Pendidikan

Griya Moderasi Beragama UB: Merajut Toleransi di Tengah Keberagaman Kota Malang

Rabu, 11 Desember 2024 - 21:42 | 37.22k
Rektor UB Prof Widodo memberi sambutan peluncuran Griya Moderasi UB. (Foto: UB Malang for TIMES Indonesia)
Rektor UB Prof Widodo memberi sambutan peluncuran Griya Moderasi UB. (Foto: UB Malang for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Gazebo Raden Wijaya Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang tampak ramai pagi itu, Rabu (11/12/2024). Suasana penuh semangat terasa di udara kampus negeri terbesar di Malang itu. 

Para dosen, mahasiswa, dan tamu undangan lainnya berkumpul. Mereka menyaksikan momen penting dalam perjalanan kampus ini. Di sinilah, Griya Moderasi Beragama resmi diluncurkan, menjadi simbol baru dari komitmen UB terhadap toleransi dan keharmonisan.

Advertisement

Sinar matahari menembus celah dedaunan, memberi kesan damai pada pagi yang penuh makna itu. Gazebo yang biasanya hanya menjadi tempat mahasiswa berkumpul kini berubah menjadi saksi peluncuran program yang digagas untuk memperkuat karakter moderasi di kalangan akademisi muda.

Keberagaman yang Harus Dikelola

Dalam sambutannya, In’amul Wafi, M.Ed., ketua Panitia Peluncuran Griya Moderasi Beragama UB, menggambarkan pentingnya program ini bagi kehidupan kampus. 

“Keragaman adalah kekuatan kita, tetapi juga bisa menjadi tantangan jika tidak dikelola dengan baik. Moderasi beragama adalah jawaban untuk merajut harmoni di tengah keberagaman itu,” katanya dengan penuh keyakinan.

Suaranya tegas namun penuh empati, seolah menggambarkan bahwa misi ini lebih dari sekadar program; ini adalah panggilan untuk membentuk generasi muda yang mampu menghargai perbedaan.

Menghidupkan Nilai-Nilai Moderasi

Moderasi-Beragama-2.jpg

Rektor UB, Prof. Widodo, mengambil alih podium dengan karisma yang kuat. Dia menekankan bahwa Griya Moderasi Beragama adalah upaya nyata untuk menjadikan kampus lebih inklusif. 

“Keberadaan kita harus menjadi rahmat bagi semua, bukan hanya sesama manusia tetapi juga alam semesta,” tuturnya.

Kata-katanya menggetarkan hati para peserta, mengingatkan bahwa moderasi bukan sekadar slogan. Prinsip-prinsip seperti tawassuth (jalan tengah), tawazzun (keseimbangan), dan tasamuh (toleransi) dijadikan dasar dalam setiap langkah program ini.

Diskusi Ilmiah yang Menginspirasi

Selain peresmian, acara ini juga diisi dengan diskusi ilmiah yang hangat. Sebuah buku berjudul Mewujudkan Harmoni Sosial: Meneguhkan Keislaman dan Kebangsaan diluncurkan sebagai bentuk penghormatan kepada Prof. Dr. Tohir Luth, seorang intelektual besar UB.

Dr. Mohamad Anas, M.Phil., Kepala UPT. PKM UB, memimpin diskusi dengan penuh semangat. “Pemikiran Prof. Tohir tentang maqasid syariah adalah cerminan kehidupan sosial yang harmonis. Beliau melihat Pancasila sebagai perwujudan nilai-nilai Islam,” ujarnya.

Ucapan ini memicu diskusi mendalam dari para peserta, menciptakan suasana intelektual yang membangun. Beberapa dosen memberikan testimoni tentang perjalanan pemikiran Prof. Tohir, dari perannya sebagai intelektual hingga aktivis sosial. Suasana ruangan terasa penuh dengan apresiasi dan inspirasi.

Semangat Toleransi di Kalangan Mahasiswa

Ketika acara memasuki sesi diskusi bebas, seorang mahasiswa dengan antusias mengangkat tangan. “Sebagai generasi muda, kami membutuhkan teladan seperti ini. Moderasi beragama adalah kunci untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks,” katanya dengan penuh semangat.

Suaranya menggambarkan harapan banyak mahasiswa yang hadir. Mereka tidak hanya ingin menjadi bagian dari program ini, tetapi juga ingin menjadi agen perubahan dalam lingkungan mereka.

Masa Depan yang Diharapkan

Peluncuran Griya Moderasi Beragama bukan hanya tentang seremonial, tetapi juga langkah konkret menuju masa depan yang lebih harmonis. Dengan lebih dari 60 peserta, termasuk dosen pengampu mata kuliah wajib kurikulum seperti Agama, Pancasila, dan Kewarganegaraan, program ini menunjukkan komitmen UB dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.

Dari Gazebo Raden Wijaya yang damai, semangat untuk membangun toleransi kini menyebar ke seluruh sudut kampus. UB telah menunjukkan bahwa moderasi bukan hanya sebuah teori, tetapi praktik nyata yang harus dihidupkan setiap hari.

Griya Moderasi Beragama kini berdiri sebagai simbol harapan, mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan ketika dikelola dengan kebijaksanaan. Di bawah naungannya, mahasiswa UB siap menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga toleran dan inklusif. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES