Pendidikan

Yudian Wahyudi Gembleng  Mahasiswa Diklatpimnas

Selasa, 22 Desember 2020 - 06:54 | 32.43k
Peserta Webinar Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS), Senin (21/12/2020) (FOTO: Tangkapan Layar)
Peserta Webinar Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS), Senin (21/12/2020) (FOTO: Tangkapan Layar)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam menghadirkan Kepala Badan Pembinaan Idiologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi untuk menggembleng mahasiswa.

Yudian tampil di hari kedua menyampaikan materi Pancasila dan Islam kepada mahasiswa peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS), Senin (21/12) melalui aplikasi zoom tadi malam.

Advertisement

Dihadapan 80 aktivis mahasiswa PTKI, Yudian menegaskan bahwa Pancasila adalah anugerah terbesar tidak hanya bagi bangs ini tetapi juga bangsa-bangsa di dunia pada abad 20 ini. Pasalnya lanjut Yudian, Pancasila sebagai idiologi bangsa diakui juga oleh bangsa-bangsa lain di belahan dunia ini. 

“Nilai-nilai Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan agama karena digali oleh the founding father bangsa sebagai sebuah kesepakatan bersama”, ujar Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta ini.

Yudian Wahyudi

Lebih lanjut diterangkan Yudian, republik ini di bangun dengan dasar persatuan semua elemen bangsa dan itu menjadi salah satu sila dalam Pancasila sebagai sebuah pengakuan atas berbagai keragaman.

Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga ini menyebutkan tiga alasan kenapa Islam harus mengakui Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara? Pertama, spirit perjuangan kemerdekaan meniscayakan Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa. 

“Adanya legitimasi hukum (Islam) mengenai ijma‘ bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan bersama sebagai dasar dan pedoman hidup bangsa Indonesia”, terang Yudian sebagai alasan kedua. 

Alasan ketiga lanjut Yudian Wahyudi adalah pengakuan hukum internasional bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia didasarkan pada semangat persatuan yang dibingkai oleh Pancasila sebagai dasar negara. 

Yudian berpesan kepada mahasiswa agar menjaga semangat persatuan sebagai warga bangsa. “Pada saat mewujudkan Indonesia merdeka tidak ada pemisahan antara kelompok religius, terutama Islam dan nasionalis, semua bersatu berjuang mewujudkan kemerdekaan”, katanya. 

Diklatpimnas diselenggarakan secara online pada 20-26 Desember 2020 dan dilanjutkan offline pada 28-30 Desember 2020. Materi yang diberikan selama 10 hari setara dengan 70 jam pelajaran. “Kami berharap agar mahasiswa mempunyai kapasitas memimpin dan dipimpin oleh orang lain, sehingga akan terlatih ketika nantinya menjadi pemimpin bangsa”, harap Direktur Diktis Suyitno. 

Selain Yudian, nara sumber yang hadir di hari kedua kegiatan Diklatpimnas adalah Abdul Mukti Sekum PP Muhammadiyah dan Imam Nakhoi Komisi Nasional Perempuan. 

Acara dipandu oleh instruktur Ruchman Basori Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan, Amirudin Kuba Kasi Kemahasiswaan, Mahrus El Mawa Kasi Penelitian, M. Aziz Hakim Kasi Pengembangan Dosen PTKIN, dan Ali Muhtartom Dosen UIN SMH Banten dan Dosen UIN Walisongo, Imam Yahya Ketua Rumah Moderasi Beragama, Antin Lathifah, Luluk Khoirunnisa, Saminanto dan Luthfi Rahman. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imam Kusnin Ahmad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES