Pendidikan

Petani Jawa Kuno Menentukan Musim Tanam Padi Berdasarkan Rasi Bintang dan Tanda Alam

Jumat, 18 Oktober 2024 - 20:02 | 21.16k
Rasi bintang orion digunakan petani Jawa Kuno untuk menentukan musim tanam padi. (Foto: Infoastronomy)
Rasi bintang orion digunakan petani Jawa Kuno untuk menentukan musim tanam padi. (Foto: Infoastronomy)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada masa lalu, petani di Jawa memiliki cara unik untuk menentukan waktu terbaik dalam menanam padi, yaitu dengan mengamati rasi bintang di langit. Menurut Antonia Rahayu Rosaria Wibowo, peneliti dari Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), masyarakat Jawa kuno menjadikan rasi bintang Orion, yang dalam bahasa lokal disebut Waluku, sebagai panduan memasuki musim tanam.

"Rasi bintang ini terdiri dari bintang kembar yang berjajar membentuk seperti bajak. Ketika mereka melihat Orion atau Waluku yang muncul di langit timur saat matahari terbenam, artinya musim hujan telah dimulai," jelas Antonia dalam diskusi daring yang diadakan pada Jumat (18/10/2024).

Advertisement

Lebih lanjut, Antonia menerangkan bahwa petani Jawa kuno tidak hanya mengandalkan pengamatan visual terhadap rasi bintang, tetapi juga melakukan ritual kecil dengan menggenggam pasir atau gabah di tangan mereka. "Setelah melihat rasi bintang Orion di langit setelah matahari terbenam, mereka akan mengangkat tangan yang memegang pasir atau gabah ke arah rasi bintang lalu memiringkannya. Jika gabah atau pasir jatuh, itu berarti mereka sudah bisa mulai menanam," ungkapnya.

Pranoto Mongso: Kalender Tradisional untuk Musim Tanam

Selain mengamati rasi bintang, masyarakat Jawa juga menggunakan kalender tradisional yang disebut Pranoto Mongso sebagai panduan dalam menentukan musim tanam. Pranoto Mongso ini terbagi menjadi 12 bulan, di mana bulan pertama, Kasa, dimulai pada pertengahan Juni saat titik balik matahari.

"Setiap musim dalam Pranoto Mongso memiliki durasi yang berbeda dan dicirikan oleh tanda-tanda alam yang dapat diamati manusia, seperti perilaku hewan, perkembangan tumbuhan, serta kondisi alam sekitar," tambah Antonia.

Sebagai contoh, bulan kelima dalam kalender ini, Kalima, yang berlangsung dari pertengahan Oktober hingga awal November, adalah periode ketika para petani memulai penanaman padi. Pada waktu ini, terdapat tanda-tanda alam tertentu yang diamati oleh masyarakat.

"Pada bulan Kalima, ada pedoman yang disebut 'pancuran emas sumawur ing jagad' atau pancuran emas menyinari dunia. Tanda alam yang diamati antara lain hujan besar, pohon asam Jawa yang mulai menumbuhkan daun muda, ulat yang mulai muncul, laron keluar dari liang, serta tanaman lempuyang dan temu kunci yang mulai bertunas," jelas Antonia.

Dengan munculnya tanda-tanda ini, para petani akan segera menyiapkan saluran air ke lahan dan mulai menanam padi. "Sawah siap ditanami karena sudah mulai hujan," lanjutnya.

Tradisi ini menunjukkan betapa kentalnya kearifan lokal dalam kehidupan agraris masyarakat Jawa pada masa lalu. Hingga saat ini, banyak masyarakat di pedesaan yang masih memanfaatkan pengetahuan tradisional tersebut dalam aktivitas pertanian mereka.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES