Pendidikan

Dorong Konsumsi Pangan Lokal, UB Bagikan Bibit Lombok hingga Ubi untuk Urban Farming di Malang

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 17:17 | 14.01k
Acara pembagian bibit dan juga seminar yang digelar UB, Sabtu (26/10/2024) di Gedung Rektorat lantai 1. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Acara pembagian bibit dan juga seminar yang digelar UB, Sabtu (26/10/2024) di Gedung Rektorat lantai 1. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam rangkaian peringatan Dies Natalis ke 62, Universitas Brawijaya (UB) membagikan ribuan bibit tanaman kepada warga Kota Malang, Sabtu (26/10/2024). Terdiri atas 4 ribu bibit cabai dan 620 bibit ubi, yang dibagikan untuk 113 kelompok urban farming yang ada di Kota Malang. Pembagian bibit ini sebagai upaya UB untuk menggalakkan Gerakan Konsumsi Pangan Lokal.

Ketua Pelaksana Dies Natalis ke 62 UB, Abdul Ghofar menjelaskan bahwa bibit ini diperoleh dari industri pembibitan yang bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian UB.

Advertisement

"Kami bekerja sama dengan Dinas Pertanian Pangan dan juga Bank Indonesia (BI) memberikan bibit cabai dan ubi pada komunitas urban farming. Untuk ubinya kami sebut Varietas Brawijaya. Kita membagikan dua bibit tanaman ini karena menanam cabai dan ubi bisa menjadi salah satu alternatif ketika terjadi inflasi," terangnya.

Pria yang juga sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu memberikan alasan kenapa UB membagikan bibit ubi kepada mayarakat. Hal itu karena selain menjadi sumber karbohidrat, hal ini juga sebagai upaya mengenalkan makanan pengganti nasi untuk masyarakat.

"Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) bersama mitra membuat sebuah inovasi bernama Ubi dalam Karung. Ubi dalam karung itu menggunakan metode penanaman di tanah atau lahan-lahan yang kecil," katanya.

Rektor UB, Prof Widodo menambahkan, dalam dies natalis kali ini UB ingin lebih memberikan kontribusinya secara langsung untuk masyarakat, khususnya yang ada di Kota Malang. Dengan bantuan bibit ini, hal ini nantinya bisa membawa nilai ekonomis sendiri bagi masyarakat.

"Dengan bantuan ini kita ingin memberikan social impact kepada masyarakat," ucapnya.

Rektor melanjutkan, ketahanan pangan menjadi hal yang sangat penting untuk bisa dicapai.  Dan hal itu bisa dimulai dengan hal-hal kecil di masyarakat. Dia menyebut, meski terlihat sepele, namun apabila 113 kelompok urban farming di Kota Malang ini semua menanam cabai dan ubi di lingkunganya, pasti akan mempunyai dampak yang besar.

"Kesannya kita hanya melakukan hal kecil, menanam cabai di lingkungan, tetapi pengaruh bagu nasional tinggi, karena mempengaruhi inflasi. Usaha yang kita lakukan kalau didasarkan niat ikhlas membantu sesama dan bangsa, pasti punya impact yang besar," pungkas Rektor.

Selain pembagian bibit yang secara simbolis diberikan, kegiatan juga diisi dengan pemberian materi, seperti literasi masyarakat tentang pentingnya menanam di urban farming untuk mengurangi inflasi, teknik menanam dan panen hingga bagaimana mengelolanya menjadi pangan.

Salah satu pemateri Dr.rer.pol. Wildan Syafitri, S.E..M.E mengatakan cabai merupakan salah satu komoditi penting namun rawan mengalami inflasi yang disebakan karena faktor permintaan dan penawaran.

"Inflasi cabai itu maksudnya adalah naik harga turunnya cabai. Jadi cabai itu kalau pas panen itu harganya sangat rendah. Tapi kalau pas langka itu harganya sangat tinggi. Namun jika harganya rendah petani yang mengalami kerugian," kata Kata Kaprodi Pascasarjana Ilmu Ekonomi tersebut

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya inflasi harga, maka cabai bisa diolah seperti menjadi bubuk cabai atau sambal pecel yang lebih tahan lama dan bisa digunakan setiap saat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES