Pendidikan

Di Luar Lembaga Rintisan, Banyak SD di Probolinggo Terapkan Kelas Rangkap

Jumat, 09 Agustus 2019 - 12:46 | 76.83k
Bupati Probolinggo Tantriana Sari menerima tim monitoring bersama program INOVASI. (foto: Humas Protokol)
Bupati Probolinggo Tantriana Sari menerima tim monitoring bersama program INOVASI. (foto: Humas Protokol)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Rintisan kelas rangkap (multigrade) dalam program INOVASI di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, berakhir September 2019. Program ini merupakan kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australia sejak 2016.

Selama tiga tahun berjalan, kelas rangkap telah diterapkan di delapan SD di pegunungan tengger, Kecamatan Sukapura. Puas dengan hasil kelas rangkap, Pemkab Probolinggo akan mereplikasi model ini ke 93 sekolah kecil lainnya tahun depan.

Advertisement

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina mengatakan, kepastian lanjut/tidaknya rintisan kelas rangkap akan ditentukan September ini.

“Kami belum bisa menyampaikan banyak. Saat ini masih evaluasi,” katanya kepada TIMES Indonesia. Tapi yang pasti, replikasi ke sekolah lain akan tetap dijalankan.

Pemkab Probolinggo juga sudah menerbitkan Perbup nomor 18 tahun 2019 tentang Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap (Multigrade Teaching) Jenjang Sekolah Dasar.

Dalam kelas rangkap, seorang guru mengajar peserta didik di lebih dari dua kelas. Misalnya, kelas I dan kelas II sekaligus dengan teknik tertentu. Dengan demikian, penerapan kelas rangkap lebih efisien di tengah kekurangan guru di Kabupaten Probolinggo. Sebagai informasi, tahun ini, sedikitnya ada 260 guru SD di Kabupaten Probolinggo yang pensiun.

Secara terpisah, dalam dialog INOVASI pada Mei 2019, Merl INOVASI, Rosita Purba mengatakan, dari hasil pengamatan, pelaksanaan kelas rangkap di Kabupaten Probolinggo ada dua jenis. Pertama, kelas rangkap dengan pendimpingan. Kedua, kelas rangkap non pendampingan alias mandiri.

Penerapan kelas rangkap dengan pendampingan ada di delapan SD di Sukapura. Delapan lembaga ini memiliki peserta didik antara 42 sampai 52 saja.

Di luar itu, ada banyak lembaga yang menerapkannya secara mandiri. Terutama di daerah sulit yang menghadapi problem jumlah peserta didik sedikit atau minim, guru tak hadir, dan peserta didik jarang masuk. Tanpa pendampingan, lembaga-lembaga ini menerapkan kelas rangkap (multigread teaching). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES