
TIMESINDONESIA, BANDUNG – Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universtias Pendidikan Indonesia (UPI Bandung) menggelar penelitian “Perspektif Tokoh Nahdatul Ulama terkait Penyebutan Kafir bagi Nonmuslim di Indonesia.”
Ketua Tim PKM UPI, Asep Soleh menjelaskan, penelitian ini dilatarbelakangi munculnya isu penggantian penyebutan “kafir” kepada orang-orang yang tidak memeluk agama Islam di Indonesia.
Advertisement
“Penelitian berdasarkan wacana penggantian sebutan kafir, menjadi nonmuslim. Penggatantian sebutan ini diprakarsai oleh ormas NU pada saat sidang Komisi Bahtsul Masail Maudluiyah dalam Munas Alim Ulama NU di Kota Banjar pada awa Maret 2019 lalu,” jelas Asep dalam rilisnya, Kamis (1/10/20).
Tim peneliti terdiri dari Asep Soleh, mahasiswa Prodi Ilmu Pengetahuan Agama Islam angkatan 2018 yang beranggotakan Muhammad Nur Imanulyaqin mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi angkatan 2017, dan Leli Mulyatika, mahasiswa Prodi Pendidikan Kewarganegaraan angkatan 2017. Tim peneliti ini di bawah bimbingan Asep Dahliyana, S.Pd., M.Pd.
Menurut tim, adanya isu pergantian sebutan kafir di muka umum tersebut menimbulkan ketegangan. Sebagian orang yang tidak setuju mengganggap perubahan term kafir menjadi nonmuslim, telah melakukan perubahan terhadap nash Al-Qur’an.
“Sedangkan bagi orang-orang yang setuju, mengganggap hal ini sebagai tindakan yang berpotensi memicu kerukunan antar warga negara Indonesia,” lanjut Asep.
Dengan adanya perbedaan pandangan tentang penggantian term Kafir menjadi Nonmuslim, kata Asep, dikhawatirkan malah makin memicu tindakan-tindakan intoleransi di Indonesia.
Dalam penelitian ini Tim PKM UPI akan menguak term kafir yang dimaksudkan oleh ormas NU. “Harapannya orang-orang yang pada mulanya bersitegang karena berbeda pendapat tentang penyebutan term kafir, kini akan kembali rukun sehingga akan mendorong terciptanya Indonesia yang harmonis,” ucap Asep.
Bagi yang sependapat dipersilahkan untuk mengikuti dan melaksanakannya agar sebutan kafir diganti dengan nonmuslim. Sementara untuk yang tidak sependapat menggantinya dipersilahkan untuk menghindarinya dengan tidak membesar-besarkan masalah ini.
Dosen pembimbing dalam penelitian ini, Asep Dahliyana mengatakan penelitian ini sangat penting, mengingat Indonesia merupakan negara yang majemuk, yang berazaskan Pancasila. “Jika kemajukan tersebut tidak dipelihara, maka akan sangat berbahaya untuk bangsa Indonesia” kata Dosen UPI Bandung ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Publisher | : Rizal Dani |