PGRI Balikpapan: Semua Harus Sinergi agar Pembelajaran Jarak Jauh Optimal

TIMESINDONESIA, BALIKPAPAN – Sebelumnya KPAI mensurvei 1700 responden yang terdiri dari siswa disekolah negeri dan swasta. Hasilnya 76,7 persen siswa mengalami kesulitan belajar dari rumah dan 23,3 persen senang dengan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Menanggapi survei KPAI, pemerhati pendidikan sekaligus ketua PGRI Kota Balikpapan, Mukiran, Jumat (01/05/2020) mengatakan semua pihak harus memahami kondisi dunia pendidikan Indonesia saat ini di tengah pandemi covid-19. Saat ini, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) biasanya tatap muka sekarang berganti dengan model daring dimana guru, siswa dan orang tua dituntut harus siap.
Advertisement
Agar PJJ bisa optimal ia meminta guru harus segera beradaptasi dengan meng-upgrade diri meningkatkan pengetahuan dan teknologi agar bisa melakukan pembelajaran jarak jauh model daring. Orang tua juga sama karena selama wabah covid-19 ini orang tua adalah pendamping dan guru bagi anaknya.
“Guru dan orang tua dituntut untuk melek teknologi agar bisa melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan baik. Selain itu komunikasi dan pendampingan intensif orang tua sangat penting agar kegiatan belajar mandiri anak bisa efektif, nyaman dan terhindar dari pengaruh negatif internet” ujarnya.
Ia juga mengingatkan jika tidak ada perubahan dibulan juni akan diadakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Setelah itu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan dilaksanakan. Jika pandemi covid-19 ini belum berakhir maka KBM tetap akan dilaksanakan dengan metode daring.
Pria berkacamata ini berharap disaat tahun ajaran baru kementerian sudah mengeluarkan kurikulum yang disesuaikan dengan situasi darurat saat ini. Tetapi jika belum maka ia meminta kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di daerah bisa mengeluarkan kebijakan pembelajaran jarak jauh yang tidak hanya mengejar kecerdasan intelektual (Intelektual Question) anak tetapi lebih menitik beratkan pada kecerdasan emosional (Emotional Question) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Question).
“Setiap anak memiliki karakter yang berbeda dan tidak bisa dinilai berdasarkan IQ nya saja. Dalam PJJ ini emosional dan spiritualnya harus lebih dominan sehingga anak mampu memotivasi, mengendalikan diri, memperkuat empati dan jiwa sosial, memiliki kepribadian positif dan jujur, meningkatkan keyakinan dalam beribadah,” katanya.
Selain itu sekolah harus segera menindaklanjuti arahan mendikbud melaui Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19.
“Dalam surat edaran mendikbud sudah jelas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat digunakan untuk pembiayaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) seperti pembelian kuota internet bagi guru dan siswa tidak mampu,” ujarnya.
Terkait anak dan orang tua tidak memiliki sarana dan prasarana penunjang pembelajaran secara daring maka kerjasama guru dengan komite kelas sangat penting. Komite kelas bisa memfasilitasi anak yang tidak mampu agar bisa berkomunikasi, mengerjakan dan mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
“Komite kelas bisa jemput bola untuk memfasiltasi anak yang tidak memiliki sarana dan prasarana. Bahkan guru sekali-kali diharapkan bisa melakukan visitasi ke siswanya. Jika keduanya tidak bisa dilakukan maka tugas yang diberikan bisa dikumpulkan setelah kegiatan belajar mengajar kembali normal,” katanya.
Ia menambahkan sekolah juga punya tanggung jawab untuk meningkatkan kapasitas guru-gurunya.
“Adakan pelatihan online untuk peningkatan kapasitas guru agar dapat menggunakan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh. Guru dilatih untuk kreatif dan inovatif merancang dan membuat materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga mudah dipahami oleh siswa” katanya kepada Balikpapan TIMES. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Adhitya Hendra |