Pendidikan

RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Jadi RS Pendidikan

Senin, 28 Maret 2022 - 19:31 | 79.55k
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat foto bersama tim asesor Kemenkes. (FOTO: Mukhtarul Hafidh /TIMES Indonesia)
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat foto bersama tim asesor Kemenkes. (FOTO: Mukhtarul Hafidh /TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SRAGEN – Sebanyak  37 dokter spesialis RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen bakal disiapkan sebagai dosen luar biasa. Hal ini berkaitan dengan status RS sebagai RS Pendidikan tingkat Provinsi Jateng sejak 2019.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan visitasi ke RSSP Sragen. Tim yang terdiri atas lima orang itu dikoordinir Christiana Hendarjudani. Kedatangan mereka disambut para dokter dan direksi RSSP Sragen serta Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, di Aula Flamboyan Lantai III Gedung RSSP Sragen.

Advertisement

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, senang RSSP Sragen menjadi RS Pendidikan. Menurutnya menjadi RS Pendidikan itu bukan sekadar pelayanan pasien, tetapi juga memiliki fungsi mendidik dan meluluskan dokter.

“Ini menjadi capaian prestasi tersendiri di RSSP. Sekarang sudah bekerja sama dengan tiga perguruan tinggi. Tentu mereka memiliki banyak mahasiswa sehingga RS utamanya ada di Solo maka posisi RSSP Sragen sebagai RS Pendidikan satelit,” katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSSP Sragen, Joko Haryono, mengungkapkan sudah lama RSPP menjadi RS Pendidikan. Yakni sejak 2019, tetapi baru tingkat Provinsi Jateng. RSSP kemudian menjadi RS Pendidikan nasional dan baru ada visitisasi tim Kemenkes pada Senin siang.

RSUD-dr-Soehadi-2.jpgSebanyak 37 dokter saat foto bersama (FOTO: Mukhtarul Hafidh /TIMES Indonesia)

“Yang pertama kami siapkan SDM [sumber daya manusia]. Dalam hal ini dokter spesialis yang nantinya menjadi dosen luar biasa serta SDM, sarana, dan prasarana (sarpras). Kemudian fasilitas pendukung seperti ruang pembelajaran, perpustakaan, ruang diskusi, ruang istirahat para dokter koas dan seterusnya. Dosen luar biasa yang disiapkan sebanyak 37 orang. Mereka ini juga dituntut adanya penelitian karena mereka akan mendapatkan honorarium dari pihak perguruan tinggi,” jelas Joko.

Ia menjelaskan ada perbandingan secara proporsional antara jumlah dosen dan mahasiswa. Untuk kelas residen atau kelas dokter spesialis, setiap satu dosen mengampu tiga mahasiswa. Sementara untuk kelas koas atau pendidikan profesi dokter, satu dosen mengampu lima mahasiswa. Untuk kelas perawat dan bidan, satu dokter mengampu sampai tujuh mahasiswa.

“Fasilitas empat dasar kesehatan, seperti bedah dalam, obgyn, dokter anak, dan seterusnya. Untuk pelayanan residen ada tambahan fasilitas seperti ruang bedah umum, onkologi, ortopedi, jantung, paru, dan seterusnya. Para mahasiswa residen ini sebenarnya dokter yang mengambil pendidikan spesialis. Mereka ini sudah dokter sehingga memiliki hak dalam pelayanan kesehatan tetapi ada batasannya,” jelasnya.

Ada tiga perguruan tinggi yang saat ini bekerja sama dengan RSSP Sragen. Mereka adalah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogayakrta, dan Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Unida baru membuka Fakultas Kedokteran dan belum memiliki RS Pendidikan sehingga menggandeng RSSP. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES