Pendidikan

BRIN Olah Limbah Tahu Menjadi Biogas

Kamis, 15 Februari 2024 - 21:15 | 35.19k
Pekerja mengolah kedelai menjadi tahu di salah satu industri kecil di Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. (FOTO: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc/18)
Pekerja mengolah kedelai menjadi tahu di salah satu industri kecil di Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. (FOTO: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc/18)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menciptakan solusi alternatif yang inovatif untuk mengolah limbah industri tahu secara anaerobik, menghasilkan energi alternatif berupa biogas.

Proyek penelitian yang dipimpin oleh peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN, Neni Sintawardani, dilaksanakan di Dusun Giriharja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dengan dukungan penuh dari masyarakat setempat yang berprofesi sebagai produsen tahu.

Advertisement

Neni menjelaskan bahwa tujuan utama dari proyek ini adalah untuk mengelola limbah tersebut dengan cara yang ramah lingkungan.

"Kemudian melihat respons masyarakat setempat untuk mendukung dengan menyediakan lahan, dan sekaligus ikut aktif berperan dalam pengelolaan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah),” kata Neni dalam keterangan di Jakarta, Kamis (15/2/2024).

Industri tahu dikenal sebagai salah satu penyumbang limbah organik, baik dalam bentuk limbah padat maupun limbah cair.

Limbah padat terbentuk dari proses penyaringan dan penggumpalan, sementara limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pemadatan, dan pencetakan tahu, yang menyebabkan volume limbah cair menjadi tinggi.

Limbah cair tahu seringkali memiliki bau yang tidak sedap dan dapat membahayakan kualitas air sungai serta mengganggu masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, pengelolaan limbah cair tahu dilakukan melalui proses anaerobik, di mana mikroba menguraikan limbah organik menjadi biogas, terutama metana dan karbon dioksida.

Teknologi yang dikembangkan oleh BRIN memungkinkan pengelolaan limbah cair dari berbagai pabrik tahu skala kecil dan menengah melalui IPAL anaerobik. Hal ini membantu mengurangi dampak fluktuasi limbah pada industri tahu.

Neni memaparkan, IPAL anaerobik ini mampu memproses limbah cair pekat dengan kapasitas hingga 24 meter kubik per hari, menghasilkan biogas yang dapat digunakan oleh warga Giriharja untuk kebutuhan memasak sehari-hari.

Pengelolaan IPAL anaerobik dilakukan secara mandiri oleh Kelompok Pengrajin Tahu Giriharja, yang telah terbentuk dari masyarakat setempat.

Inisiasi pengembangan IPAL anaerobik ini bermula dari kesadaran masyarakat Giriharja akan pentingnya menjaga lingkungan.

Selanjutnya, sebagian dari biogas yang dihasilkan akan disalurkan ke sistem pembangkit listrik sederhana untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam operasional IPAL anaerobik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES