Pendidikan

Universitas Brawijaya Punya Tiga Profesor Baru

Selasa, 17 Desember 2019 - 15:07 | 116.08k
Dua profesor baru Universitas Brawijaya (UB) yang akan dikukuhkan Rabu (18/12/2019) besok. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
Dua profesor baru Universitas Brawijaya (UB) yang akan dikukuhkan Rabu (18/12/2019) besok. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGUniversitas Brawijaya (UB Malang) kembali menambah deretan profesor. Akhir tahun ini, kampus ternama di Indonesia tersebut ketambahan tiga profesor baru.

Mereka adalah Prof. Dr. Dra. Sri Winarsih, MSi., Apt., profesor bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran. Kedua, Prof. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., Ph.D profesor bidang ketenagakerjaan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ketiga, Prof. Dr. Drs. Mochammad Al Musadieq, BBA, MBA profesor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi dari Fakultas Ilmu Administrasi.

Advertisement

Dengan bertambahnya tiga profesor baru, kini UB mempunyai 259 profesor yang tersebar di semua fakultas. Ketiga profesor anyar tersebut akan dikukuhkan Rabu, (18/12/2019) besok di Gedung Widyaloka, UB, Kota Malang, Jawa Timur.

Prof. Dr. Dra. Sri Winarsih, MSi., Apt mengangkat penelitian tentang Vaksinasi dan Imunomodulasi Untuk Mengatasi Penyakit Demam Tifoid. Demam tifoid adalah salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia, dengan angka kematian yang cukup tinggi.

Penyakit ini, kata dia, disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi dan Salmonella Paratyphi yang ditularkan melalui makanan dan minuman.

Fenomena demam tifoid atau kerap dikenal dengan tipes ini menyerang semua umur, terutama anak-anak. Obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi disebut antibiotika.

Secara alamiah, untuk mempertahankan siklus hidupnya, bakteri memiliki kemampuan mengembangkan mekanisme untuk melawan obat yang mengganggu dirinya (resistensi).

Sri Winarsih mengungkapkan cara efektif untuk mengatasi masalah resistensi adalah dengan cara vaksinasi dan imunomodulasi. Vaksinasi maupun imunomodulasi lebih menguntungkan bagi masyarakat, karena individu tidak menjadi sakit.

Vaksinasi bersifat mencegah penyakit secara spesifik, sehingga vaksin dibuat dari bagian sel bakteri penyebab penyakit tersebut.

Sedangkan imunomodulasi bersifat tidak spesifik dengan menggunakan senyawa kimia yang dapat mengatur respon kekebalan tubuh untuk melawan semua jenis penyakit infeksi.

Sementara, Devanto Shasta Pratomo menjelaskan tentang produktifitas ketenagakerjaan di Indonesia. Ia menyoroti soal bonus demografi yang disebut sebagai berkah.

Penyiapan SDM dalam hal ketenagakerjaan adalah kunci, di samping kebijakan makro ekonomi yang mendukung fleksibilitas dan keterbukaan pasar kerja.

Menurut Devanto, langkah yang perlu dilakukan pemerintah adalah menyelaraskan kebijakan pengembangan ketenegakerjaan dengan perkembangan d era ekonomi digital.

Selain itu juga melakukan perbaikan kualitas pendidikan, supaya pengembangan UMKM berbasis digital bisa berkembang.

Universitas Brawijaya secara resmi akan memiliki tiga profesor baru Rabu (18/12/2019) besok. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES