Pendidikan

Soal Renang di Kolam Bisa Picu Kehamilan, Ini Analisa Dr Shofwal Widad SpOG

Kamis, 27 Februari 2020 - 11:32 | 605.34k
Dr. Shofwal Widad, Sp.OG (K) Dokter Kebidanan dan Kandungan RSUP Dr. Sardjito. (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)
Dr. Shofwal Widad, Sp.OG (K) Dokter Kebidanan dan Kandungan RSUP Dr. Sardjito. (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTADr Shofwal Widad SpOG (K), dokter Kebidanan dan Kandungan RSUP Dr. Sardjito, mengatakan, terkait pernyataan Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sitty Hikmawatty mengenai perempuan bisa hamil saat berenang di kolam bersama pria itu dampaknya menjadi luas.

Terutama para ibu dan anak perempuan, gadis maupun banyak pihak yang merasa khawatir dan juga kritik terhadap permasalahan ini.

Advertisement

Dr Shofwal Widad SpOG (K) Dokter Kebidanan dan Kandungan RSUP Dr. Sardjito mengatakan, mestinya kalau beropini itu ada suatu penelitian atau kasus tertentu. Obyektifnya adalah mungkin ada kejadian katakanlah seorang perempuan atau atlet renang yang terus dia tidak melakukan hubungan seksual tiba-tiba hamil.

Shofwal-Widad-2.jpg

Orang yang paling banyak berkecimpung di kolam renang adalah atlet renang yang kalau ikut grup renang bisa jadi dalam seminggu 5-6 kali. Kadang bisa pagi atau sore hari jadi sehari bisa 3-4 kali.

“Sejauh ini belum pernah mendengar berita seorang atlet perempuan renang hamil tanpa cerita hubungan seksual sebelumnya. Jadi sebenarnya domain itu tidak di latarbelakangi oleh argumen suatu kondisi yang obyektif,” kata Widad di Ruang Instalasi Kesehatan Reproduksi RSUP Dr. Sardjito, Selasa (25/2/2020)

Menurutnya, secara biologi kalau hubungan seksual alamiah ketika penis itu melakukan penetrasi  ke dalam vagina, nanti di situ akan di ejakulasikan semen (cairan sperma). Kira-kira laki-laki itu ketika ejakulasi itu sekitar 3,5 ml.

Dari 3,5 ml cairan sperma yang dikeluarkan itu sebenarnya spermatozoa (sel benih) laki-laki itu dia hanya 5 persen saja dari volume 3,5 cc.

“Sedangkan 5 persennya itu adalah cairan yang isi komponennya macam-macam. Ada protein, fruktosa, gula ada enzim dan segala macam itu di luar sel benih sperma,” tuturnya

Ia menerangkan, pertama bahwa secara biologis sperma itu juga dilindungi oleh cairan yang keluar bersama saat ejakulasi jadi dari prostat menghasilkan cairan. Itu sebenarnya sebagian memproteksi sperma itu dari lingkungan yang tidak ramah terhadap sperma.

Nah, kalau ceritanya ejakulasinya di air, lingkungannya tidak sama karena begitu sperma itu di air lendir cairan tadi yang pelindungnya protein, gula, fruktosa yang itu menyediakan energi bagi sperma itukan menjadi terencerkan di air bahkan mungkin cairan-cairan itu hilang kaya tergilas. Sehingga yang memproteksi sperma itu tidak cukup lagi sehingga sperma itu menjadi cepat mati di dalam air.

Kedua, sperma itu sangat sensitif terhadap suhu dia relatif bisa bertahan pada suhu tubuh 30 derajat Celsius. Belum tentu suhu di kolam renang sama dengan suhu tubuh manusia 30 derajat, artinya dengan suhu yang berbeda dia dalam waktu beberapa detik mungkin mati.

Ketiga, ada lingkungan biologis, lingkungan fisik tadi terkait dengan suhu dan juga lingkungan kimiawi. Di kolam renang biasanya pengelola akan menaburkan kaporit. Nah, itu tidak akan ramah terhadap sperma itu ada di situ.

Sehingga adanya lingkungan fisik, kimiawi penambahan bahan-bahan kaporit , belum lagi karena sperma itu sel hidup sebagaimana sel, dia itu berinteraksi dengan lingkungan di luarnya.

“Jadi kalau sperma atau sel direndam dalam cairan yang encer (air) itu kalau dinding sel itu hidup cairan dari luar yang encer itu akan masuk ke dalam dinding sel sehingga sel itu jadi bengkak,” tutur Widad

Namun, kalau dindingnya kuat sperma tidak akan mungkin pecah tapi kalau kepekatan itu memang  drastis artinya dia sangat encer, maka cairan yang dari luar masuk ke dalam sel banyak sehingga sel itu akan pecah.

Kalaupun tidak pecah sperma akan kehilangan kemampuan kalau pecah akan mati, tapi kalau misalnya sperma tidak sampai mati maka sperma akan kehilangan kemampuan bergerak.

Tambahnya, kalau dalam lingkungan bilogis sperma itu punya kemampuan berenang kira-kira 5 mm per menit, itu dalam organ reproduksi perempuan.

Di vagina katakanlah ejakulasi 0 sperma sampai mulut rahim kira-kira 1-3 menit sampai rahim ini butuh waktu 10-20 menit dan sampai ke sel telur 30-60 menit.

Tapi kalau di luar misalkan katakanlah laki-laki mengeluarkan sperma di kolang renang lalu jarak perempuan yang renang itu berapa meter. Artinya argumen-argumen itu banyak untuk mematahkan bahwa itu penyebabnya tidak mungkin.

Belum lagi apa iya perempuan berenang itu tidak pake kostum itukan hambatan juga, bagi sperma itu tidak mudah untuk melewati karena untuk sampai ke situ saja membutuhkan persyaratan yang begitu banyak.

Sperma itu butuh enzim, energi, fruktosa untuk bisa hidup butuh lingkungan yang baik, dia butuh pH yang cocok. Di air saja pH-nya sudah tidak cocok buat sperma artinya secara fisik, kimiawi secara biologis itu kelihatannya tidak logis.

“Terhadap pernyataan KPAI ia berharap untuk para ibu, anak perempuan dan gadis saya kira tidak usah khawatir olahraga berenang itu olahraga yang menyehatkan tidak perlu khawatir dengan hal-hal demikian,” kata Dr Shofwal Widad SpOG, dosen Program Studi Obsteri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES