Menjawab Kebutuhan Urban Farming, Living Bricks Hadir dengan Konsep Vertical Garden Unik
TIMESINDONESIA, MALANG – Lima mahasiswa Universitas Negeri Malang mengembangkan media tanam berbentuk batu bata yang inovatif. Batu bata ini berbahan dasar organik yakni miselium jamur yang kemudian dijadikan sebagai biokomposit termodifikasi.
Media tanam dengan nama Living Bricks ini memiliki efek relaksasi, ramah lingkungan, dan berdaya serap rendah. Living Bricks hadir sevagai solusi bagi masyarakat yang ingin menanam tanaman di lahan sempit dengan konsep vertical garden dan juga membantu mengurangi polusi udara di kota.
Advertisement
Tim Living Bricks terdiri dari lima mahasiswa Universitas Negeri Malang. Di bawah arahan Nur’aini Kartikasari, S.Si., M.Sc., kelima mahasiswa tersebut yaitu Dimas Abdillah sebagai Direktur Utama, Mariatul Kiftiyah sebagai Manager Keuangan, Achmad Jalaludin sebagai Manager Branding, Siti Fadilatul Rahmadani sebagai Manager Produksi, dan Ulfa Rahmawati sebagai Manager RnD.
Dimas Abdillah menjelaskan bahwa saat ini sudah ada inovasi batu bata organik yang beredar di pasaran, namun belum ada produk serupa yang dimanfaatkan sebagai media tanam, melainkan hanya sebagai konstruksi bangunan. Ide untuk menciptakan produk ini muncul akibat masalah kependudukan seperti peningkatan urbanisasi dan penyebaran penduduk yang tidak merata, sehingga lahan perkebunan dikonversi menjadi perumahan dan mengabaikan pentingnya Ruang Terbuka Hijau (RTH).
“Padahal faktanya, kualitas udara di Indonesia semakin memburuk dengan tingginya emisi gas karbon akibat banyaknya polutan yang masuk ke udara,” ucapnya pada TIMES Indonesia, Selasa, (17/10/2023).
Tahun 2022, Indonesia masuk dalam daftar 129 negara yang mengalami kekurangan udara bersih, dengan menempati peringkat ke-17 berdasarkan Air Quality Life Index (AQLI). Hal ini menimbulkan keprihatinan terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Mariatul juga menyebutkan bahwa di daerah yang padat penduduknya dan banyak terdapat mebel serta coffee shop, serta potensi sumber daya kelapa dan padi di dataran rendah menghasilkan berbagai limbah seperti serbuk kayu sengon, ampas kopi, bekatul dan cocopeat. Oleh karena itu, limbah-limbah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat untuk mengurangi polusi udara dan memenuhi kebutuhan pendingin ruangan.
“Limbah industri mebel dan rumah tangga sangat potensial untuk dijadikan media tanam,” tambahnya.
Tim Living Bricks menyulap batu bata menjadi produk 6 in 1 yang mempunyai 6 keunggulan dalam 1 produk. Berikut merupakan keunggulan dari media tanam Living Bricks:
1. Efek relaksasi
Media tanam ini mampu menyejukkan lingkungan dan membantu meredakan stres ataupun depresi. Hal ini dimungkinkan karena Living Bricks yang tim ciptakan menggunakan limbah ampas kopi sebagai bagian dari miselium jamur, yang pada akhirnya memberikan aroma yang menyegarkan.
2. Kandungan zat hara yang tinggi
Untuk menciptakan miselium jamur, tim Living Bricks UM membuat baglog jamur tiram putih menggunakan serbuk kayu sengon sebesar 35%, bekatul 20%, kapur 6%, gips 1,5%, cocopeat 7,5%, ampas kopi 20%, dan fly ash sebesar 10%. Bahan-bahan tersebut mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa yang sangat berguna bagi tanaman, sehingga memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik tanpa memerlukan perawatan intensif ketika menggunakan Living Bricks.
3. Berdaya serap rendah
Produk Living Bricks ini meningkatkan sirkulasi udara di sekitar akar tanaman sehingga mengurangi risiko kematian akibat terlalu lembab yang dapat memunculkan sarang penyakit pada tanaman.
4. Resisten Terhadap Hama
Dengan menggunakan cocopeat yang memiliki kandungan trichoderma molds, Living Bricks mampu mengendalikan hama yang ada pada tanaman.
5. Durabilitas yang Tinggi
Produk yang memiliki permukaan berpori ini, berhasil menciptakan kemampuan drainase yang optimal. Dengan tekstur berpori Living Bricks mampu menghindari genangan air berlebihan yang dapat menyebabkan pembusukan akar pada tanaman.
6. Praktis dan efisien
Tanpa memerlukan pot, Living Bricks menyediakan tempat langsung untuk menanam biji pada struktur batu bata miseliumnya, sehingga konsumen tidak memerlukan rak untuk menggantungkan pot dan dapat disusun layaknya dinding rumah. Metode ini hemat dan mudah serta cocok untuk lahan sempit.
Living Bricks siap hadir sebagai solusi untuk berkebun bagi masyarakat urban dengan lahan sempit. Produk ini ditawarkan melalui akun media sosial dan marketplace terpercaya yang informasinya bisa di dapatkan melalui Instagram, Facebook, Youtube, Shopee, Lazada, dan Tokopedia.
Ada dua pilihan paket Living Bricks, yaitu paket A dan B, yang masing-masing terdiri dari 6 batu bata dengan bentuk tempat biji yang menarik. Paket A dengan harga 50 ribu memiliki batu bata dengan bentuk yang berbeda-beda, sedangkan Paket B dengan harga 48 ribu memiliki bentuk tempat biji yang seragam.
“Diharapkan media tanam Living Bricks digemari oleh masyarakat dan mengatasi permasalahan polusi udara. Informasi lebih lanjut mengenai Living Bricks dapat dilihat pada laman Instagram @livingbrick.id,” ungkap Ulfa. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |