Pendidikan

Mengenal Kelas Rangkap yang Akan Direplikasi di Probolinggo

Jumat, 09 Agustus 2019 - 18:27 | 998.13k
Bupati Probolinggo, Tantriana Sari (dua dari kiri) saat menjadi pembicara temu INOVASI di gedung Kemendikbud, Jakarta (FOTO: Humas Protokol/TIMES Indonesia)
Bupati Probolinggo, Tantriana Sari (dua dari kiri) saat menjadi pembicara temu INOVASI di gedung Kemendikbud, Jakarta (FOTO: Humas Protokol/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur akan mereplikasi penerapan kelas rangkap (multigrade teaching) di 8 (delapan) SD di Kecamatan Sukapura ke lembaga SD lain mulai tahun depan. Apa sebenarnya kelas rangkap ini?

Probolinggo mengenal kelas rangkap melalui program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI). Yaitu program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australia untuk periode 2016-2019. Delapan SD di Kecamatan Sukapura, dipilih sebagai rintisan kelas rangkap dalam program ini.

Advertisement

Merl INOVASI, Rasita mengatakan, kelas rangkap kurang begitu dikenal di Indonesia. Menurutnya di negara berkembang seperti Indonesia, kelas rangkap bukan pilihan terbaik, melainkan keterpaksaan. Sementara di negara maju, dipilih atas dasar pedagogis. “Bukan karena keterpaksaan,” katanya.

Dr. Aria Djalil dalam Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap (http://repository.ut.ac.id/4073/1/PDGK4302-M1.pdf) menyebutkan, penerapan kelas rangkap tidak berarti ketertinggalan. Sebab di negara maju sekalipun seperti Amerika Serikat, kelas rangkap juga dijalani.

“Di Northern Territory of Australia, 40 persen dari sekolah di kawasan ini menerapkan PKR. 29 persen dari kelas-kelas di negeri kincir angin Belanda, juga tidak merasa rikuh melaksanakannya. Bahkan di negeri adikuasa sekalipun, Amerika Serikat, masih dijumpai 1000 sekolah dengan hanya satu ruang kelas,” tulisnya.

Ada banyak alasan mengapa kelas rangkap dipilih. Pertama, alasan geografis. Sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman yang berpindah-pindah, dan adanya mata pencaharian khusus orang tua murid, mendorong penggunaan kelas rangkap.

Kedua, alasan demografis. Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apalagi tinggal di daerah pemukiman yang amat jarang, kelas rangkap dinilai sebagai pendekatan pengajaran yang praktis.

Ketiga, alasan kurang guru. Walaupun jumlah guru secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk mencari guru yang dengan suka cita siap mengajar di daerah terpencil. Kondisi ini salah satunya dialami Kabupaten Probolinggo.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan kabupaten setempat, Probolinggo kekurangan 726 guru. Rinciannya. Rinciannya, 564 guru SD dan 162 guru SMP. Itu belum termasuk sekitar 260 guru yang akan pensiun tahun ini.

Alasan keempat penerapan kelas rangkap, adalah terbatasnya ruang kelas, adanya guru yang tidak hadir, serta alasan lainnya.

Kelas rangkap juga memiliki manfaat. Antara lain, memungkinkan pemerintah untuk memenuhi asas jumlah (quantity) dan pemerataan (equity). Yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

Kelas rangkap juga ekonomis. Dengan seorang guru atau beberapa guru saja, proses pembelajaran dapat berlangsung. Begitu juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung.

Yang tak kalah penting, manfaat pedagogis. Pengalaman sejumlah negara yang mempraktikkan kelas rangkap, jelas Dr. Aria Djalil, menunjukkan, strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES