Siswa SMA Al Ihsan Kabupaten Malang Antusias Bicara Citizen Journalism

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebanyak 30 siswa dan siswi SMA AL Ihsan, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, terlihat begitu antusias, bertanya seputar proses pembuatan konten di media sosial yang baik dan menarik.
Ada juga yang bertanya soal bagaimana cara bermedia sosial yang bijak, apa saja bentuk konten yang bisa dibuat, hingga ancaman sanksi hukum yang bisa menimpa para konten kreator.
Advertisement
Berbagai pertanyaan itu langsung dijawab dengan lugas oleh Jessica Maranatha, pembicara dalam acara bertajuk Citizen Journalism for Student. Jessica adalah lulusan Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB) Malang yang menjadi narasumber di kegiatan Pengabdian Masyarakat tersebut. Acara berlangsung sekitar 2 jam, mulai pukul 10.00 hingga 12.00 WIB.
Menurut Reza Safitri Ph.D, penganggung jawab acara, kegiatan ini digelar sebagai upaya untuk melakukan literasi digital terhadap siswa di tanah air. Di era saat ini, siswa dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi melalui internet.
“Mereka juga bisa memperoleh informasi dari berbagai sumber di seluruh dunia. Sebaliknya, mereka juga bisa menjadi sumber bagi masyarakat lainnya melalui konten yang mereka buat,” ucapnya.
Reza mengungkapkan di era digital saat ini, masyarakat tak lagi hanya menjadi konsumen informasi. Namun juga bisa menjadi sumber informasi yang penting.
“Munculnya fenomena citizen journalism di era saat ini menunjukkan bahwa sumber informasi tak lagi dikuasai media-media mainstream. Namun setiap orang bisa menjadi sumber informasi,” sambungnya.
Kondisi ini membuat media online di satu sisi bisa memberi dampak positif bagi para siswa. Namun di sisi lain, dampak negatif juga banyak terjadi. Salah satu dampak positifnya adalah melalui literasi digital, para siswa dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan membaca dan menulis. Juga memiliki pengetahuan tentang teknologi baru yang bisa mereka peroleh.
Melalui literasi digital, Reza berharap kreativitas para siswa diharapkan juga makin meningkat. Kemudian mampu belajar menggunakan berbagai platform kreatif untuk mengekspresikan ide dan kreatifnya.
“Juga mengasah kemampuan penelitian mereka secara online, memilah-milah kebenaran sumber informasi, dan mengembangkan keterampilan kritis dalam memproses data yang ditemukan,” tandas perempuan lulusan Malaysia ini.
Sisi lain, konten yang mereka hasilkan bisa berdampak buruk baik bagi masyarakat lain maupun diri sendiri. Bagi pembaca, dampak buruknya adalah jika konten yang dihasilkan ternyata tidak benar, atau berita bohong.
“Ini bisa menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Sementara content creator yang membuat berita negatif itu juga bisa terkena kasus hukum,” jelas Reza.
“Sudah cukup banyak konten kreator yang harus masuk penjara gara-gara kontennya melanggar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Jika tidak disertai pengetahuan yang baik tentang hal ini, maka para siswa yang kini banyak menjadi konten kreator bisa jadi akan terkena masalah. Ini tentu sangat disayangkan,” imbuhnya.
Unuk itulah, dibutuhkan literasi digital bagi para siswa agar mampu memahami dan memilah-milah konten apa yang baik dan apa yang buruk. Mereka diharapkan bisa menjadi konten kreator yang bijak dalam bersosial media. Tanpa mengurangi kreatifitas dan ide-ide khas anak muda.
Reza menambahkan dengan pelatihan ini diharapkan siswa SMA Al Ihsan bisa lebih memahami tentang tanggung jawab menyebarkan informasi melalui media online. ‘’Yang lebih penting, siswa juga mampu membuat konten dengan baik dan menarik. Bukan konten yang negatif,’’ papar Reza yang juga Sekertaris Departemen Ilmu Komunikasi UB Malang ini (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |