Pendidikan

Pemerintah Hapus Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA, Begini Tanggapan Akademisi

Kamis, 18 Juli 2024 - 14:48 | 35.29k
Dekan FKIP UMM, Dr Trisakti Handayani MM. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Dekan FKIP UMM, Dr Trisakti Handayani MM. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi menghapus jurusan IPA, IPS dan Bahasa pada jenang SMA di Indonesia. Aturan ini diterapkan mulai tahun ajaran 2024/2025.

Ada berbagai alasan kenapa pemerintah memutuskan menghapus penjurusan pada SMA ini, salah satunya agar siswa bisa lebih fokus pada bidang yang mereka minati, serta menghilangkan diskriminasi pada jurusan non IPA.  Selain itu, penghapusan jurusan ini juga menjadi implementasi kurikulum merdeka di tingkat SMA, sehingga para murid bebas memilih bidang yang mereka inginkan.

Advertisement

Menanggapi hal ini, akademisi dari Universitas Muhammdiyah Malang (UMM), Dr Trisakti Handayani MM memandang kebijakan ini tepat untuk diterapkan di SMA yang ada di Indonesia. Dia tak menampik bahwa memang selama ini ada pandangan di kalangan siswa, keluarga atau bahkan sekoalh bahwa jurusan IPA adalah yang terbaik, sedang lainya di pandang lebih rendah.

"Selama ini sekolah yang menentukan siswa masuk IPA, IPS atau Bahasa, ini menimbulkan disparitas antar siswa. Didukung adanya stigma seperti itu tadi, ini bisa menyebabkan siswa non IPS tidak percaya diri dan merasa kualitasnya lebih rendah," ucapnya.

Menurutnya, kebijakan penghapusan penjurusan ini adalah langkah yang tepat untuk memberikan ruang yang sama di dunia pendidikan, khususnya bagi anak SMA. Dengan begitu, kedepan tidak ada lagi stigma bahwa siswa jurusan IPS atau Bahasa di SMA itu lebih rendah dari IPA.

"Ini adalah langkah untuk meminimalkan kesenjangan yang ada di sekolah," tegasnya.

Wanita yang juga sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) itu melanjutkan, kebijakan ini bisa berimbas pada peningkatan kepercayaan diri siswa dalam mendalami ilmu yang merem minati.  "Karena mereka bisa memilih sendiri bidang yang akan mereka dalami, bukan sekolah yang menentukan," kata dia.

Dengan kurikulum merdeka ini, pihaknya yakin, kesenjangan antar kelas di SMA akan menjadi lebih rendah. Tidak seperti dahulu, dimana kelas IPA selalu relatif lebih banyak muridnya dibandingkan dengan jurusan lain.

"Stigma yang ada sekarang adalah ilmu eksak, seperti matematika, fisika dan lainya itu lebih baik daripada lainya. Padahal belum tentu mereka yang lulus dari IPA itu akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibanding yang lulus dari IPS atau Bahasa," lanjutnya.

"Sehingga ini menjadi upaya yang tepat untuk menghadirkan pendidikan yang lebih baik, karena siswa bisa memilih sendiri bidang sesuai dengan yang mereka minati," pungkas Handayani. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES