Pendidikan

Mantan Teroris Raih Gelar Doktor: Lebih Sulit Disertasi Ketimbang Merakit Bom

Selasa, 21 Februari 2023 - 15:35 | 78.17k
Mantan teroris pelaku bom bali, Ali Fauzi saat ditemui awak media usai mengikuti prosesi wisudah di gedung Dome UMM, Selasa (21/2/2023). (FOTO: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Mantan teroris pelaku bom bali, Ali Fauzi saat ditemui awak media usai mengikuti prosesi wisudah di gedung Dome UMM, Selasa (21/2/2023). (FOTO: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Ali Fauzi, mantan teroris pelaku bom Bali akhirnya kini berhasil meraih gelar doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (21/2/2023).

Saat ditemui awak media usai mengikuti proses wisuda, Ali Fauzi bercerita bagaimana susahnya menyusun disertasi dalam meraih gelar doktor.

Ia menempuh pendidikan doktor (S-3) di UMM selama 3 tahun 5 bulan lamanya. Ali mengaku pada semester 4 ia sempat ingin mundur, karena repot dan sulitnya ia melakukan proses disertasi atau paparan diskusi yang menyertai sebuah pendapat atau argumen dalam tesisnya.

"Saya hampir mundur di semester 4, saking repotnya saya sampai kena vertigo, karena terlalu sering untuk revisi," ujar Ali, Selasa (21/2/2023).

Bahkan, ia menyebut bahwa menyelesaikan disertasi lebih sulit ketimbang merakit bom yang selama ini pernah ia lakukan saat menjadi kepala instruktur perakit bom.

"Saya ahli merakit satu kilo bahkan satu kontainer (bom), itu hal biasa. Bagi saya itu jauh lebih mudah daripada menulis jurnal dan menyelesaikan disertasi," ungkapnya.

Namun, ada motivasi yang membuatnya tetap maju menyelesaikan disertasi agar mampu meraih gelar doktor tersebut.

Pihak kampus, khususnya promotor atau pembimbing Ali, memberikan motivasi bahwa perjalanan ini sudah ditempuh hingga setengah jalan, maka amat disayangkan jika berhenti.

"Sampai promotor saya bilang, ini sudah separuh jalan, anda saja berani perang, ngapain perang dengan tulisan saja takut. Lalu saya berfikir ulang dan melanjutkan kembali," tuturnya.

Andai saja tak ada motivasi tersebut, Ali bisa saja berhenti tengah jalan dan tak menyelesaikan gelar doktor.

Ia menganggap bahwa UMM memberikan segala upaya kepadanya dan mengubah hidupnya yang dulu sempat dibuang dan dibenci. Kini ia merasa dihargai dan bisa memberikan manfaat bagi orang lain, khususnya mantan teroris lainnya.

"Andai saja bukan karena dorongan dan motivasi promotor, mungkin saya gak sampai hari ini. Saya pun memaknai bahwa UMM ini sebagai rahim baru bagi saya untuk hidup," ucap dia.

Bagi Ali Fauzi, UMM telah memberikan banyak jalan yang baik dan benar kepadanya, terkhusus soal agama. Bagaimana ia yang dulunya menjadi seorang yang keras, intoleran dan anti kemanusiaan, kini menjadi orang yang lebih hidup dan berharga lagi dari sisi kemanusiaan dan agama.

"Berbagai ilmu saya dapat di UMM yang ke depan akan saya implementasikan untuk membina mantan-mantan teroris yang ada di saya. Semua saya dapat disini dan saya bangga," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES