Menggali Inovasi Pendidikan Global di ICALCom 2024: Teknologi dan Pembelajaran Bahasa

TIMESINDONESIA, MALANG – International Conference yang berlangsung di Politeknik Negeri Malang (Polinema) kali ini menjadi ajang penting untuk mendiskusikan inovasi-inovasi dalam pendidikan global, khususnya dalam kaitannya dengan penggunaan teknologi. Konferensi yang dikenal dengan nama International Conference on Applied Linguistics and Communication 2024 (ICALCom 2024) , diselenggarakan oleh Prodi Bahasa Inggris untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional Polinema pada Sabtu (9/7/2024).
Acara ini mempertemukan para ahli, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara, termasuk Australia, Amerika Serikat, Singapura, Filipina, Malaysia, India, Sri Lanka, Spanyol, Turki, dan Indonesia.
Advertisement
Dalam sambutannya, Direktur Polinema, Supriyatna Adhisuwignjo, menyambut hangat para pembicara utama, termasuk Profesor Hayo Reinders, yang merupakan salah satu pembicara utama.
Konferensi ini bertujuan untuk menyediakan platform akademis dan ilmiah di mana para cendekiawan, guru, dan mahasiswa dapat berbagi penelitian terbaru mereka. Tema tahun ini, "Redefining Language Learning: Exploring Technology Impacts and Opportunities," berfokus pada bagaimana teknologi mengubah cara kita mengajar dan belajar bahasa.
Profesor Reinders, dalam presentasinya, menekankan bahwa teknologi, meskipun memainkan peran penting, bukanlah faktor tunggal yang secara otomatis akan memotivasi siswa. Menurut penelitian yang telah ia lakukan selama lebih dari 15 tahun, teknologi hanya efektif jika diterapkan dengan tepat untuk mendukung minat dan kebutuhan pribadi siswa.
Kunci keberhasilan, lanjut Reinders, terletak pada bagaimana teknologi digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat memotivasi siswa, bukan semata pada perangkat atau aplikasi yang digunakan.
Reinders kemudian mengangkat teori Self-Determination yang dikembangkan oleh Ryan dan Deci, di mana motivasi siswa didasarkan pada tiga faktor utama: otonomi, relasi, dan kompetensi. "Otonomi, atau rasa memiliki kendali atas proses pembelajaran, menjadi salah satu elemen yang penting. Siswa yang merasa proses belajarnya terlalu dikontrol cenderung kehilangan motivasi," kata Reinders.
Sementara itu, relasi atau hubungan antar individu dalam lingkungan belajar juga dinilai penting, terutama dalam membangun koneksi yang mendukung. Kompetensi, atau rasa percaya diri siswa bahwa mereka membuat kemajuan yang nyata, juga menjadi faktor yang berperan besar dalam meningkatkan motivasi.
Dalam implementasi teknologi, fokus utama seharusnya bukan pada teknologi itu sendiri, melainkan pada bagaimana teknologi tersebut dapat mendukung tiga aspek utama tersebut. Sebagai contoh, aplikasi pembelajaran atau sistem berbasis AI harus dapat membantu meningkatkan rasa otonomi, kompetensi, dan koneksi siswa dengan lingkungannya. Jika teknologi tidak mampu memenuhi ketiga hal ini, maka penggunaannya dalam pembelajaran mungkin perlu dipertimbangkan kembali.
Di akhir presentasinya, Profesor Reinders juga menyoroti pentingnya pembelajaran seumur hidup dan life-wide learning, di mana teknologi tidak hanya digunakan untuk membantu siswa di dalam kelas, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi pembelajar mandiri di luar lingkungan formal sekolah.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |