memenuhi keninginan siswa," terang Humas MAN Bangkalan Hasan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Madura |