Pendidikan

Belajar Sejarah, Memperbaiki Hubungan Manusia dengan Alam 

Rabu, 14 Juni 2023 - 17:08 | 122.29k
Ilustrasi belajar sejarah. (Foto: Pexels.com/Julia M Cameron)
Ilustrasi belajar sejarah. (Foto: Pexels.com/Julia M Cameron)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Mempelajari sejarah dan warisan budaya bukanlah sekadar kegiatan yang menyenangkan bagi para pecinta sejarah semata. Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid, memahami sejarah dan warisan budaya memiliki relevansi yang kuat dengan kehidupan manusia saat ini. 

Dalam peringatan Hari Purbakala ke-110 di Museum Nasional Jakarta, Rabu (14/6/2023) Hilmar mengungkapkan bahwa mempelajari sejarah dan warisan budaya dapat membantu memperbaiki hubungan manusia dengan alam dan sesama manusia.

Advertisement

“Manusia modern yang hidup sekarang ini punya problem besar berhubungan dengan alam lingkungannya dan hubungan dengan sesamanya. Dan bisa dibilang ini karena kealpaan memahami sejarah,” ucap Hilmar.

Hal tersebut, menurut Hilmar, terjadi akibat kurangnya pemahaman tentang sejarah. Sejarah dan warisan budaya mengandung pengetahuan tentang interaksi manusia dengan alam dan sesama manusia, baik dalam gerak, bunyi, maupun rupa. Jika pengetahuan ini dipelajari dan diwariskan kepada generasi mendatang, maka akan membantu menentukan perjalanan umat manusia di masa depan.

Tren minat terhadap mempelajari sejarah dan warisan budaya telah meningkat, terutama di kalangan anak muda. Namun, bidang arkeologi masih belum mendapatkan perhatian yang cukup dari masyarakat umum, dan jumlah ilmuwan arkeolog di Indonesia masih terbatas. 

Hilmar menyebutkan bahwa kurangnya pemahaman terhadap sejarah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alam dan sesama manusia.

Oleh karena itu, diperlukan campur tangan berbagai komunitas untuk mempromosikan dan menghargai warisan budaya sehingga masyarakat lebih memahami dan menghargai sejarah yang telah membentuk peradaban di Indonesia maupun dunia.

Hilmar menjelaskan bahwa kebajikan manusia, baik dalam bentuk benda maupun tidak berwujud, merupakan potensi untuk membangun atau merusak. Untuk itu, manusia harus mengembangkan kebajikan tersebut, yang tersimpan dalam sejarah.

Hilmar menekankan bahwa relevansi sejarah dan warisan budaya purbakala dapat diaplikasikan dalam pembangunan Indonesia. Dengan mempelajari sejarah, manusia dapat mengetahui perubahan yang terjadi di dunia, yang sebenarnya telah ditemukan oleh ahli arkeologi atau purbakalawan bertahun-tahun yang lalu. Contohnya, pemahaman tentang hilangnya beberapa tempat di dunia, kepunahan spesies, dan migrasi hewan. 

Untuk mencapai hal ini, Hilmar berharap adanya kerja sama antara komunitas arkeolog yang tergabung dalam Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI). Kerja sama ini diharapkan mampu mengangkat kembali warisan budaya sebagai sesuatu yang sangat esensial bagi kemajuan peradaban bangsa, bukan sekadar berbagi ilmu penelitian.

Sebagai langkah nyata, Hilmar merekomendasikan untuk melakukan konsolidasi semua komponen IAAI atau perhimpunan arkeologi dalam sebuah pertemuan nasional. Pertemuan ini harus membahas berbagai aspek, tidak hanya terbatas pada pertukaran penelitian di bidang masing-masing, tetapi juga membahas hal-hal fundamental dengan serius. Tujuannya adalah mengeksplorasi kontribusi yang dapat diberikan oleh komunitas arkeologi kepada negara.

Selain itu, Hilmar juga mendukung usulan Ketua IAAI, Marsis Sutopo, untuk menjadikan 14 Juni sebagai Hari Purbakala Nasional. Dengan mengamati sejarah dan warisan budaya sebagai sesuatu yang fundamental, diharapkan masyarakat secara luas akan mampu mengarahkan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik.

Mempelajari sejarah dan warisan budaya bukan hanya sekadar menambah pengetahuan, tetapi juga merupakan investasi dalam pembangunan peradaban bangsa. Sejarah mengajarkan kita tentang perjalanan umat manusia, kesalahan yang telah dilakukan, dan pelajaran berharga untuk masa depan. Warisan budaya, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik, mencerminkan identitas suatu bangsa dan menjadi pondasi bagi keberlanjutan budaya dan peradaban. 

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk memberikan perhatian serius terhadap pelestarian dan pengembangan pengetahuan sejarah serta warisan budaya, sehingga generasi masa depan dapat memahami dan menghargai akar sejarah mereka. Dengan pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan warisan budaya, manusia akan dapat melangkah menuju masa depan yang lebih baik, dengan hubungan yang harmonis antara alam dan sesama manusia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : Antara News

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES