Cerita Awal Mula Kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Cirebon

TIMESINDONESIA, CIREBON – Nama Laksamana Cheng Ho tidak lepas dari sejarah perjalanan Cirebon di masa lampau. Kedatangannya ke Cirebon maupun daerah-daerah lainnya di Nusantara melahirkan peninggalan-peninggalan yang beberapa diantaranya masih bisa dilihat.
Budayawan Tionghoa asal Cirebon, Jeremy Huang mengungkapkan, Laksamana Cheng Ho datang ke Nusantara bersama rombongan dengan jumlah 62 kapal besar, 255 kapal kecil, dan 22.550 orang. Yang di dalamnya terdapat perwira, prajurit, ahli astronomi, politisi, pembuat peta, ahli bahasa, ahli geografi, para tabib, juru tulis, dan juru masak. Rombongan besar tersebut menjelajah di berbagai wilayah atas perintah Kaisar Yung Lo.
Advertisement
"Rombongan Laksamana Cheng Ho datang dalam jumlah armada yang besar," jelasnya kepada TIMES Indonesia, Minggu (7/6/2020).
Jeremy melanjutkan, ada banyak sumber yang menceritakan rombongan Laksamana Cheng Ho datang ke Cirebon, terutama ke Muara Jati. Sebuah pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang asing maupun lokal. Dalam buku berjudul 'China Muslim di Jawa abad ke-XV dan XVI' karya HJ De Graaf, diperkirakan kedatangan Laksmana Cheng Ho sekitar tahun 1415.
Dalam kunjungan ke Muara Jati, lanjut Jeremy, Laksamana Cheng Ho datang bersama Ma Huan, Ha San, dan Qung Wu Bin. Mereka membangun sebuah mercusuar di Pelabuhan Muara Jati. Kemudian beberapa orang dari rombongan Laksamana Cheng Ho ada yang menetap di Srindil, Talang, dan Gunung Sembung.
"Mereka kemudian membangun perkampungan Tionghoa Muslim dipimpin Qung Wu Bin dari Mazhab Hanafi," tuturnya.
Dalam buku berjudul 'Laksmana Cheng Ho' karya Tan Ta Sen, dijelaskan bahwa Ma Huan alias Zongdao merupakan keturunan Asia Tengah. Dia fasih berbahasa Arab dan Persia. Kemudian, Ma Huan direkrut oleh Cheng Ho sebagai penerjemah dan mengikuti pelayaran ke-4, 6, dan 7.
Jeremy melanjutkan, Ma Huan juga menulis buku berjudul 'Yingya Shenglan', yang berisi tentang laporan dan pengalamannya selama perjalanan laut. Dalam buku tersebut, Ma Huan menamakan Cirebon dengan sebutan nama Ching Li Wen. Yang artinya sumber yang dalam. Karena dulu di sekitar Cirebon cukup melimpah kekayaan alam dan kekayaan hewan.
Dari kedatangan rombongan Laksamana Cheng Ho ke Cirebon dan daerah lainnya, meninggalkan beberapa warisan berupa kuliner. Seperti nasi goreng, cap jay, pu yong hai, nasi leng ko, kwee tiauw, ifu mie, petisi, terasi, rupuk, kecap, mie, bihun, tahu, misoa, kue talam, kue cikak, moho, bakpao, sayur kailan, sayur pe cay, dan sayur cai sim.
"Laksamana Cheng Ho meninggal tahun 1433 pada usia 62 tahun di lautan Calicut Calcuta India," ungkapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Cirebon |