Kisah Inspiratif Mahasiswa UGM Magang di KJRI Cape Town Afrika Selatan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Haritz Lawana Prakasa, salah satu mahasiswa Program Studi Manajemen dan Kebijakan publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil menjadi bagian dari kesempatan magang di Konsulat Jendral Republik Indonesia atau KJRI Cape Town di Afrika Selatan.
Selama satu bulan, mulai Juni hingga Juli 2021, Haritz merasakan setiap divisi bagian di KJRI - dari ekonomi hingga sosial budaya, tapi kebanyakan waktu Haritz untuk menemui khususnya ABK (Anak Buah Kapal) yang berkewarganegaraan Indonesia karena Cape Town sendiri merupakan pelabuhan besar di pinggir samudra Atlantik.
Advertisement
"Tentunya banyak pengalaman baru yang saya alami di sana mulai dari budaya hingga pengalaman kerja. Dari segi budaya sendiri di sana juga berbeda. Untuk kotanya sendiri berbeda dengan Indonesia, fokusnya di sana juga adalah kota pelabuhan. Saya banyak bertemu dengan para ABK WNI di KJRI Cape Town," ungkap Haritz.
Haritz ditempatkan di beberapa fungsi misalnya di ekonomi mencoba membuat market research mengenai ekspor apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk dikirim ke Afrika Selatan, melihat kondisi pasar Afrika Selatan seperti apa.
Sementara untuk fungsi sosial budaya, mengerjakan project pengenalan budaya Indonesia yang berkaitan dengan budaya Afrika Selatan seperti salah satunya penyebaran agama Islam di negara tersebut.
"Karena program magang ini di rolling di semua fungsi mulai dari ekonomi, fungsi sosial budaya dan juga fungsi protokoler," pungkas anak tunggal ini.
Menurutnya, Indonesia punya peran besar dalam penyebaran Islam di wilayah Afrika Selatan khususnya di kota Cape Town, karena di sana ada Syekh Yusuf dan Pangeran Madura yang dulu pernah diasingkan ke Afrika Selatan dan sampai sekarang meninggalkan budaya Islam.
"Sekaligus ada etnis yang disebut Cape Malay yang juga punya ikatan erat dengan kita orang-orang Indonesia," beber pria yang jadi delegasi Asean Korean Summit 2020.
Haritz memilih tempat magang berbeda dari yang lainya, agar dapat membandingkan khususnya negara Afrika Selatan dari segi perspektif yang berbeda mulai dari pembangunan negara hingga cara mengatur warga negara.
"Keunikan pengalaman itu sendiri, saya melihat ada pengalaman magang ini sesuatu yang mungkin tidak banyak kesempatannya lagi di masa depan. Jadi saya memilih pengalaman yang tidak terlupakan," jelas remaja kelahiran Malang pada 20 Juni 1999 ini.
Ia mengaku berusaha keras agar bisa magang di luar negeri sehingga dapat mempunyai pengalaman yang menarik dan berbeda dari teman-teman lainnya. Proses cukup panjang dihadapi remaja 22 tahun ini. Butuh waktu sekitar 1 hingga 2 bulan untuk memenuhi proses agar dapat magang di luar negeri, khususnya di Afrika Selatan.
"Yang pertama kami pastinya lihat ada kesempatan atau tidak di tempat itu, menyiapkan dokumen seperti CV, transkip nilai, surat pengantar dari kampus dan motivation latter. Persiapan berangkat membuat visa, lalu mengurus segala dokumen, mengurus sponsor dan kami mendapatkan surat sponsor dari Kedutaan itu," ucapnya.
Pria yang terpilih menjadi Youth ASEAN Leaders Policy Intiviative di Thailand ini menambahkan, faktor-faktor pendukung yang perlu disiapkan untuk magang di luar negeri mulai dari keseriusan berupa motivation letter dan menyatakan apa yang ingin dicapai saat magang dalam courtesy call pada pihak KJRI.
"Kami juga ingin menunjukan keseriusan ya kami bersedia berangkat kesana melakukan program magang serta yang pasti indikator yang ingin dicapai misalnya memproduksi tulisan, membuat video itu adalah satu ukuran bagaimana kita bisa diterima di sana," jelasnya.
Mengenai kelebihan magang di luar negeri, Haritz mengaku banyak mendapat perspektif baru dari pekerjaannya, bisa mendapat pengalaman hidup baru dengan gaya hidup yang baru dan mempunyai lingkungan baru, dalam hal ini masyarakat lokal Afrika Selatan.
"Saya juga belajar kata-kata lokal di bahasa sana, juga bahasa Afrikans, bahasa Sosa seperti itu, jadi banyak banget pengalaman yang bisa didapatkan," ungkapnya.
Pesan khusus diungkapkan Haritz untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan magang di Luar negeri agar terus dan tak mudah menyerah mencari kesempatan agar melihat dan belajar hal baru dari negara manca.
"Kalau misalkan kita konsisten akan peluang tersebut yang harus disiapkan juga mental jadi untuk magang itu untuk belajar, mengembangkan diri, mencari ilmu agar nanti di dunia pekerjaan itu mengerjakan segala sesuatunya dengan baik." tutup Haritz Lawana Prakarsa, mahasiswa UGM yang magang di KJRI Cape Town, Afrika Selatan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |