UNPAR Bandung Hadirkan Teknologi Daur Ulang Sampah

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Universitas Parahyangan Bandung (UNPAR Bandung) meresmikan Electronic Waste yang digagas oleh rekosistem dan para mahasiswa program studi Manajemen UNPAR, Jumat (2/12).
“Elektronik waste campaign sebagai bagian dari keprihatinan dan juga tentang pentingnya lingkungan hidup. Ini sejalan dengan salah satu frasa di visi Universitas Parahyangan yakni menjaga keutuhan alam semesta,” ujar Mangadar Situmorang, Ph.D, Rektor Universitas Parahyangan yang memberi sambutan pada acara tersebut.
Jadi, lanjutnya, rumusan yang lengkap bahwa UNPAR menjadi komunitas akademi yang mengangkat potensi lokal ke tataran global demi peningkatan martabat manusia dan keutuhan alam ciptaan.
Advertisement
Duddy Prayudi, ST, MT mewakili Walikota Bandung memberikan sambutan (Foto : Djarot/TIMES Indonesia)
“Sekali lagi bersyukur dan berterima kasih jika fakultas ekonomi lewat management dan kegiatan menefesto mengambil bagian dalam perwujudan bagaimana kita bisa menjaga keutuhan alam bahwa bumi menjadi rumah kita Bersama yang juga kita harus turut terlibat, bertanggung jawab,menjaga kelestarian, kebersihan demi keberlanjutan harapan umat manusia,” papar Mangadar.
Pihaknya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Wali Kota melalui Kepala Dinas Lingkungan Hidup kota Bandung yang juga memberikan dukungan atas terselenggaranya kegiatan ini dan juga kegiatan kegiatan lain bersama dengan UNPAR. Beberapa kegiatan seperti Waste Food Management juga sudah dilakukan ataupun juga Urban Farming dan juga kegiatan kegiatan lain.
“Rabu depan kami juga akan berbicara perihal manajemen kebencanaan, akan ada seminar pada tanggal 8 yang akan datang,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga mengucapkan terima kasih kepada rekosistem yang selalu terbuka untuk mengajak bersama untuk mewujudkan lingkungan hidup rumah kita. “Bersama yang sehat bersih dan berkelanjutan. Selamat untuk mahasiswa management, selamat kepada program studi management, kepada Fakultas Ekonomi, dan selamat untuk kita semua,” jelas Mangadar menutup sambutannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung yang hadir mewakili Wali Kota Bandung, Duddy Prayudi, St.,Mt menjelaskan, setidaknya ada 6 prinsip dalam manajemen sampah.
“Namun, selama ini kita terlalu berfokus pada tiga prinsip saja,yaitu reduce (mengurangi), reuse (mempergunakan Kembali), recycle (daur ulang),kita namakan tiga M,” tutur Duddy.
Kalau di Kota Bandung, lanjutnya, 3 M ini dibuat muatan lokal yaitu Kangpisman yang merupakan singkatan dari Kang itu artinya Kurangi, Pis itu pisahkan, dan Man itu Manfaatkan.
“Padahal, masih ada 3R lainnya dalam manajemen sampah, yaitu Replace (mengganti), Refill (mengisi ulang), Repair (memperbaiki),” jelasnya.
Menurut Duddy, mengenai objek sampah pun, kita lebih fokus pada sampah domestik seperti plastik, sisa makanan, dan sampah basah, kardus, dan kertas, serta sampah besar seperti Kasur, dan lemari. Sementara, sampah elektronik atau e-waste, cenderung luput dari perhatian kita. Padahal, sampah elektronik ini daya rusaknya terhadap lingkungan hidup tidak kalah dahsyat dari sampah yang lain.
“Dalam satu sampah komputer misalnya kita bisa menjumpai zat merkuri yang mematikan, timah, tembaga, yang bisa menyebabkan penyakit kanker, gangguan sistem imun tubuh, bahkan kematian dalam kadar yang fatal,” jelas Duddy.
Ia menjelaskan, warga Bandung Kota yang melek teknologi tidak dipungkiri menjadi konsumen barang elektronik yang cukup besar. Satu warga Bandung bisa memiliki dua atau tiga HP (handphone). “Satu, HP buat keluarga, HP kedua buat bekerja, HP ketiga untuk bisnis sampingan,”ulasnya. Bahkan, lanjutnya, sekarang HP telah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari.
Pengguntingan pita, tempat sampah elektronik, oleh Rektor Unpar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bandung, dan CEO Rekosistem. (Foto : Djarot/TIMES Indonesia)
“Kadang kalau kita ketinggalan kartu tanda penduduk, tidak akan dicari, tapi kalau ketinggalan HP akan dicari,” tutur Duddy.
“Saya harus angkat topi kepada mahasiswa Universitas Parahyangan khususnya di prodi management, yang atas inisiatifnya mengingatkan pentingnya kota Bandung menangani sampah elektronik secara lebih serius lagi,” paparnya.
Dengan berkolaborasi bersama stakeholder lain, dalam hal ini start up Rekosistem dan Cihampelas Walk, memulai sebuah gerakan yang disebut electronic waste campaign.
“Saya harap, semoga dua kotak sampah elektronik di kampus Unpar, serta satu drop poin yang akan direncanakan hadir di Cihampelas Walk, dapat meningkatkan kepedulian warga Bandung tentang betapa bahayanya sampah elektronik. Oleh karena itu harus ditangani secara cepat dan tepat,” terang Duddy. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |