Pendidikan

Miliki Unit Layanan Disabilitas, UKWMS Menuju Kampus Katolik Inklusif

Rabu, 24 Juli 2024 - 20:57 | 12.09k
UKWMS Launching Unit Layanan Disabilitas, beberapa waktu lalu. (Foto: UKWMS for TIMES Indonesia)
UKWMS Launching Unit Layanan Disabilitas, beberapa waktu lalu. (Foto: UKWMS for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Peresmian Unit Layanan Disabilitas (ULD) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) menunjukkan keterlibatan aktif kampus dalam menjalankan inklusivitas pendidikan.

UKWMS sebagai kampus Katolik mengemban peran penting untuk menggerakkan kesetaraan sebagai seorang manusia, berdasarkan nilai-nilai Katolik di dalam lingkup pendidikan.

Advertisement

Drs. Kuncoro Foe, G.Dip.Sc., Ph.D., Apt., Rektor UKWMS menyampaikan, Unit Layanan ini merupakan dukungan luar biasa dari kampus untuk pembelajaran bagi setiap manusia.

“UKWMS sebagai karya Gereja Keuskupan Surabaya telah menerima hibah dari pemerintah Republik Indonesia, sebagai wujud fasilitas serta bantuan untuk pendirian Unit Layanan Disabilitas. Unit Layanan ini menjadi penting menjalankan inklusivitas pendidikan," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima TIMES Indonesia.

Melalui peresmian ini, diperkenalkan dan ditetapkan secara resmi kepada publik, 19 relawan kampus inklusi - ULD yang mewakili civitas akademika UKWMS Kampus Surabaya dan Madiun. Total terdiri dari 15 mahasiswa, dua tenaga kependidikan, dan dua dosen.

"Oleh sebab itu, melalui Unit Layanan ini menunjukkan dukungan luar biasa untuk pembelajaran bagi setiap manusia," kata Rektor.

Selain peresmian, dilangsungkan pula talkshow mengusung tema Bergerak Serentak Menuju Kampus Inklusi. Hadir sebagai narasumber yakni, mahasiswa penyandang disabilitas Valerie Rizkia Fabrian dari Fakultas Bisnis, Josephine Kintan alumnus dari Fakultas Teknologi Pertanian, Andi Rachmadi dari Komunitas Kedaibilitas. Serta RD. Tri Budi Agustinus Utomo dari Keuskupan Surabaya. Sesi tanya jawab dimoderatori oleh Eli Prasetyo, M.Si selaku dosen dari Prodi Psikologi UKWMS.

Salah satu peserta talkshow, Valerie menuturkan bahwa kampus UKWMS sudah cukup inklusif bagi mahasiswanya. Ia tidak mengalami perundungan atau dikecualikan dalam komunitas mahasiswa. Hal ini terbukti dengan pencapaiannya yang aktif di dalam organisasi mahasiswa, yakni BEM Fakultas Bisnis.

Sementara itu, Kintan sebagai penyandang tunarungu memiliki kisah berbeda selama perkuliahan. Dengan keterbatasannya, Kintan perlu mengoptimalkan media belajar melalui visual, meminjam catatan teman, dan mempelajarinya kembali setelah perkuliahan.

“Saya membutuhkan usaha yang lebih keras dibandingkan teman-teman lainnya karena ketimpangan akses selama perkuliahan. Persepsi tiap dosen dan teman-teman yang bervariasi terhadap disabilitas, hingga stigma negatif sebetulnya berasal dari ketidaktahuan untuk bersikap serta mengenal dan memahami mahasiswa disabilitas. Oleh sebab itu, pembagian informasi akan disabilitas perlu terdapat di universitas. Di lain sisi saya bersyukur karena tetap memperoleh dukungan dari orang tua, sahabat, dan dosen di perkuliahan,” ujar Kintan.

Ketidaktahuan masyarakat dalam menghadapi rekan disabilitas juga disampaikan oleh Andi Rachmadi dari komunitas Kedaibilitas. Menurutnya, banyak perundungan yang tidak terekspos diterima oleh rekan disabilitas.

Hal ini disebabkan minimnya pemahaman dan edukasi masyarakat mengenai disabilitas, jenis disabilitas, dan bentuk respons yang ditunjukkan kepada rekan disabilitas. Karena hal tersebut, perlu untuk melatih rekan-rekan disabilitas agar dapat menunjukkan kemampuan dan kelebihan mereka sehingga dapat diterima oleh masyarakat.

“Melalui Kedaibilitas kami melatih teman-teman disabilitas untuk mandiri secara emosi, fisik, fungsi tubuh, sosial, dan ekonomi sehingga mereka siap untuk terjun di masyarakat. Jika diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan teman-teman disabilitas dapat diterima dengan baik di masyarakat,” jelas Andi.

Kepedulian untuk menggalakkan inklusivitas serta memberi ruang yang setara bagi rekan-rekan disabilitas, tak hanya berasal dari komunitas disabilitas di lingkup awam. Gereja Katolik juga mengambil peran untuk melindungi dan memberi ruang hak-hak anak dan orang dewasa disabilitas. Selain itu, UKWMS sebagai kampus Katolik juga perlu melihat dan memahami bahwa semua mahasiswa memiliki martabat yang sama. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES