Akademisi UB Sebut Desa Kedungrejo Malang Berpotensi Jadi Desa Sejuta Sayur

TIMESINDONESIA, MALANG – Akademisi Universitas Brawijaya yang tergabung dalam Sustainable Development Goals (SDGs) Center UB dan tim pengabdian doktor UB menyebut, Desa Kedungrejo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang mempunyai potensi branding desa sebagai desa Desa Sejuta Sayur.
Selama ini, Desa Kedungrejo memang terkenal dengan pertanian produksi sayurnya yang sangat berlimpah. Bahkan beberapa daerah di Jawa Timur juga menggantungkan kebutuhan sayur mereka, seperti bayam, sawi, seledri, kemangi, dan kangkung, dan sayuran lainya ke hasil tani warga Desa Kedungrejo Malang.
Advertisement
Terlebih disana juga sudah ada sentra penjualan sayur hasil tani warga di Pasar Sayur Kedungboto, Desa Kedungrejo.
“Kedungrejo memiliki potensi menjadi Desa Sejuta Sayur. Hal ini dikarenakan hasil panen sayur di Kedungrejo tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat sekitar, namun juga dijual ke luar Malang,” ujar koordinator SDGs Center UB, Dr. Muhammad Muzakki.
Untuk itu, ada beberapa hal yang diperhatikan oleh para akademisi ini agar hasil panen warga bisa tetap stabil dan terus meningkat. Salah satu cara yang mereka lakukan yakni dengan menggelar forum group discussion (FGD) bersama kelompok tani Desa Kedungrejo beberapa waktu lalu. Disana mereka ingin membantu para petani untuk memetakan potensi dan memecahkan permasalahan yang selama ini dihadapi oleh para petani.
Tim dosen pengabdian masyarakat UB, Dr. Ahmad Imron Rozuli, SE, MSi. mengatakan salah satu tujuan dari program yang dilakukan oleh SDGs UB di Desa Kedungrejo yang juga bersinggungan dengan program Doktor Mengabdi adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas air khususnya di bidang pertanian.
“Hal ini dilakukan untuk mempertahankan dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian agar tidak dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman,” paparnya.
Imron menyebutkan tujuan program yang dilakukan oleh tim pengabdian dan tim SDGs di Desa Kedungrejo antara lain yakni untuk mengintegrasikan sistem irigasi pertanian, membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, membentuk citra desa sebagai desa bersih, menanggulangi keterbatasan pupuk, dan menata akses jalan menjadi lebih baik.
Kelompok Tani Desa Kedungrejo yang hadir pada diskusi tersebut mengatakan bahwa para petani perlu mengoptimalkan keberadaan Kelompok Tani di desa. Untuk hal itu, perlu mengadakan sosialisasi kepada para petani terkait pentingnya organisasi di bidang pertanian.
Secara garis besar, kebutuhan penting yang diharapkan oleh petani untuk dapat terpenuhi dengan baik ialah seputar persoalan distribusi pupuk subsidi yang merata, ketersediaan air yang cukup dan lancar dengan sistem irigasi yang baik, integrasi petani melalui kelembagaan, hingga edukasi pertanian untuk meningkatkan kapasitas petani.
“Terkhusus untuk urusan manajemen pertanian, agar dapat menarik minat generasi muda pada bidang pertanian, sehingga regenerasi petani tetap berjalan dengan baik,” pungkas Imron.
Pihaknya berharap, dengan sinergi yang terjalin antara akademisi dengan petani, hal ini bisa membawa peningkatan literasi para petani untuk bisa terus meningkatkan produktivitas hasil kebun mereka. (adv)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |