Webinar STAIMA Al Hikam Malang: Kualitas Masa Depan Ditentukan Karakter Milenial

TIMESINDONESIA, MALANG – Pengamat pendidikan karakter STAIMA Al Hikam Malang, Dr (Cd) Umi Salah MPdI menyampaikan, generasi milenial sekarang sangat membutuhkan pendidikan karakter yang kuat. Itu karena generasi ini berada pada transisi society 4.0 ke society 5.0.
"Krisis karakter banyak terjadi di era disrupsi teknologi. Generasi milenial sangat rentan mendapat problem karakter ini," ucap Umi dalam webinar Minggu (22/8/2021).
Advertisement
Webinar yang mengambil tema "Pembentukan Karakter sebagai Momentum Perubahan Paradigma Pendidikan" ini menghadirkan sejumlah pemateri. Ada Dr (Cd) H. A. Ikhwan Mahmudi, M.Si (Pengasuh PPPIA & Kepala MA Al-Ittihad) dan opening speech dan Umi Salamah.
Bagaimana pendidikan karakter di era sekarang? Kandidat doktor UIN Malang ini mengatakan, saat ini karakter menjadi pembicaraan intens dan meluas dalam dunia pendidikan beberapa tahun terakhir. Itu sejalan dengan makin merosotnya perilaku generasi milenial.
"Kondisi ini berakibat pada munculnya berbagai respon stakeholder pada pendekatan pendidikan atas krisis karakter yang terjadi, namun belum banyak berkontribusi dalam perbaikan moralitas," ucap calon doktor milenial ini.
Dikatakan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, pada 2017 terdapat 320 anak yang terlibat dalam berbagai tindakan kriminal. Seperti tindakan pencurian, begal, geng motor, pembunuhan, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya.
Bahkan sejak 2011 sampai 2018 tercatat sebanyak 11.116 anak di Indonesia tersangkut kasus kriminal. "Padahal kualitas remaja atau kaum muda menjadi syarat bagi kemajuan di masa depan," ucap mantan guru SD ini.
Kondisi remaja yang ideal, sambung dia, sebagai generasi penerus adalah mereka yang mendapatkan layanan pendidikan yang berimbang antara pengetahuan umum dan pendidikan karakter. Karenanya, kondisi ini telah menyita perhatian akademisi dan peneliti dalam melihat pentingnya berbagai pendekatan pendidikan karakter agar tercapainnya tujuan pendidikan nasional. Setidaknya terdapat tiga kecendrungan studi tentang pendidikan karakter.
Pertama, konsep dan implementasi pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan. Kedua, model pendidikan karakter sebagai solusi atas krisis moral dan perilaku peserta didik, dampak atas krisis moral peserta didik.
"Dan, ketiga, akomodasi nilai budaya dan agama dalam pendidikan karakter, dalam hal ini etika agama yang diintegrasikan dalam pembangunan karakter," ujarnya.
Sementara, Dr. (CD) H. A. Ikhwan Mahmudi, M.Si dalam pemaparan materinya menyampaikan terkait degradasi karakter yang terjadi pada generasi muda. Juga berbagai kasus yang terjadi mulai penggunaan narkoba, pergaulan bebas, melakukan hubungan seks di luar nikah, aborsi.
Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menjadi perhatian khusus terutama dalam dunia pendidikan. pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.
"Karakter hanya bisa dibangun melalui pendidikan. pendidikan karakter akan berhasil jika kurikulum memberikan ruang di dalamnya dan didukung seluruh stakeholder," ucapnya.
Dikatakan, ruang lingkup pendidikan karakter antara lain olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Pesantren dan pendidikan Islam terbukti mampu menyiapkan generasi yang berkarakter.
"Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui 3 hal. Yakni tauhid (amanu), perilaku baik dan relevan (amilus sholihat), dan peduli (tawashou bil haq bishobr)," tuturnya dalam webinar STAIMA Al Hikam Malang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |