Soal Kasus Intoleransi di Sekolah, Begini Komentar Dosen Universitas Negeri Surabaya

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Belakangan, kasus intoleransi terhadap siswi non muslim di SMK Negeri 2 Padang sempat menjadi viral di jagat maya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud RI), Nadiem Makarim telah memerintahkan pemerintah daerah untuk memberikan sanksi tegas kepada oknum yang terlibat.
"Sekolah tidak boleh sama sekali membuat aturan atau imbauan kepada peserta didik untuk menggunakan model pakaian kekhususan agama tertentu sebagai pakaian seragam sekolah, apalagi jika tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan peserta didik," ujarnya seperti dilansir Tempo (24/1/2021).
Advertisement
Kejadian tersebut lantas menimbulkan pertanyaan mengenai sikap toleransi di dunia pendidikan. Terutama terkait toleransi antar agama dan ras di dalam institusi-institusi pendidikan.
Dosen Universitas Negeri Surabaya bidang Manajemen Pendidikan, Muchlas Samani melihat bahwa kualitas toleransi di dunia pendidikan khususnya di Surabaya sudah cukup baik. Muchlas mengatakan bahwa kasus intoleransi didunia pendidkan di Surabaya tidak ada.
"Di Surabaya tidak ada (intoleransi). Mungkin karena Surabaya sendiri kota yang cukup multietnis," paparnya, Jumat (29/1/2021).
Menurutnya, Pelajaran mengenai sikap toleransi sendiri sebenarnya telah menjadi muatan ajar dalam kurikulum sekolah, khususnya pada mata pelajaran PPKN. "Dalam PPKN sudah diajarkan bahwa kita itu bhineka. Kita harus paham perbedaan (antar sesama) itu," ucapnya.
Muchlas juga berpendapat bahwa budaya toleransi harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah. "Yang mempengaruhi perilaku bukan pelajaran di kelas, tapi (aktivitas) sehari-hari. Budaya membentuk perilaku kita," jelasnya.
Mendikbud RI juga tengah mempersiapkan hotline khusus pengaduan tindakan intoleransi di sekolah. Hal tersebut dilakukan demi menghindari terjadinya aksi intoleransi yang serupa di dunia pendidikan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |