Pendidikan

Difabel Jangan Minder Kuliah, UB Siapkan Seleksi Khusus

Kamis, 27 Februari 2020 - 18:16 | 112.77k
WR IV UB Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati, M.S (dua dari kiri), WR I UB Prof Dr drh Aulanni'am, DES (empat dari kiri) dan Ketua PSLD UB Zubaidah Ningsih AS, Ph.D (lima dari kiri). (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
WR IV UB Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati, M.S (dua dari kiri), WR I UB Prof Dr drh Aulanni'am, DES (empat dari kiri) dan Ketua PSLD UB Zubaidah Ningsih AS, Ph.D (lima dari kiri). (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Bagi kamu penyandang disabilitas, tidak perlu khawatir untuk mendapatkan hak pendidikan untuk kuliah. Universitas Brawijaya (UB) Malang menyediakan jalur masuk khusus yakni Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD).

Wakil Rektor IV UB Prof. Dr. Ir. Mochammad Sasmito Djati, MS menjelaskan, pihak UB telah menerima penghargaan atas inovasinya di bidang kebijakan karena dinilai bisa memberikan kebijakan inovatif terhadap penyandang disabilitas. Penghargaan itu diberikan pada saat Konferensi Zero Project (19/2-21/2/2020) di Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vienna, Austria.

Advertisement

"Kami juga bantu mereka untuk masuk di dunia kerja. Kami kawal tidak hanya saat kuliah, tapi pasca kuliah. Karena kadang perusahaan ada yang masih nggak terima. Itu kami bantu, karena memang setiap mahasiswa ini ada yang istimewa tapi tidak bisa menjelaskannya," katanya, Kamis (27/2/2020).

Seleksi ini kata dia memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengakses program studi di perguruan tinggi melalui tahapan-tahapan seleksi, yaitu tes administratif, tes kemampuan akademik, simulasi perkuliahan, dan wawancara.

Ketua Pusat Studi Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB) Zubaidah Ningsih, AS, Ph.D mencanangkan melakukan kerjasama dengan instansi dan perusahaan. Maksudnya, pihak eksternal bisa melakukan job fair khusus bagi penyandang disabilitas.

"UB siap menerima mahasiswa difabel. Alumni kami banyak yang jadi guru, di pemerintahan juga banyak, satu ada staff di Kemenkumham, swasta, pengusaha dan lainnya," ungkapnya.

Tahun 2019 lalu, pihaknya mencatat ada 75 pendaftar, namun hanya 20 yang diterima. Tahun ini tidak jauh dari angka tersebut.

Ia juga mengamini pengakuan Sasmito bahwa fasilitas di UB untuk kalangan difabel masih belum semuanya terpenuhi. Namun ke depan, sejumlah pelayanan dan fasilitas bakal dikuatkan kembali.

"Kita harus akui infrastruktur kita belum sepenuhnya mendukung. Kita harus akui. Lift, akses buat penyandang disabilitas, kita akui masih kurang," kata Sasmito.

Bagi Zubaidah, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bersama. Rektor UB kata dia sangat mendukung untuk internasionalisasi kampus, salah satunya melalui program-program yang ramah terhadap penyandang disabilitas.

"Pelan tapi pasti UB menuju kesana," imbuhnya.

Berbagai inovasi di PSLD UB dilakukan. Terobosan yang dilakukan adalah buku ajar yang dulunya braille, sudah diubah menjadi suara.

Digitalisasi buku, lanjutnya, perlu dilakukan supaya penyandang bisa mendapatkan akses yang lebih banyak lagi dalam hal kegiatan belajar mengajar.

"Buku itu di-scan setelah itu program akan mengenali tulisan dan diubah menjadi suara. Audio book lah. Temen-temen bisa dengar buku itu. Pendengaran mereka bagus meskipun tidak bisa melihat," bebernya.

Pihaknya memanfaatkan fasilitas teknologi di proses perkuliahannya. Misalnya, software audio book yang disediakan di setiap kelas. Ada juga audio yang diberikan subtitle. Layanan ini dikhususkan kepada penyandang tuna rungu.

Saat ini, ada total 100 mahasiswa penyandang disabilitas yang sedang kuliah di UB. Sementara, angka alumni di instansi yang ia pimpin mencapai 56 alumni.

"Kami punya mahasiswa penyandang disabilitas berprestasi seperti Anjas itu, sudah sampek ke Amerika dia juara pembuatan aplikasi tingkat dunia. Ada beberapa prestasi anak-anak lainnya juga," jelasnya.

Ia yakin ke depannya kelangkaan fasilitas dan pelayanan untuk mahasiswa difabel bisa lebih optimal lagi. Apalagi, Universitas Brawijaya (UB) saat ini didorong oleh Rektor UB untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan akademik yang ramah terhadap mahasiswa difabel. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES