
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Program Studi (Prodi) Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar International Tropical Farming Summer School (ITFSS) Tahun 2020.
ITFSS yang digelar kelima kalinya tersebut mengusung tema “Approaching Technology Based on Local Wisdom in Support Agriculture Sustainability in Tropical Area”. Berbeda dengan tahun sebelumnya, ITFSS kali ini digelar melalui jaringan virtual dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
Advertisement
Rektor UMY yang sekaligus juga menjadi pembicara dalam acara ITFSS, Dr Ir Gunawan Budiyanto MP menyampaikan bahwa di DIY terdapat permasalahan sektor pertanian khususnya petani yang tinggal di area tanah berpasir.
Hal tersebut diyakininya bisa menjadi pengetahuan bagi peserta tentang bagaimana menanggulangi masalah pertanian ketika berada di area tanah yang berpasir. Pada umumnya lahan pertanian di Pantai Selatan Yogyakarta didominasi oleh pecahan tanah berpasir.
Menurutnya, dalam iklim kering bahan organik tanah terurai dengan cepat sehingga hal tersebut dapat menyebabkan daratan pantai kekurangan bahan organik dan humus untuk membentuk gumpalan tanah.
“Dilihat dari sifat fisiknya, tanah dengan kandungan bahan organic yang rendah memiliki kapasitas yang rendah dalam menahan air, kandungan nitrogen dan pemupukan menjadi tidak efisien karena unsur hara yang berasal dari daerah perakaran menjadi hilang disebabkan oleh gravitasi air,” jelas Gunawan dalam keterangan tertulis kepada TIMES Indonesia, Jumat (28/8/2020).
Selain itu, dijelaskan pula berbagai sumber bahan organik telah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tampung air pada lahan berpasir. Gunawan mengaku, jenis bahan organik, pupuk kandang, kompos dan bahan lainnya berasal dari sisa tanaman yang akan diaplikasikan serta tercampur dengan tanah.
“Ini akan menjadi teknologi yang bagus untuk diterapkan oleh para petani,” ungkapnya.
Sementara itu, lain halnya dengan permasalahan yang yang berada di negara Jepang. Menurut Rektor Yamagata University, Prof Satoru Sato, bahwa penerapan unik justru terjadi di sebagian besar daerahnya dalam meningkatkan produktivitas di sektor pertanian.
“Di jepang, kami melakukan observasi dan banyak dilakukan oleh penduduk kami tentang penggunaan bebek di lahan persawahan. Bebek tersebut dapat memakan gulma, rumput dan serangga yang melekat di tanaman seperti padi dan sebagainya dan terbukti dengan adanya bebek tersebut telah meningkatkan kesuburan tanah,” ujar Satoru Sato yang hadir di acara ITFSS UMY tersebut.
Kemudian, pihaknya pun memberi tahu bahwa dirinya sudah melakukan uji coba dengan penerapan siput untuk tanaman padi yang hasilnya daun padi menjadi lebih hijau karena siput dapat mempengaruhi algae serta bahan organik secara positif.
Meski adanya pandemi Covid-19, ITFSS Tahun 2020 yang diselenggarakan oleh UMY tersebut diikuti oleh 50 peserta mahasiswa dari berbagai negara diantaranya Indonesia, Spanyol, Sri Lanka, Jepang, Myanmar, Ghana dan India. Tujuan dari kegiatan Summer School ini untuk mengundang pelajar dari seluruh dunia dimana mereka bisa bersama-sama mempelajari serta mendapatkan pengalaman tentang bagaimana bertani di iklim tropis Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |