Bagaimana Muhammadiyah Memandang Perayaan Maulid Nabi? Ini Penjelasan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perayaan Maulid Nabi sebagai peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, akan jatuh pada tanggal 16 September 2024. Perayaan ini menjadi budaya di Indonesia. Khususnya dilakukan oleh mereka yang Nahdliyin.
Lalu, bagaimana Muhammadiyah memandang budaya perayaan Maulid Nabi tersebut?
Advertisement
Dikutip TIMES Indonesia dari situs resminya, Muhammadiyah menjelaskan perayaan hari lahir termasuk hari kelahiran Rasulullah SAW masuk dalam ranah ijtihadiyah, yaitu permasalahan yang memerlukan penalaran hukum melalui ijtihad.
"Sebab tidak ada dalam al-Qur'an maupun Hadis yang memerintahkan atau melarang kepada umat Islam untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW," demikian keterangan resminya, dikutip Minggu (15/9/2024).
Dijelaskan, melalui pendekatan ijtihad istishlahi, yakni penalaran hukum yang didasarkan pada pertimbangan kemaslahatan umat, peringatan Maulid Nabi boleh dilaksanakan umat Islam asalkan membawa manfaat, seperti mempererat cinta kepada Nabi Muhammad SAW dan menguatkan pengalaman ajaran-ajarannya.
Kriteria kemaslahatan pun harus memenuhi kriteria tertentu, antara lain mampu menjaga lima hal pokok. Yakni agama, jiwa, akal, kehormatan, dan keturunan.
Muhammadiyah juga menyarankan agar kegiatan yang bisa dilakukan dalam memperingati Maulid Nabi seperti pengajian, ceramah tentang keteladanan Nabi, atau kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Jika perayaan Maulid justru diwarnai dengan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti kemusyrikan, maksiat, atau pemborosan yang tidak perlu, maka lebih baik peringatan tersebut ditinggalkan untuk menghindari mudarat yang lebih besar," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |