Perjuangan Relawan di Kaki Gunung Merapi Banyuwangi Demi Pendidikan Literasi

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Di kaki Gunung Merapi Banyuwangi, derap langkah tak pernah berhenti. Sebuah kisah penuh dedikasi dan semangat tumbuh di balik jejak relawan aksi yang bersatu dalam program bernama Inspirasi Sekolah Literasi (ISL). Mereka, bagai pahlawan tanpa tanda jasa, melangkah dengan tekad bulat untuk membuka jalan menuju pendidikan literasi bagi anak-anak plosok Nusantara.
Tagline #Bergerakdariliterasi menjadi semangat bagi program yang digagas oleh Rumah Literasi Indonesia ini. Program ini tak sekadar menanamkan kecintaan pada kata-kata, tetapi juga membawa misi besar: memberi gambaran imajinasi cita-cita kepada para siswa-siswi. Lebih dari itu, ISL berfokus pada pengembangan inovasi gerakan literasi dengan melakukan bedah perpustakaan.
Advertisement
Bagi 25 relawan yang bersatu dalam misi mulia ini, merajut mimpi di sekolah pinggiran adalah sebuah perjalanan yang tak terlupakan. Mereka datang dari berbagai wilayah seperti Banyuwangi, Jember, Surabaya, Jombang, Mojokerto, hingga Depok, membawa semangat pengabdian yang membara. Selama tiga hari penuh, mereka dengan tulus mengabdikan diri untuk kemajuan negeri, memberikan fokus sepenuhnya dalam menjalankan tugas pengabdian mereka.
Relawan dan siswa-siswi sedang asik belajar. (FOTO: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Lilis Indah Rahmawati, Project Manager ISL, dengan penuh semangat menjelaskan bahwa program ISL jilid ke-12 pada bulan November 2023 ini memiliki target yang istimewa.
Mereka membidik Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Gombengsari, yang terletak di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur. Lokasi yang jarang dijangkau dan sulit ini menjadi saksi dari perjuangan relawan ISL dalam membawa pendidikan literasi ke tempat-tempat yang membutuhkan.
Program ISL sendiri tidak hanya sebuah inisiatif sekali waktu. Mereka menyelenggarakan kegiatan ini dua kali dalam setahun, selaras dengan momentum penting dalam kalender pendidikan, yakni Hari Pendidikan di bulan Mei dan Hari Pahlawan di bulan November. Setiap penyelenggaraan menjadi momen berharga untuk menyemai benih literasi di tanah subur pendidikan.
Inisiatif ISL yang berkelanjutan ini mencerminkan komitmen nyata untuk membawa perubahan positif. Relawan yang berasal dari berbagai latar belakang dan wilayah tersebut membuktikan bahwa kesatuan dalam perbedaan dapat menciptakan keajaiban.
Setiap langkah mereka di SDN 4 Gombengsari adalah cermin dari keinginan kuat untuk memberikan peluang pendidikan setara kepada anak-anak pribumi, sehingga mereka dapat meraih impian mereka seiring dengan berkembangnya literasi di sekolah pinggiran ini terlebih, disana belum tersedia fasilitas seperti pojok baca atau perpustakaan.
“Untuk itu, Rumah Literasi Indonesia menyiapkan 1 tim yang berfokus untuk membedah ruang kelas menjadi Pojok Baca,” ujar Project Manager ISL Lilis Indah Rahmawati, Kamis (16/11/2023).
Di tengah hutan yang sunyi dan di bawah lereng gunung yang megah, terhampar sekolah dasar yang menjadi oasis pendidikan bagi 14 murid berjiwa pemberani. Sebagian dari mereka meniti jalan setapak dengan langkah kaki, menyusuri hutan pinus dan kopi, sementara yang lain memilih kendaraan bermotor sebagai sarana menuju sumber pengetahuan. Sebuah kisah haru dan inspiratif dari SDN 4 Gombengsari dan perkampungan Petak Lima di Banyuwangi.
Relawan berangkat menyusul siswi menuju sekolah melalui hutan. (FOTO: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Sosok yang akrab disapa Lilis tersebut, turut menyampaikan kisah nyata ini. Dia menceritakan betapa anak-anak kecil itu, dengan semangat dan tekad, harus menghabiskan waktu 30-45 menit berjalan kaki untuk mencapai sekolah mereka yang terpencil. Sebuah perjalanan yang bukan hanya melelahkan fisik, tetapi juga menggambarkan tekad untuk mengejar pendidikan di tengah terbatasnya aksesibilitas.
Ketika relawan ISL tiba, semangat warga di SDN 4 Gombengsari dan perkampungan Petak Lima menyala lebih terang. Mereka datang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, membawa misi penting tentang pendidikan untuk anak-anak pribumi.
Sebelum kehadiran program ISL, warga setempat hanya bisa bermimpi tentang layanan pendidikan bagi anak-anak usia dini. Ini bukan hanya tentang membuka buku, tetapi juga membuka pintu untuk mimpi-mimpi kecil yang dapat tumbuh menjadi besar.
Dengan mengoptimalkan teras dari Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskemas) pembantu, relawan mengubahnya menjadi sebuah ruang yang berarti bagi pendidikan: rumah baca. Rak-rak penuh dengan berbagai buku, menunggu dihampiri oleh anak-anak yang lapar akan pengetahuan.
Sebuah inisiatif sederhana yang memiliki dampak besar, membuka akses kepada anak-anak di SDN 4 Gombengsari untuk menjelajahi dunia melalui halaman-halaman buku yang menakjubkan.
Namun, kehadiran para relawan tak hanya merubah ruang fisik, tetapi juga merajut hubungan dekat dengan warga. Suasana hangat terasa begitu nyata, tergambar dalam momen-momen indah di malam terakhir acara "Panggung Literasi". Acara tersebut menjadi panggung bagi anak-anak pribumi dan relawan untuk menunjukkan bakat dan minat mereka dalam berbagai seni.
Diantaranya, terdengar suara puisi yang mengalun indah, tarian yang menggambarkan keindahan tradisi, dan lagu-lagu yang menggetarkan hati.
Semua itu disajikan dengan cinta dan semangat. Mereka bahkan mengajak warga sekitar untuk menikmati film Pendidikan yang berjudul "Sanggar Senja". Melalui kegiatan ini, panggung bukan hanya tempat pertunjukan, tetapi juga tempat di mana semangat dan inspirasi tumbuh.
Dalam suasana akrab itu, para relawan menyulut semangat di hati warga, mengajarkan bahwa pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah lingkungan menjadi lebih baik. Pendekatan yang lebih dari sekadar memberi buku, tetapi juga menciptakan panggung untuk mewujudkan potensi setiap anak dan membangun fondasi pendidikan yang kokoh di tengah-tengah mereka.
Momen malam terakhir itu menjadi saksi betapa pendidikan tidak hanya hadir dalam buku, tetapi juga dalam setiap langkah tulus dan hangat relawan serta warga bersama-sama merajut mimpi-mimpi kecil menjadi kenyataan yang lebih besar.
Melalui Program Inspirasi Sekolah Literasi, Tunggul Harwanto, pendiri Rumah Literasi Indonesia, menegaskan harapannya agar lebih banyak pihak terlibat dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Dengan tekad bulat, ia menyuarakan bahwa sejak 2014, program ini telah membawa manfaat ke puluhan sekolah yang menjadi targetnya. Namun, Tunggul tidak hanya memandang pada individu atau lembaga pendidikan, melainkan juga melibatkan perusahaan sebagai mitra penting dalam memperluas dampak positif yang dihasilkan oleh program ini.
"Tingkatkan kolaborasi dengan perusahaan untuk kerja barengan agar dampak yang dihasilkan bisa lebih luas," tandasnya dengan keyakinan.
“Salah satu perusahaan yang sampai saat ini membantu kami untuk menyediakan buku-buku berkualitas adalah Gramedia,” imbuh Tunggul.
Sebagai informasi, pada program ISL tahun 2023 ini, juga mendapat dukungan dari Prasetya Mulya Publishing, dengan mendonasikan sekitar 200 eksemplar buku di ISL Jilid 12 tersebut.
Ratusan eksemplar buku-buku tersebut menjadi stimulus dan amunisi dibukanya salah satu rumah baca di perkampungan Petak Lima, Gombengsari. Rumah Baca tersebut juga akan dikelola oleh 2 Relawan Detas yang ditempatkan selama 1 tahun untuk bertugas menjadi guru setelah menerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |