Pelajar SMPN 1 Kota Yogyakarta Dilatih Jadi Penemu dan Penulis

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tiga hari terakhir, pelajar SMPN 1 Kota Yogyakarta mengikuti Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran). Program ini bekerja sama dengan Yayasan Tanoto Foundation.
Bersama 180 pengajar dan mentor dari wilayah Jawa Tengah dan Kalimantan Timur yang sebelumnya menjalani pelatihan, para siswa didorong menjadi penemu sekaligus penulis dalam setiap mata pelajaran yang diikuti.
Advertisement
Kepala Pelatihan Sekolah dan Guru Program PINTAR, Ujang Sukandi mengatakan, setiap mata pelajaran memiliki karakter keterampilan dan proses tersendiri yang perlu dilatihkan secara berkelanjutan kepada siswa. Peran pengajar atau mentor menurut dia sangat penting untuk menyampaikan kekhasan tiap mata pelajaran.
Misalnya, dalam pembelajaran Matematika yang berciri melatihkan siswa keterampilan berupa penalaran, pembuktian, representasi, koneksi, komunikasi dan proses yang terdiri dari penyelidikan, penemuan, dan pemecahan masalah.
“Jadi dalam belajar Matematika, siswa tidak hanya diberikan rumus, tetapi kita akan mendorong dan memfasilitasi siswa untuk menemukan rumus tersebut,” kata Ujang, Jumat (13/9/2019).
Mata pelajaran yang dikembangkan metodenya dalam modul kedua Program PINTAR ini yakni Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, IPS, Bahasa Inggris, dan Literasi Kelas Awal. Pembelajaran dalam setiap mata pelajaran tersebut dapat mengembangkan potensi anak, yaitu rasa ingin tahu dan berimajinasi di mana kedua hal tersebut merupakan dasar bagi kreativitas.
“Seperti dalam pembelajaran IPS, guru dilatih mengembangkan keterampilan IPS dan sikap sosial siswa. Keterampilan IPS yang dimaksud adalah keterampilan berpikir kritis, mengolah informasi, berperan dalam kelompok, dan mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Sikap sosialnya seperti peduli, jujur, santun, dan bertanggung jawab. Sementara pada pembelajaran IPA, kekhasannya ada pada menemukan jawaban dari persoalan dengan cara metode ilmiah,” ungkapnya lagi.
Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sekaligus tim penyusun Modul II Program PINTAR, Woro Sri Hastuti menerangkan, ketika siswa belajar perpindahan panas, tidak cukup hanya dijelaskan secara teori dan atau menghitung rumus. Namun, perlu difasilitasi untuk membuat alat sederhana penahan panas sebagai upaya membangun konstruksi berpikir konkrit tentang imajinasi teori tersebut.
“Misalnya, siswa ditugaskan membuat botol yang bisa membuat air panas terjaga panasnya. Mereka akan bereksprimen membuat wadah penahan panas dari berbagai bahan seperti alumunium foil, koran bekas, kain bekas, atau kardus bekas untuk menemukan bahan yang paling bagus menjaga air tetap panas. Mereka akan belajar penerapan konsep perpindahan panas dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang tadi juga disampaikan ke siswa SMPN 1 Yogyakarta,” jelas Woro.
Dalam modul pembelajaran bahasa Indonesia, dikembangkan empat strategi untuk memecahkan masalah pembelajaran yakni mengorganisasi informasi menggunakan graphic organizer, menulis cerpen dengan literasi visual, mengidentifikasi informasi dengan menentukan gagasan utama bacaan dan menulis teks prosedur dengan strategi rekonstruksi kegiatan.
“Kami mengembangkan empat strategi tersebut untuk membantu meningkatkan kemampuan literasi yang bermanfaat belajar pada semua mata pelajaran. Misalnya, mengidentifikasi informasi yang sering muncul di kompetensi dasar kurikulum. Hanya saja siswa selama ini sering kesulitan mengidentifikasi informasi karena pembelajaran lebih banyak,” terang Woro. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |