The Al-Fatihah Character, Aktualisasi Nilai-nilai Al-Fatihah sebagai Best Practice Pendidikan

TIMESINDONESIA, MALANG – The Al-Fatihah Character, merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Roli Abdul Rokhman, mahasiswa S3 Penidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), untuk mendeskripsikan aktualisasi nilai-nilai Al-Fatihah sebagai best practice pendidikan dan mendiskripsikan madrasah sebagai pusat diseminasi nilai-nilai Al-Fatihah.
Pada konteks ini, nilai-nilai Al-Fatihah dirumuskan sebagai panduan untuk membina karakter insan saleh. Fokus penelitian ini tentang rumusan nilai-nilai Al-Fatihah, makna nilai-nilai Al-Fatihah, dan implementasi nilai-nilai Al-Fatihah sebagai best practice pendidikan.
Advertisement
“Tujuan saya mengambil penelitian ini adalah untuk mengembangkan model implementasi nilai-nilai Al-Fatihah sebagai best practice pendidikan, berperan sebagai panduan membina karakter insan saleh," ujar Roli Abdul Rokhman.
Roli menjelaskan bahwa penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menggunakan paradigma konstruktivisme, mengambil jenis penelitian studi kasus yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bojonegoro Jawa Timur Indonesia.
Subjek dalam penelitian ini adalah, 2 orang wakil kepala madrasah, 4 orang guru, 11 orang perwakilan peserta didik, 2 orang peserta didik dari pengurus organisasi siswa intra madrasah, 4 orang alumni dan 2 orangtua/wali. Metode pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif, wawancara terstruktur dan focus group discussion.
Untuk menganalisis data, peneliti melakukan analisis studi kasus model alur Robert K. Yin melalui lima tahapan. Yaitu, pertama, mengumpulkan data ke data base formal melalui pengorganisasian data asli secara cermat. Kedua, pembongkaran data dalam data base yang melibatkan prosedur pengkodean data.
Ketiga, pemasangan data berdasarkan wawasan peneliti dalam melihat pola yang muncul. Keempat, interpretasi data yang dipasang untuk dikumpulkan kembali. Kelima, penyimpulan dari seluruh studi kasus yang telah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan laporan.
Sebagai sistem yang integral dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan madrasah hadir untuk merespons kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sebuah produk transformasi budaya global.
Kemajuan sains dan teknologi yang berkembang sedemikian pesat dalam berbagai bidang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia di seluruh penjuru dunia. Fenomena ini telah manjadi tuntutan masyarakat global yang harus disikapi positif.
Keberadaan sains sebagaimana tujuan awalnya dikembangkan untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia. Selain itu, pendidikan madrasah harus tetap memiliki konsistensi dalam melestarikan nilai-nilai keislaman yang dikenal sarat dengan norma akhlak karimah yang diyakini akan membawa perubahan bagi umat manusia pada kehidupan yang lebih baik dan lebih bermartabat.
Pendidikan madrasah era saat ini menghadapi berbagai macam tantangan yaitu: pertama, krisis moral yang disebabkan adanya acara-acara di media elektronika dan media massa lainnya; kedua, krisis kepribadian, disebabkan pergaulan yang sekuler, dan ketiga; krisis kualitas, disebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berdampak pada menurunnya kualitas karya anak bangsa.
Semua jenis kenikmatan ataupun kemewahan senantiasa menggoda kepribadian seseorang. Karena itu, nilai kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, dan kepedulian sosial akan terkikis.
Dengan kondisi semacam ini, pendidikan madrasah dituntut membekali peserta didik dengan nilai moral, kepribadian, kualitas, dan kedewasaan hidup guna menjalani kehidupan multikultural dengan beragam problemanya agar tetap teguh menjalani kehidupan yang aman, damai, bahagia, dan mulia.
Al-Fatihah sebagai ummu al-kitab dan menjadi surah yang paling populer di kalangan umat Islam, memiliki nilai-nilai universal yang dapat dijadikan panduan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan yang selamat dan sukses. Sebagai ringkasan Al-Qur’an, surah Al-Fatihah merupakan surah yang luas kandungannya.
Surah ini mengandung beberapa konsep dalam mengelola karakter manusia. Yakni, melalui olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah karsa.
Maka apabila mempelajari, mendalami makna, dan mengamalkannya diharapkan dapat membangun karakter seseorang yang mempunyai daya pikir cerdas, kreatif, gemar membaca, dan selalu memiliki rasa ingin tahu, memiliki hati yang religius, jujur, bertanggung jawab, memiliki raga yang sehat dan bersih, serta memiliki karsa yang peduli dan kreatif.
Nilai-nilai Al-Fatihah dirumuskan sebagai alternatif solusi yang efektif untuk membina generasi yang berkualitas insan saleh. Sebab, Al-Fatihah memiliki nilai-nilai utama yang dapat menuntun seseorang agar dapat mengenali dan mendayagunakan potensinya untuk kepentingan menghadapi beragam tuntutan dan kebutuhan di masa depan.
Apabila seseorang dapat memahami dan memanfaatkan nilai-nilai Al-Fatihah untuk memandu kehidupan yang akan dijalani, maka akan menjadi penuntun untuk berjalan di jalan yang lurus dan menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Secara substansi, Al-Fatihah memiliki nilai-nilai universal yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai Al-Fatihah dapat disemaikan secara tersistem ke dalam diri pribadi setiap Muslim.
Penyemaian nilai-nilai Al-Fatihah akan membentuk karakter insan saleh yang memiliki kepribadian utama yang berintegritas dan menjamin keunggulan.
Namun demikian amat disayangkan, karena yang terjadi di lapangan malah sebaliknya.
Al-Fatihah hanya diposisikan sebagai bacaan rutinitas yang kurang menyentuh nalar bahkan sebaliknya, pengamalan Al-Fatihah menumpulkan nurani seorang muslim. Sebab, Al-Fatihah hanya diposisikan sebagai bacaan ritualitas (mantra) yang kering tanpa makna.
Kebiasaan ini akan memunculkan sikap kontradiktif antara keuniversalan nilai-nilai Al-Fatihah dengan kognisi, afeksi, dan psikomotorik seorang muslim. Apabila nilai-nilai Al-Fatihah diamalkan dengan baik dalam kehidupan nyata, diharapkan akan membawa peningkatan kualitas diri sebagai bekal untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, bahagia, dan mulia.
Pada kenyataan yang lain, ada
sebagian kecil kelompok umat Islam yang telah berusaha secara optimal dalam memahami dan memaknai Al-Fatihah dengan mengedepankan nalar dan nurani cerdasnya agar nilai-nilai Al-Fatihah dapat membingkai keseluruhan aktivitas dalam kehidupan nyata. Namun, tidak jarang mereka yang mengedepankan nalar dan nurani cerdasnya dalam memahami dan memaknai Al-Fatihah, justru menghadapi benturan keras dari kalangan internal umat Islam.
Mereka dicaci maki, dicerca, direndahkan, bahkan ditolak untuk sekadar bergabung dalam sebuah pertemuan atau menjadi imam salat dalam suatu masjid. Situasi yang tidak mengenakkan ini terjadi karena tidak semua lapisan umat telah memiliki cara pandang yang holistik dalam memaknai nilai-nilai Al-Fatihah sebagai guidance membentuk karakter insan saleh.
Nilai-nilai Al-Fatihah sangat berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, dengan kehidupan masyarakat yang majemuk, tingkat penalaran dan cara berpikir yang sangat beragam. Aktualisasi nilai-nilai Al-Fatihah menjadi kebutuhan sekarang ataupun dimasa depan.
Abdullah Saeed, telah merumuskan langkah kerja yang dapat djadikan rujukan seorang penafsir Al-Qur’an untuk menghasilkan suatu interpretasi yang obyektif dan relevan dengan relitas kehidupan sekarang.
Langkah pertama membahas tentang penemuan makna teks, penafsir mencari dan mengumpulkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an terkait permasalahan yang ingin dikaji. Langkah kedua berkaitan dengan analisis kritis, untuk mengkaji makna apa yang diinginkan Al-Qur’an tanpa dikaitkan dengan konteks penerima wahyu dan kondisi saat ini.
Langkah ketiga berkaitan dengan pengaitan antara makna teks dengan penerima wahyu (Nabi Muhammad). Langkah keempat berkaitan dengan pengaitan teks dengan konteks masa kini yang dilakukan dengan menganalisis konteks masa kini yang dianggap relevan dengan pesan-pesan dalam teks.
Memahami Al-Qur’an tidak terhenti secara linguistik, namun harus dikaji secara mendalam untuk menemukan makna baru yang sesuai dengan realitas kontemporer.
Al-Fatihah memiliki beragam makna, hal ini juga menunjukkan tentang peran, fungsi, hikmah dan keistimewaan Al-Fatihah. Sebagian besar kaum muslimin lebih mengedepankan keyakinannya dalam mengamalkan surah Al-Fatihah, sedangkan pemahaman terhadap makna nilai-nilai Al-Fatihah tidak menjadi skala prioritas utama.
Akibatnya, banyak kaum muslimin yang mengabaikan makna nilai-nilai Al-Fatihah sebagai panduan menjalani kehidupan sukses, bahagia, dan mulia. Bahkan sering terjadi di lapangan, Al-Fatihah hanya diposisikan sebagai bacaan rutinitas yang kurang menyentuh nalar dan fitrah manusia.
Apabila Al-Fatihah hanya diposisikan sebagai bacaan ritual, maka dapat memunculkan sikap kontradiktif dengan nilai-nilai Al-Fatihah, baik secara kognisi, afeksi, dan psikomotorik.
Al-Fatihah harus dipahami dengan benar dengan menggunakan nalar yang cerdas, dihayati dengan baik untuk menguatkan mental spiritual dan dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani yang berkarakter insan saleh.
Al-Fatihah belum dipahami sebagai petunjuk untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik dan bermartabat.
Al-Fatihah memiliki formulasi nilai-nilai Rabbaniyah dan nilai-nilai Insaniyah, namun nilai-nilai tersebut belum dipahami secara holistik sebagai panduan untuk membina karakter insan saleh.
Berdasarkan hasil analisa data, rumusan nilai-nilai Al-Fatihah sebagai best practice pendidikan dirumuskan dalam akronim “Kata Sudi Ajar” (kasih, tanggung jawab, syukur, disiplin dan pembelajar).
Yaini, 1) nilai kasih, disarikan dari makna ayat yang bunyi “bismillāhi al-raḥmāni al-raḥīm” dan al-raḥmāni al-raḥīm”; 2) nilai tanggung jawab, disarikan dari makna ayat yang berbunyi “māliki yaumi ad-dīn”; 3) nilai syukur, disarikan dari makna ayat yang berbunyi “al-ḥamdu lillāhi rabbi al-'ālamīn”.
Lalu, 4) nilai disiplin, disarikan dari makna ayat yang berbunyi “iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn”, dan 5) nilai pembelajar disarikan dari makna ayat yang berbunyi “ihdina al-ṣirāṭal-mustaqīm dan ṣirāṭa allażīna an'amta 'alaihim gairi al-magḍụbi 'alaihim wala aḍ-ḍāllīn”.
Nilai-nilai Al-Fatihah memiliki sifat universal. Maknanya bersifat aktual dan dapat dikaitkan dengan beragam situasi ataupun keadaan sepanjang zaman. Nilai-nilai Al-Fatihah memiliki sifat fungsional. Isinya dapat diterapkan sebagai panduan hidup dalam segala situasi ataupun keadaan untuk mewujudkan kehidupan yang bahagia dunia akhirat.
Seseorang yang konsisten menerapkan nilai-nilai Al-Fatihah sebagai panduan hidup, dapat membawa pada kehidupan yang tertib dan teratur dalam melaksanakan rutinitas kegiatan sehingga akan mengantarkan pada kehidupan yang selamat, sukses, dan bahagia.
Al-Fatihah juga memiliki makna instrumental dan makna substansial. Makna instrumental menjadi sarana yang dapat memandu peserta didik, pendidik, ataupun tenaga kependidikan agar dapat membina diri sehingga memiliki karakter mulia yang akan mengantarkan seseorang untuk selalu beramal saleh.
Sedangkan makna substansial dapat menguatkan pemahaman dan keyakinan peserta didik, pendidik, ataupun tenaga kependidikan agar memiliki ketahanan mental dan kesiapan diri untuk menghadapi segala keadaan yang akan terjadi.
Nilai-nilai Al-Fatihah perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat membentuk karakter insan saleh. Adapun model implementasi nilai-nilai Al-Fatihah sebagai best practice pendidikan dilakukan melalui beberapa langkah.
Yaitu: 1) sosialisasi nilai-nilai Al-Fatihah; 2) mengikutsertakan warga dalam kegiatan training karakter berbasis nilai-nilai Al-Fatihah; 3) melakukan simulasi ataupun uji coba penerapan nilai-nilai Al-Fatihah; 4) melakukan kegiatan pemantauan (monitoring) penerapan nilai-nilai Al-Fatihah; 5) memberikan bimbingan dan penyuluhan secara individual maupun kelompok; 6) membiasakan menerapkan nilai-nilai Al-Fatihah.
Kemudian, 7) melakukan self assesment agar setiap individu ataupun kelompok memahami persoalan dan menemukan solusinya; 8) melakukan pemodelan penerapan nilai-nilai Al-Fatihah; dan 9) mengembangkan riset dan literasi nilai-nilai Al-Fatihah sebagai rujukan pengembangan karakter insan saleh.
Mengimani Al-Qur’an, tidak cukup hanya dengan membaca ataupun menghafalnya, namun yang terpenting adalah melaksanakan isinya secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data hasil penelitian, aktualisasi nilai-nilai Al-Fatihah dapat membentuk kharakter insan saleh. Sosok insan saleh senantiasa menampilkan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan kemampuan tangguh sebagaimana tercermin dalam sikap sebagai berikut
Pertama, (1) senantiasa menjaga keteguhan iman dan kualitas ketakwaan untuk modal menjalin hubungan harmonis dalam berinteraksi dengan Tuhan, sesama manusia dan sesama makhluk. 2) selalu menampilkan diri sebagai sosok insan yang senantiasa memandang dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mewujudkan tujuan penciptaan manusia, baik sebagai hamba atau khalifah-Nya.
Lalu, (3) senantiasa dapat memosisikan diri sebagai pribadi yang merdeka dan bertanggung jawab dan seimbang dalam mengelola potensinya agar dapat berkembang dengan baik sesuai dengan sunatullah; 4) selalu berpikir dan bertindak secara positif dan realistis dengan tetap menjaga idealisme dalam segala situasi dan keadaan.
Dan, 5) senantiasa menjaga orientasi segala aktivitas kehidupannya hanya untuk mendapatkan rida Allah Ta’ala. (*)
*) Penulis adalah Roli Abdul Rokhman, mahasiswa S3 Penidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
***
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |