Terima Gelar Doktor HC, Habib Lutfi: Kita Tengok Kembali Sejarah

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Menerima penganugerahan Dokter Honoris Causa dari Universitas Negeri Semarang (UNNES), Maulana Habib Luthfi bin Yahya menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Strategi Komunikasi Pemberdayaan Umat dan Sejarah Kebangsaan", Senin (9/11/2020).
Dalam orasi tersebut, Habib Luthfi mengajak kita kembali menengok sejarah. Menurutnya secara historis bangsa kita telah menunjukkan kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Hal itu dimanifestasikan oleh berdirinya bangunan bersejarah yang monumental seperti Candi Borobudur dan Prambanan.
Advertisement
Kejayaan bangsa juga tercermin dengan adanya kerajaan besar, mulai dari Majapahit, Sriwijaya, Aceh, Demak, dan masih banyak lagi. Beberapa jejak tersebut adalah bukti akan adanya dua hal.
"Selain tingginya tingkat pengetahuan dan teknologi, sekaligus adalah bukti kemajuan ekonomi. Karena tidak mungkin bangunan dan situs-situs itu berdiri tanpa disokong kesejahteraan ekonomi yang kuat," ungkap Habib Luthfi.
Kedua adalah bukti bagaimana kemajuan tersebut tetap linear dengan budaya keberagaman dan kebhinekaan. Mengingat berbagai bangunan dan kerajaan tersebut memiliki latar belakang yang berbeda.
"Untuk itu, sangat wajar jika bangsa Indonesia terus melahirkan tokoh-tokoh besar yang berkontribusi penting dalam perjuangan kemerdekaan di tengah berbagai keberagaman dan perbedaan," ungkapnya.
Sementara menyikapi era milenial saat ini, dimana terjadi keterbukaan media, penyebaran hoaks, maraknya ujaran kebencian, akan menjadi tantangan para pendakwah.
"Untuk itu penting bagi para pelaku syiar agar tetap dalam koridor yang tidak menyimpang dari ajaran agama dan nilai-nilai kebangsaan demi terjaganya keutuhan bangsa," tekannya.
Habib Luthfi mencontohkan Nabi Muhammad dalam menyebarkan dakwah. Sebagai tauladan, Nabi Muhammad berdakwah dengan cara terbaik, yakni melalui sikap dan perilaku, bukan kekerasan.
"Dengan model dakwah yang baik dapat pula menjadi strategi dalam pemberdayaan umat. Terutama yang dilakukan melalui 3 pilar, yakni Agama, Kebangsaan (Nasionalisme), dan Perekonomian," jelasnya.
Tiga pilar tersebut menurut Habib Luthfi akan saling terkait dan menjadi landasan agar terciptanya karakter bangsa dan sikap nasionalisme. Penting pula melandasinya dengan pemahaman sejarah bangsa agar umat tidak terdistorsi dalam makna kebangsaan yang tersegmentasi dan parsial
"Cara demikianlah yang akan menguatkan rakyat dan membentuk sendi-sendi yang kokoh dalam menyongsong Indonesia yang maju dan sejahtera," pungkas Habib Luthfi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |