Menteri PUPR RI Sebut Jumlah Lulusan Insinyur di Indonesia Masih Rendah di ASEAN

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan atau Menteri PUPR RI Basuki Hadimuljono, menyebutkan bangsa Indonesia harus meningkatkan jumlah lulusan insinyur sebab rasio jumlah insinyur di Indonesia sekarang ini hanya 5.300 insinyur per satu penduduk. Jumlah ini sangat rendah dibandingkan oleh negara lain di kawasan ASEAN.
Pernyataan ini ia utarakan saat memberikan wejangan kepada 1.617 mahasiswa baru Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada pada pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) kesatria UGM di selasar Gedung SGLC Fakultas Teknik, Kamis (3/8/2023).
Advertisement
“Jika kita tidak memfokus pada program pembangunan, jumlah ini akan disalip Vietnam apalagi banyak investor sudah balik ke Vietnam,” katanya.
Kepada ribuan mahasiswa, Basuki mengatakan bahwa mereka adalah calon insinyur masa depan Indonesia. Meski jumlah peminat sarjana teknik menurun dalam beberapa tahun terakhir namun ia senang sekarang ini jumlah peminat calon mahasiswa teknik semakin meningkat.
“Saya melihat beberapa tahun belakangan menurun namun sekarang antusias peminat untuk menjadi insinyur sudah naik lagi. Peminatnya sudah hampir kembali,” kata Basuki.
Menjadi insinyur bagi dia tidak hanya cukup dengan pintar secara akademik namun memiliki integritas dalam kehidupan sehari-hari. Orang sekolah itu tujuannya supaya jadi pintar tapi juga benar. Orang pintar, ilmunya bermanfaat atau ilmunya mubazir seperti dia pintar tapi dia ngapusi orang, bodohi orang lain.
“Jangan menjadi alumni yang ilmunya mencelakakan. Kita menjadi orang pintar, supaya sukses dan orang pintar yang memiliki akhlakul karimah,” katanya.
Dalam diskusi dengan mahasiswa, mahasiswa baru dari Teknik Sipil, Jonathon Hartono sempat bertanya soal perbedaan kompetensi dan daya juang lintas generasi dalam pandangan Menteri Basuki dalam kementerian PUPR. Menurutnya secara umum lulusan generasi Z dan generasi milenial sekarang ini memiliki kemampuan teknis dna IQ yang cukup baik namun dari sisi militansi masih perlu ditingkatkan.
“Karannya di PUPR saya gembleng mereka di Kopassus selama dua minggu agar punya militansi. Beda dengan kami dulu dibentuk oleh alam,” katanya.
Kisah Basuki saat menjadi mahasiswa
Basuki menceritakan kisahnya saat menjadi mahasiswa selalu menikmati dengan kegiatan akademik di kampus bahkan ia mengaku tidak sekalipun melakukan bolos kuliah. Agar supaya cepat lulus dan disiplin, kata Basuki ia sengaja mendapat dosen pembimbing yang galak.
“Kuliah itu dinikmati. Sumpah, baik (Kuliah) UGM dan di Amerika, saya tidak pernah sekalipun bolos. Kita harus banyak mendengarkan, meresapi dan mengeluarkan kemampuan kita. Nikmati. Lalu cari dosen pembimbing yang galak supaya kita juga disiplin. Di Angkatan 1973, saya yang lulus pertama kali karena dosen pembimbing yang saya takuti. Supaya kita lebih cepat, lebih baik, nikmati itu masa kuliah,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata Basuki, sebagai anak tentara dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, ia mengaku bersyukur dulunya bisa masuk kuliah di kampus UGM. Bahkan ia tidak membayangkan bisa menempuh master dan doktor di Colorado State University, Amerika Serikat.
“Saat kecil saya pernah jadi kernet. Di Amerika saya pernah jadi pengantar koran. Kami digembleng oleh alam namun sekarang anda dimanjakan oleh komputer dan gadget. Karena itu, generasi muda sekarang militansinya harus digembleng sendiri,” kata Menteri PUPR RI Basuki yang juga merupakan alumnus Fakultas Geologi angkatan 1973 FT UGM ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |