Dorong Berita Berkualitas, TIMES Indonesia Gelar Kuliah Bahasa Jurnalistik di STKIP PGRI Pacitan

TIMESINDONESIA, PACITAN – Bahasa jurnalistik dan fotografi menjadi dua elemen krusial dalam dunia media massa. Keduanya memungkinkan informasi disampaikan secara efektif kepada khalayak, baik melalui teks maupun visual. Hal ini diungkapkan Yusuf Arifai, Wartawan Madya TIMES Indonesia, dalam perkuliahan di STKIP PGRI Pacitan, Kamis (5/12/2024).
Menurut Yusuf, bahasa jurnalistik adalah gaya penulisan yang mengutamakan kesederhanaan, objektivitas, dan daya tarik. “Bahasa jurnalistik harus lugas, padat, dan mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang,” jelas Yusuf.
Advertisement
Ia menambahkan bahwa dalam penulisan berita, jurnalis harus memahami ciri-ciri bahasa jurnalistik yang ringkas, padat, jelas, netral, dan menarik. “Informasi inti disampaikan tanpa bertele-tele, hanya fakta penting yang dimuat, hindari ambiguitas, berita tidak memihak, dan pemilihan kata tetap memikat tanpa mengorbankan fakta,” paparnya.
Lebih lanjut, Yusuf menjelaskan bahwa penulisan berita berkualitas harus memenuhi unsur penting seperti kepala berita, struktur piramida terbalik, dan 5W+1H.
“Kalimat pembuka harus mampu menarik perhatian, informasi utama diletakkan di awal paragraf, dan menjawab pertanyaan dasar: siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana,” terangnya.
Selain bahasa jurnalistik, Yusuf juga membahas pentingnya fotografi sebagai media visual untuk menyampaikan cerita. Menurutnya, fotografi yang baik dapat berbicara lebih dari ribuan kata. Elemen utama fotografi jurnalistik terdiri dari komposisi, cahaya, sudut pandang, dan momen.
“Keseimbangan komposisi, pencahayaan, dan sudut pandang adalah kunci,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa prinsip utama fotografi jurnalistik adalah "Show, Don’t Tell". Sebagai contoh, ia menggambarkan foto anak memeluk boneka di tengah reruntuhan rumah pascabencana sebagai wujud bahasa fotografi yang kuat.
“Foto memberikan bukti visual, sementara teks menambahkan konteks yang tidak dapat disampaikan oleh gambar. Contohnya adalah berita kebakaran hutan dengan foto kepulan asap tebal dan warga yang mengungsi. Kombinasi ini memperkuat pesan dan emosi berita,” jelasnya.
Sementara itu, dosen STKIP PGRI Pacitan, Eny Setyowati, menyampaikan bahwa pemahaman mendalam tentang bahasa jurnalistik dan fotografi memungkinkan jurnalis menyampaikan informasi yang kuat dan bermakna.
“Menggunakan bahasa jurnalistik dan foto jurnalistik, keduanya merupakan alat yang tidak terpisahkan dalam dunia media massa,” katanya.
Sebagai penutup, mahasiswa juga diberikan tantangan untuk menulis berita pendek 150-200 kata dengan tema bebas serta menyertakan foto yang sesuai.
“Mahasiswa diharapkan mampu mengintegrasikan kedua elemen bahasa dan foto jurnalistik untuk menyampaikan cerita yang efektif dan menarik,” pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |