Pendidikan

Menangis Haru, Prof Zainuddin Dikukuhkan Sebagai Guru Besar UIN Maliki Malang

Rabu, 08 Januari 2020 - 10:32 | 618.30k
Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA menangis terharu dalam pengukuhan dirinya sebagai guru besar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Rabu (8/1/2020). (FOTO: widodo irianto/TIMES Indonesia)
Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA menangis terharu dalam pengukuhan dirinya sebagai guru besar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Rabu (8/1/2020). (FOTO: widodo irianto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGProf. Dr. H.M. Zainuddin, MA menangis terharu ketika  profilnya dibacakan dalam sidang senat terbuka pengukuhan dirinya sebagai guru besar UIN Maliki (Maulana Malik Ibrahim) Malang, Jawa Timur, Rabu (8/1/2020) siang.

UIN Maliki Malang menambah jumlah guru besar menjadi 13 setelah Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA dikukuh sebagai Guru Besar Bidang Sosiologi Agama.

Advertisement

Sidang terbuka senat itu dipimpin Ketua Senat UIN Maliki Malang, Dr. Muhtadi Ridwan.

Sidang itu selain dihadiri Rektor UIN, Prof Dr H Abdul Haris M.Ag, anggota senat universitas UIN Maliki Malang, segenap civitas akademika, juga Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab, serta para tamu undangan lainnya.

Rektor UIN Maliki Malang mengatakan, sampai kini UIN Maliki Malang telah menambah jumlah guru besar menjadi 13 guru besar.

Bila merujuk pada ratio guru dan prodi yang ada, maka UIN Maliki Malang harus ada 84 guru besar. Tapi menurutnya, UIN Maliki Malang harus punya minimal 42 guru besar.

UIN-Maulana-Malik-Ibrahim-Malang-b.jpg

Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA. adalah dosen Filsafat dan  Sosiologi Agama pada Jurusan Pengetahuan Ilmu Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Maliki Malang.

Dalam meraih gelar guru besarnya, pria yang lahir di Bojonegoro 7 Mei 1962 lalu ini mengangkat pidato ilmiah tentang Pluralitas agama tantangan keberagaman dan demokrasi di Indonesia dari Ekstremisme, Radikalisme hingga Terorisme.

Menurut Zainuddin, ada tiga hal penting yang perlu dilakukan yakni reorientasi pemahaman ajaran agama, depolitisasi agama dan keberpihakan negara secara lebih serius untuk mengantisipasi dan sekaligus menanggulangi problematika kehidupan beragama dan demokrasi di Indonesia yaitu konflik, intoleransi, ekstremisme dan terorisme.

Mengapa? kata Zainudin, umat beragama dihadapkan pada problem kemanusiaan universal yang semakin kompleks seiring dengan kemajuan zaman itu.

Karena itu umat beragama dituntut mampu memahami dan menjelaskan doktrin agama dan sekaligus mampu memberi jawaban terhadap problem kemanusiaan secara menyeluruh.

Ajaran agama juga harus dipahami secara benar dan digali makna substansinya. 

Isu-isu kontemporer mengenai demokrasi, keadilan, HAM,  lingkungan dan segala macam pemihakan masyarakat, kata dia,  seharusnya dijadikan indikator keberhasilan dakwah agama.

Karena dimensi agama itu tidak hanya bersifat teorisentris, namun juga sarat dengan dimensi sosiologis dan kosmologis.

Disinilah perlunya dipahami tentang three unity of relationship (tiga kesatuan relasi). Yakni manusia dengan Tuhannya (Hablun min Allah),  manusia dengan manusia (hablun min al-nas)  dan relasi manusia dengan alam (hablun min al-alam). "Inilah akhlak karimah yang lebih dari sekedar bermakna sopan santun," tegasnya.

Konsep akhlak karimah bukan akhlakqul karimah yang kaprah disebut banyak orang, lanjut Zainuddin, sering dipahami secara simplistik. Bahwa akhlak itu hanya dipahami sebatas sopan santun saja. Padahal, kata dia, akhlak karimah itu meliputi berbagai kebajikan kepada semua, termasuk menjaga keseimbangan alam semesta ini.

Dalam praktik keberagaman sehari-hari kita dapat menyaksikan  bahwa antara iman dan amal saleh sering tampak tidak berimbang.

Penghayatan nilai keimanan sering terpisahkan dengan peran sosialnya. Antara nilai iman (ortodoksi)  dan nilai amal (ortopraksis)  dalam agama terlalu banyak mengalami kontradiksi dan gap.

"Agar agama tidak dijauhi para pemeluknya, maka para elit agama harus mampu menjawab tantangan yang semakin kompleks seiring dengan perubahan zaman yang semakin cepat," tegas Zainuddin.

Reorientasi pendidikan agama di sekolah untuk terciptanya kesadaran sosial, juga sangat mendesak dilakukan.

Perlu ada penelitian lebih lanjut terhadap pesan-pesan materi yang tertuang dalam buku ajar yang merumuskan persoalan elementer kemanusiaan. Persoalan ini mesti segera dicarikan jalan keluarnya agar doktrin-doktrin agama akan menjadi semakin bermakna bagi terciptanya kehidupan harmonis berbangsa dan bernegara.

Untuk soal politisasi agama islam, menurut Zainudin, istilah fundamentalis juga harus dibongkar atau didefinisikan ulang.

UIN-Maulana-Malik-Ibrahim-Malang-c.jpg

Fundamentalisme yang selama ini dikaitan dengan kekerasan teror atau pemberontakan adalah kekeliruan besar dan mereduksi nilai Islam itu sendiri.

"Menurut saya, istilah fundamentalis dan radikalisme lebih tepat dilabelkan pada kelompok organisasi Islam moderat yang berpaham inklusif dan toleran, atau para pemikir Islam seperti Mohammed Arkoun, Hassan Hanafi, Ashgar Ali, Said Nursi, Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid,  Alwi Shihab dan seterusnya," katanya.

Karena mereka memiliki pemikiran keislaman mendasar  (fundamental) dan mendalam (radix).

Bukan kepada sekelompok orang yang secara intelektual belum dikenal dan belum menguasai banyak khasanah Islam klasik yang berpandangan ekstrem dan politis.

Jadi istilah deradikalisme sudah tidak relevan dan mesti dirubah menjadi deekstremisme, karena pemikiran fundamentalis lebih identik dengan pemikiran substansialis dan cenderung inklusif, kontekstual dan moderat.

Pengukuhan guru besar Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA itu berlangsung di lantai 5 gedung rektorat UIN Maulana Malik Ibrahim dihadiri oleh sekitar 400 an orang dari berbagai kalangan perguruan tinggi.

UIN Maliki Malang menambah guru besar lagi, Rabu (8/1/2020) setelah Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA dikukuh sebagai Guru Besar Bidang Sosiologi Agama dalam sidang senat terbuka.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES