Sebelas Universitas Bahas Dampak Manfaat Penelitian untuk Masyarakat

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sebanyak 11 Universitas dari 7 negara di Asia dan Eropa mendiskusikan asesment dampak dan kulitas riset di tiga Negara. Yakni, Indonesia, Malaysia dan Thailand. Pembahasan dampak dan kualitas penelitian ini dalam konferensi yang diadakan di Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM pada 4-5 September 2019.
Ke-11 Universitas yaitu UGM, Universitas Islam Indonesia (UII), University of Economics Bratislava, Warsaw Scholl of Economics, Universtas Teknologi Malaysia, Matej Bel Univeritas Slovakia.
Advertisement
Turut hadir dalam konferensi ini adalah Rektor UII, Fathul Wahid; Koordinator Proyek Repesea dari Slovakia, Anetta Caplanova; Dekan Faculty of Economy Matej Bel University in Banska Bystrica, Slovakia, Peter Kristofik; dan Wakil Dekan Urusan Internasional Faculty of National Economy, University of Economics in Bratislava, Tomas Ondruska.
Ketua Prodi Magister dan Doktor FEB UGM Nurul Indarti, Ph.D., menyatakan konferensi ini bagian dari aktifitas konsorium Erasmus dan Repesea yang berlangsung selama tiga tahun. Di akhir kerja sama konsorsiun ini mendiskusikan modul pelatihan untuk calon periset muda dan perbaikan asesment kinerja riset.
”Selama tiga tahun dari kegiatan konsorsium ini menghasilkan modul pembelajaran soft skill dan ada enam modul diaplikasikan lewat pelatihan dengan mendatangkan langsung peneliti dari Thailand, Slovakia dan Ceko,” kata Nurul di Kampus FEB UGM, Rabu (4/9/2019).
Nurul menambahkan, kerjasama ini telah berlangsung selama tiga tahun sejak Oktober 2016 dan akan berakhir pada Oktober 2019. Universitas yang terlibat dalam konsorsium ini ada lima dari Eropa (Slovakia, Polandia, Perancis, dan Inggris) dan enam dari Asia (Malaysia, Thailand, dan Indonesia).
Fokus konsorsium ini adalah pada peningkatan kinerja riset perguruan tinggi di Asia Tenggara. Selain itu, hasil dari konferensi ini juga akan memberikan masukan bagi pemerintah soal modul penilaian kualitas riset dan pembelajaran di perguruan tinggi.
Koordinator Proyek Repesea dari Slovakia, Anneta Caplanova mengatakan, pihaknya mengapresiasi dari hasil kerja sama konsorsium periset dari 11 negara ini. Ia berharap, hasil dari proyek repesea ini dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas riset di Asia Tenggatra.
“Kita harapkan ada perbaikan instrumen pengukur kinerja riset,” ujarnya.
Rektor UII Fathul Wahid menyatakan dari hari pertama konferensi yang diikuti 130 periset dari dalam negeri dan mancanegara sepakat bahwa ada peningkatan cukup baik untuk kegiatan riset di tanah air.
Namun belum diikuti dengan peningkatan kualitas dan dampak riset pada pengembangan akademik dan pengabdian kepada masyarakat.
“Untuk menilai kinerja riset dan dampaknya dari masukan yang didapatkan dari konferensi ini akan kita sampaikan ke pengambil kebijakan,” terang Fathul
Sementara itu, menurut Nurul tantangan yang dihadapi periset kalau di Indonesia cukup klasik, sebagian besar masalah utama dosen di perguruan tinggi di Indonesia itu ada tridharma yaitu ada pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Nah, sementara tridharma itu sendiri harus dijalankan yang itu berbeda konteksnya dengan diluar negeri. “Kalau di luar negeri kita bisa memilih ada dosen peneliti, ada dosen pengajaran dan ada dosen pengabdian masyarakat khusus,” kata Nurul.
Lanjutnya, "Kalau di Indonesia tampaknya kita harus ahli disegala bidang seperti super man dan super women padahal waktu itu sangat terbatas, yang kemudian tantangannnya adalah kita harus memenuhi ke tiga kriteria itu," ucapnya.
Sementara dalam konteks Penilaian Angka Kredit (PAK) naik dari lektor ke lektor kepala, dari lektor kepala ke guru besar itu dominasi utamanya masih di riset. Jadi ini menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi.
”Kita berharap konferensi ini nanti menjadi tempat untuk menumbuhkan peneliti-peneliti baru. Sehingga ke depan semakin banyak peneliti yang berkualitas dan kalau penelitinya berkualitas insya Allah penelitiannya juga berkualitas. Sehingga, manfaat hasil penelitian dari universitas dapat dirasakan oleh masyarakat,” terang Fathul Wahid Rektor UII ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |