Calon Rektor Universitas Mataram, Prof Bambang Hari Kusumo Siapkan Dana Khusus Riset Unggulan

TIMESINDONESIA, MATARAM – Kolaborasi riset Guru Besar Universitas Mataram (Unram) melahirkan Lamtoro Beef, daging sapi lokal yang bisa diolah menjadi steak dengan kelezatan setara steak daging impor. Prof Bambang Hari Kusumo menyiapkan riset kembali menjadi ruh Unram. Kolaborasi dengan para pemangku kepentingan pun sudah siap.
"Lamtoro Beef ini lahir dari kerja sama antara Unram dengan Massey University, Selandia Baru," kata Prof Bambang Hari Kusumo, kepada TIMES Indonesia, Selasa (9/11/2021).
Advertisement
Menurut Prof Bambang, dua koleganya Guru Besar Fakultas Peternakan Unram yakni Prof Dahlanuddin dan Prof Yusuf Ahyar Sutaryono merupakan figur sentral yang secara istiqomah mengembangkan Lamtoro Beef.
Semuanya memang bermula dari kerisauan. Sebuah anomali terjadi di Bumi Gora. Provinsi yang dikenal sebagai Bumi Sejuta Sapi, karena posisinya sebagai gudang populasi Sapi Bali terbaik di Indonesia.
Namun, hotel dan restoran berbintang di NTB justru menepikan daging sapi lokal. Musababnya, daging sapi lokal tak bisa diolah menjadi steak. Tekstrur daging sapi lokal sangat keras. Sehingga tak memungkinkan diolah menjadi steak yang lezat.
"Itu sebabnya, daging sapi impor menjadi raja di balik kelezatan menu steak daging yang disajikan hotel dan restoran pada para konsumennya," ujar Guru Besar Unram ini.
Lalu dimulailah riset ini. Riset dilakukan selama empat tahun. Mulai tahun 2016 hingga 2020. Dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Selandia Baru.
Sapi-sapi Bali yang diternakkan di NTB menjalani uji pengelompokan lalu diberi treatmen khusus. Terutama dari pakannya. Di antaranya ada yang di-treatmen dengan tanaman turi. Ada yang juga pakai tanaman lamtoro. Dan hasil terbaik didapat dari sapi yang diberi treatmen lamtoro.
Lamtoro ini, kata Prof Bambang, adalah salah satu tanaman produktif untuk pakan ternak. Punya kecepatan tumbuh. Tahan kutu loncat. Tanaman ini juga kaya protein yang dibutuhkan ternak. Cocok pula tumbuh di lahan kering seperti di daerah selatan Pulau Lombok.
"Tanaman Lamtoro ini juga dapat ditanam di Pulau Sumbawa. Bisa ditanam di pematang sawah. Tidak melulu membutuhkan lahan khusus," paparnya.
Dengan dukungan riset yang diberi nama East Indonesia Innovative Farm System and Capability in Agribussiness Activity (IFSCA) dari Selandia Baru ini, maka kini sentra-sentra budidaya tanaman lamtoro sudah muncul di NTB.
Bibit-bibit lamtoro unggul pun didatangkan. Salah satunya di Dompu. Hasilnya, para peternak di sana kini tak lagi mengalami kesusahan menyiapkan pakan untuk ternak mereka. Pun saat musim kemarau. Ternak masih dapat pakan dari hijauan. Hal yang sebelumnya menjadi kemewahan.
"Ada keunikan dari sisi nutrisi. Steak dari bahan daging sapi lokal Lamtoro Beef ini adalah steak yang rendah lemak," kata Prof Bambang.
Karena itu, jangan heran, Lamtoro Beef kini langsung dilirik untuk dikembangkan dengan skala industri untuk bisa menyuplai kebutuhan daging untuk olahan steak dalam negeri.
Jika itu terwujud, maka Lamtoro Beef dari NTB ini akan menggantikan daging wagyu, salah satu daging sapi untuk bahan steak terbaik yang biasanya didatangkan Indonesia dari Jepang.
Daging wagyu Jepang ini harganya sangat tinggi. Bisa mencapai Rp 3 juta per kilogram. Karena mahalnya, pengusaha hotel dan restoran selama ini menstubstiusinya dengan daging wagyu dari Australia yang harganya lebih murah.
Menggalakkan Riset
Kampus Universitas Mataram. (FOTO: Anugrah Dany/TIMES Indonesia)
Pencapaian riset Lamtoro Beef, tentulah pencapaian luar biasa. Namun, bagi Prof Bambang, kerja masih jauh dari usai. Terlalu banyak komoditas andalan NTB yang butuh sentuhan. Karena itu, dia menekankan, jika takdir Yang Maha Kuasa mengantarkannya memimpin Unram, maka riset haruslah jadi ruh perguruan tinggi kebanggaan NTB ini.
Prof Bambang pun mengungkapkan, Unram tidak bisa hanya sekadar mengandalkan program Riset Kompetitif Nasional yang pembiayannya mulai dari Rp 100 juta hingga Rp 400 juta. Sebab, riset ini sepenuhnya sangat tergantung pada usaha dan effort dari dosen secara mandiri.
Karena itu, Unram akan menginisiasi dan menyiapkan Riset Unggulan Strategis secara mandiri. Riset seperti ini akan dibiayai sendiri oleh Unram. Secara finansial, kata dia, Unram mampu melakukan hal tersebut. Melalui riset-riset unggulan strategis inilah, Unram akan bisa bermartabat dan menonjol kembali.
"Kalau kita tidak berani mengawali, akan sulit dipercaya oleh pihak lain di luar Unram," kata Prof Bambang.
Kelak, dengan Riset Unggulan Strategis ini, maka hasilnya akan menjadi ikon baru bagi Unram. Tidak saja Indonesia. Dunia akan menoleh ke Unram. Dan mengirimkan para perwakilannya untuk datang belajar.
Banyak contoh sejumlah komoditas unggulan daerah yang butuh sentuhan riset tersebut. Gaharu misalnya. Unram pernah punya nama dan unggul dalam riset Gaharu. Malaysia bahkan sudah mengajak langsung Unram untuk bekerja sama. Namun, belakangan hal tersebut malah meredup.
"Gaharu ini akan kita hidupkan kembali," kata Prof Bambang. Permintaan ekspor tanaman ini masih sangat tinggi. Terutama dari Timur Tengah.
Berikutnya adalah riset unggulan di sektor pariwisata. Terutama dalam upaya mewujudkan green island atau green tourism. Sudah pasti, hal ini akan menjadi daya tarik wisatawan datang. Apalagi NTB kini destinasi sport tourism unggulan di tanah air.
Prof Bambang Hari Kusumo akan menyiapkan Universitas Mataram menggairahkan kembali riset untuk kendaraan listrik. Riset tersebut harus menghasilkan kendaraan prototipe yang bisa digunakan di lingkup Unram. Kendaraan tersebut nantinya bisa menjadi kendaraan yang dioperasionalkan di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |