Mahasiswa Tiongkok Cocok dengan Pembelajaran BIPA di Universitas Negeri Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Memahami persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa asing dapat membantu pendidik dan peneliti merancang pengalaman belajar yang lebih efektif dan memuaskan. Hal ini juga membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan prestasi belajar dalam konteks pembelajaran bahasa asing.
Guangxi Normal University (GXNU) di Tiongkok, yang dikenal dengan fokus pada pendidikan dan penelitian, telah menjalin kerjasama dengan Universitas Negeri Malang (UM) di Indonesia melalui Program 3+1. Program ini memungkinkan mahasiswa dari kedua universitas menghabiskan tiga tahun studi sarjana di kampus masing-masing dan satu tahun di kampus mitra.
Advertisement
GXNU merupakan sebuah perguruan tinggi terkemuka di Tiongkok yang fokus pada bidang pendidikan dan penelitian. Universitas ini didirikan pada tahun 1932 sebagai Sekolah Normal Guilin, universitas ini berkembang menjadi Guilin Normal College dan akhirnya menjadi Guangxi Normal University pada tahun 1996. Kampus GXNU terletak di Guilin, kota yang terkenal dengan keindahan alamnya.
Mahasiswa GXNU yang mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di UM memberikan tanggapan positif mengenai pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia yang mereka peroleh. Metode pengajaran yang diterapkan di UM sangat efektif dan mendukung pembelajaran yang cepat dan menyenangkan.
“Dalam mempelajari bahasa Indonesia, dosen biasanya menggunakan metode diskusi kelompok, juga metode pengajaran seperti permainan. Misalnya, di kelas perkuliahan dengan dosen Dr. Iwa Sobara terdapat banyak permainan yang membantu kami memahami pelajaran,” kata Guo Zhenyu (22).
Menurut mahasiswa jurusan Bahasa Mandarin untuk Penutur Asing tersebut, kombinasi metode yang variatif, interaktif, dan langsung membuat proses pembelajaran lebih menarik dan bermanfaat.
Pembelajaran Bahasa Indonesia memanfaatkan buku teks, materi dari guru, dan aplikasi seperti Quizizz, Wordwall, dan Learningapps. Di luar kelas, mereka menggunakan teknologi seperti aplikasi penerjemah, menonton video dan film, serta berinteraksi dengan mitra bahasa dan teman-teman Indonesia. Kombinasi alat dan metode ini membantu mereka memperkaya pengalaman belajar dan mempraktikkan bahasa Indonesia secara efektif.
Secara umum, mahasiswa GXNU merasa nyaman menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi komunikatif sehari-hari di luar kelas. “Di luar kelas, tutor kami membantu kami belajar bahasa Indonesia, dan saya juga menggunakan ponsel untuk memahami pengetahuan bahasa Indonesia,” tutur Qin Tongxin (21).
Meskipun menghadapi beberapa tantangan awal, mereka mengalami peningkatan signifikan dalam kemampuan berbahasa, terutama dalam situasi praktis seperti berbelanja dan berinteraksi dengan sopir serta penjual.
Motivasi dan minat mahasiswa untuk mempelajari bahasa Indonesia meningkat setelah mengikuti perkuliahan BIPA di UM. Faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan ini meliputi interaksi positif dengan lingkungan dan budaya Indonesia, pengalaman langsung yang beragam selama program pertukaran, serta dukungan dan metode pengajaran yang efektif dari dosen dan mitra bahasa.
Pengalaman ini tidak hanya meningkatkan kemampuan bahasa mereka tetapi juga memperdalam keterikatan emosional mereka dengan Indonesia, yang membuat mereka lebih tertarik dan termotivasi untuk terus mempelajari bahasa dan budaya Indonesia.
Mahasiswa menghadapi beberapa kesulitan dalam memahami aturan tata bahasa Indonesia, seperti penggunaan imbuhan dan struktur kalimat pasif yang berbeda dengan bahasa Mandarin.
Kemahiran berbahasa Indonesia akan memberikan manfaat signifikan dalam mencapai tujuan akademik dan karier mereka di masa depan, terutama mengingat hubungan bilateral antara Tiongkok dan Indonesia serta kepentingan profesional mereka di bidang pendidikan dan bisnis.
Mahasiswa juga memberikan saran berharga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran BIPA di UM, seperti peningkatan lingkungan berbahasa, penyesuaian tingkat kesulitan materi, dan penciptaan lingkungan belajar di luar kelas.
Secara keseluruhan, pengalaman mahasiswa GXNU di UM menunjukkan pentingnya pendekatan pembelajaran yang efektif, dukungan lingkungan belajar yang positif, dan interaksi antarbudaya dalam meningkatkan pembelajaran bahasa asing. Pembelajaran bahasa asing yang efektif dapat membuka peluang lebih besar bagi mahasiswa dalam karier dan pengembangan pribadi, serta memperkuat hubungan bilateral antar negara. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |