Pendidikan

Bacaan Tarhim, Shalawat Jelang Waktu Shalat

Kamis, 03 Maret 2022 - 16:59 | 2.03m
Jemaah sedang bershalawat. (FOTO: Abdul Lathif Anshori)
Jemaah sedang bershalawat. (FOTO: Abdul Lathif Anshori)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bersholawat merupakan salah satu bacaan umat muslim untuk memanjatkan doa dan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW. Membaca sholawat nabi mempunyai banyak manfaat bagi yang mengamalkan dengan ikhlas, dan setiap bacaan shalawat mempunyai keutamaan masing-masing. Shalawat Tarhim juga banyak keutamaannya, di samping sebagai pengingat jelang waktu shalat, juga sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharap syafaat Nabi Muhammad SAW. 

Hal tersebut dijelaskan dalam Alquran surah Al-Ahzab ayat 56, yang berbunyi:

Advertisement

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya, “Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Surat Al-Ahzab ayat 56).

Banyak sekali macam-macam jenis shalawat untuk memuji Nabi Muhammad SAW beserta keutamaannya, salah satunya yaitu shalawat tarhim. Berikut akan kita ulas mulai dari sejarah, tujuan, dalil, keutamaan beserta teks dan terjemahan shalawat tarhim. 

Shalawat Tarhim sendiri diciptakan oleh Syeikh Mahmud Khalil Al-Husshari (1917-1980), seorang qâri’ ternama lulusan Al-Azhar. Beliau merupakan Ketua Jam’iyatul Qurra’ wal Huffadz (organisasi para penghafal Al-Qur’an) di Mesir. Syeikh Mahmud Al-Husshari memiliki kedalaman ilmu qirâ’ah dan tartîl yang luar biasa.

Dalam pandangan beliau, tartîl bukan hanya ilmu yang mempelajari cara membaca Al-quran, tapi juga cara memahami bacaan yang baik dan benar. Yaitu melalui studi linguistik dan dialek Arab Kuno, serta penguasaan teknik pelafalan huruf per-huruf dan kata per-kata dalam Al-quran. Dengan begitu, tingkat kemurnian bacaan dan makna yang mendalam dari Al-quran, dapat tercapai. Karena kealimannya, beliau sampai dijuluki sebagai Sheikh al-Maqâri’ (guru para ahli qira’ah). 

Tujuan melantunkan Shalawat Tarhim ialah membangunkan kaum Muslimin agar mempersiapkan diri untuk shalat Shubuh, atau membangunkan mereka yang ingin shalat tahajud dan pertanda tiba masuk waktu shalat. Oleh karena itu, Shalawat Tarhim tidak wajib menggunakan karangan Syeikh Mahmud Al-Husshari, tapi bisa memakai bacaan apa saja dengan tujuan membangunkan shalat shubuh, shalat tahajud, sahur, pengingat waktu shalat dan lain sebagainya. Bahkan ada masjid yang membaca tarhim berulang kali.

Mengenai dalil shalawat tarhim atau bacaan Alquran dan seruan-seruan sebelum subuh, ada dua bagian. Yang pertama ialah dalil tentang bolehnya menyeru Umat Islam agar bangun sebelum subuh:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا  يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ

Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah bersabda: Kalian tak perlu mencegah Bilal untuk adzan sewaktu sahur, karena azan itu bertujuan untuk mengingatkan siapa saja yang masih berjaga dan juga membangunkan yang tertidur. (Fathul Bari, Syarh Shahih al-Bukhari, Juz II, hlm 244).

Al-Hafizh Ibnu Hajar menambahkan: “Pernah terjadi sebelum waktu shubuh dan bukan hari Jum’at, bacaan tasbih dan shalawat, bukan adzan, baik dari sisi bahasa maupun agama”.

Dalam Fiqhus Sunnah Juz I, hlm 221-222 dijelaskan bahwa di dalam hadits-hadits lain diterangkan, tarhim yang disuarakan keras itu memang baik. Namun jika disuarakan pelan, itu lebih baik, terutama bila dikhawatirkan akan muncul sikap riya’ (pamer) atau mengganggu orang yang sedang shalat tahajjud.

Namun, selagi tidak ada unsur-unsur tersebut, maka tarhim dengan suara keras akan lebih baik agar Kaum Muslimin biasa terbangun dari tidur.

Berikut bunyi teks Shalawat tarhim:

الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَاإمَامَ الْمُجَاهِدِيْنَ ۞ يَارَسُوْلَ اللهْ 
 الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَانَاصِرَ اْلهُدَى ۞ يَا خَيْرَ خَلْقِ اللهْ 
 الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَانَاصِرَ الْحَقِّ يَارَسُوْلَ اللهْ 
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَامَنْ اَسْرَى بِكَ مُهَيْمِنُ لَيْلًا نِلْتَ ۞ مَا نِلْتَ وَالأَنَامُ نِيَامْ 
وَتَقَدَّمْتَ لِلصَّلَاةِ فَصَلَّ كُلُّ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاَنْتَ الْإِمَامْ وَاِلَى الْمُنْتَهَى رُفِعْتَ كَرِيْمًا وَ سَمِعْتَ نِدَاءً عَلَيْكَ السَّلَامْ
يَا كَرِمَ الْأَخْلَاقْ ۞ يَارَسُوْلَ اللهْ ۞ صَلىَ اللهُ عَلَيْكَ ۞ وَ عَلىَ عَلِكَ وَ اَصْحَابِكَ أجْمَعِيْنَ

Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaiyk, Yaa imaamal mujaahidiin, Yaa Rasuulallaah 
Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaaik, Yaa naashiral hudaa, Yaa khayra khalqillaah 
Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaaik, Yaa naashiral haqqi yaa Rasuulallaah 
Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaaik. Yaa Man asraa bikal muhayminu laylan nilta, Maa nilta wal-anaamu niyaamu, 
Wa taqaddamta lish-shalaati fashallaa kulu man fis-samaai wa antal imaamu wa ilal muntahaa rufi’ta kariiman wa ilal muntahaa rufi’ta kariiman wa sai’tan nidaa ‘alaykas salaam, 
Yaa kariimal akhlaaq yaa Rasuulallaah, Shallallaahu ‘alayka, Wa ‘alaa 'aalika wa ashhaabika ajma’iin.

Artinya:
Salawat dan salam semoga dilimpahkan padamu wahai pemimpin para pejuang, Yaa Rasulullah, 
Salawat serta salam semoga diberikan kepadamu wahai penuntun petunjuk Ilahi, wahau makhluk yang paling baik.
Salawat dan salam semoga tercurahkan atasmu, Wahai penolong kebenaran, Ya Rasulullah, 
Salawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu. Duhai Yang Memperjalankanmu pada malam hari, Dialah Yang Maha Melindungi, Kau memperoleh apa yang engkau dapat sedangkan seluruh manusia tidur, Di belakangmu ada semua penghuni langit saat mengerjakan salat dan engkau jadi imam, Kau diberangkatkan menuju Sidratul Muntaha sebab kemulianmu.
Dan suara ucapan salam atasmu kau dengar. Wahai yang sangat mulia akhlaknya, Ya Rasulullah, 
Semoga shalawat selalu dilimpahkan kepadamu, untuk keluarga dan sahabatmu.

Berikut keutamaan bagi yang mengamalkan sholawat Tarhim dengan ikhlas:
1. Mendapatkan pahala dari Allah SWT dan pertolongan atau syafaat Nabi Muhammad SAW kelak di hari kiamat
2. Dihapuskan segala dosa dan kesalahan oleh Allah SWT
3. Diangkat derajatnya oleh Allah SWT

Demikian sekilas tentang shalawat tarhim yang dikutip dari berbagai sumber. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES