Pendidikan

Belajar Toleransi di Polandia ala Mahasiswa UMM

Kamis, 25 Mei 2023 - 17:55 | 103.64k
Avilla Nadhif Firjatullah, mahasiswa UMM, yang kini sedang menjalani pertukaran pelajar di Polandia. (Foto: Dok. Avilla Nadhif Firjatullah)
Avilla Nadhif Firjatullah, mahasiswa UMM, yang kini sedang menjalani pertukaran pelajar di Polandia. (Foto: Dok. Avilla Nadhif Firjatullah)

TIMESINDONESIA, MALANG – Mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri, tentu menjadi pengalaman yang sangat berharga. Seperti yang dirasakan oleh Avilla Nadhif Firjatullah, mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang kini menempuh pendidikan di Polandia setelah mendapatkan beasiswa dari Erasmus. Sekarang, dia tengah menjalani pertukaran mahasiswa di WSB University, Polandia hingga beberapa bulan ke depan

Pria yang akrab disapa Villa itu mengatakan, banyak pengalaman menarik yang dia dapatkan selama di Polandia. Salah satunya yakni bagaimana dia bisa belajar lebih dalam dari arti bertoleransi. Baik dari perbedaan budaya maupun agama.

Villa menceritakan bagaimana dia belajar toleransi di sana dengan menjadi seorang minoritas. Sejak kecil, dia mengaku tinggal di lingkungan masyarakat mayoritas muslim. Hal itu bertolak belakang dengan apa yang dia alami di Polandia, dimana keberadaan gereja lebih banyak daripada masjid.

Dia bahkan mendapatkan pengalaman menarik. Pernah suatu ketika ia diajak untuk datang ke gereja, karena temannya tidak pernah melihat Villa pergi ke gereja. Padahal alasan ia tidak ke gereja karena ia adalah seorang muslim. 

“Saya juga sempat mengobrol dan sesekali bercanda dengan mereka yang beribadah di sana. Menurut saya, kota Poznan adalah kota yang tidak begitu besar. Penduduknya hanya sekitar 500 ribuan. Meksi begitu, saya jatuh cinta dengan Poznan, dengan suasananya dan toleransinya,” kata mahasiswa asal Tuban itu.

Saat punya waktu luang, Villa menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa destinasi dan mencoba berbagai makanan lokal. Salah satu yang ia sukai adalah pierogi, makanan khas yang sering dihidangkan untuk menerima tamu atau ada acara adat. 

“Pierogi di Indonesia itu mirip seperti pastel yang dijual di pasar. Biasanya diisi dengan kentang, daging ayam, dan sayur-sayuran. Kadang juga berisi selai buah-buahan seperti stroberi, prem, lainnya. Alhamdulillah rasanya bisa saya terima di lidah saya,” ujarnya.

Selama di Poznan, Villa lebih sering memasak sendiri. Hal itu tidak lepas dari mayoritas penduduk yang menganut agama non-Islam. Sehingga ia sangat berhati-hati dalam memilih makanan. Beruntung, ia cukup mudah mencari bahan yang halal dan sehat di sana. Bahkan beberapa makanan juga diimpor dari negara-negara muslim. 

Menjalani hari jauh dari rumah juga tidak semenyeramkan yang ia bayangkan sebelumnya. Apalagi saat tahu biaya hidup di sana cukup terjangkau. Ditambah dengan akses, transportasi, dan fasiliyas yang membuatnya hobi menjelajahi kota. Bahkan hingga keluar kota Poznan.

Ia juga berpesan ke anak-anak muda untuk berani mencoba hal baru dan tidak takut gagal. Siapa tahu hal yang awalnya dikira gagal, malah membawa ke keberhasilan. “Harus bisa melewati proses dan berani mencoba. Kalau tidak dicoba, kita mana bisa tahu hasilnya akan seperti apa. Bahkan kita mungkin bisa mencapai hal yang sebelumnya dianggap mustahil,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES